*** Menjadi pemuas nafsu suami sendiri tetapi mendapat bayaran yang sangat besar. Itulah yang keseharian dilakukan Jesica Lie dan suaminya yang bernama Gavin Alexander. Status pernikahan yang di sembunyikan oleh Gavin, membuat Gavin lebih mudah menaklukan hati wanita manapun yang dia mau sampai tak sadar, jika dirinya sudah menyakiti hati istrinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gustikhafida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Gavin menatap lekat Jesica. Gadis cantik, manis, imut. Baru pertama kali, dia mendapatkan wanita yang masih muda.
"Hei! Aku … butuh waktu." ucap Jesica yang merubah posisi tidurnya menjadi duduk. Tangannya memegang kepalanya yang terasa pusing.
"Aku … pasti … mabuk, ya?" tanyanya lagi.
"Sebentar, aku mau cucu muka dulu. Aku tidak bisa melayanimu dalam keadaan mabuk." Jesica perlahan menurunkan kakinya dari kasur. Dia berjalan dengan sempoyongan ke kamar mandi.
Gavin menatap kepergian Jesica.
Setengah jam kemudian, Jesica keluar dari kamar mandi. Dia memperlihatkan senyum manisnya yang membuat Gavin terpanah akan senyumannya yang manis.
"Sekarang aku sudah siap." ucap Jesica.
"Aku ingin tahu, bagaimana permainanmu jika kau yang memimpinnya." jawab Gavin lalu membuka pakaiannya dan tidur di atas kasur.
"Sedikit kurang meyakinkan tapi aku akan mencobanya demi kepuasan anda, Tuan." ucap Jesica lalu menurunkan tali gaun nya.
"Aku sudah banyak belajar dari beberapa pria yang datang menyewaku." ucapnya lagi yang merangkak naik keatas tubuh Gavin. Jemari tangannya mulai meraba dadda Gavin yang eksotis.
Drt … Drt ….
"Ponsel siapa yang berbunyi?" tanya Jesica menghentikan jemarinya.
"Oh, ponselku. Apa aku boleh meminta waktu untuk mengangkat telfon?" tanyanya lagi.
"Angkatlah!" ucap Gavin.
Jesica menciuum bibir Gavin sekilas lalu mengangkat telfon.
"Hallo, Tante?" ucap Jesica dengan sesekali menatap wajah tampan Gavin.
"Apa! Okeh, aku akan kirim uangnya setelah aku selesai bekerja." ucap Jesica lagi setelah beberapa menit terdiam mendengarkan ucapan si penelfon.
Jesica meletakkan ponselnya di atas laci samping tempat tidurnya.
"Sudah selesai, apa kita bisa mulai lagi?" tanyanya kepada Gavin.
"Okey." jawab Gavin.
Akhirnya Jesica memimpin permainan panas itu. Gavin sangat menikmati sentuhan demi sentuhan yang di berikan Jesica sampai tak terasa, permainan selesai.
Jesica turun dari tubuh Gavin. Dia mengambil ponselnya dan mengirim sisa uangnya kepada Tante Raisa yang tadi menelfonnya.
"Bu, bertahanlah! Jangan kecewakan aku." gumam Jesica lirih.
Gavin memakai pakaiannya, "Ada apa dengan ibumu?" tanyanya setelah mendengar keluhan Jesica.
Jesica menatap Gavin yang sudah memakai pakaiannya.
"Koma." jawabnya lirih sembari menatap cermin di meja riasnya.
"Aku akan pergi. Pekerjaanku sudah selesai." ucap Jesica memungut pakaian dan tas nya.
Gavin menatap Jesica yang sedang memakai pakaiannya.
Drt … Drt ….
Ponsel Jesica berbunyi, dia langsung mengangkat telfon dari Tante Raisa.
"Hallo, Tan? Uangnya sudah aku kirim. Tolong minta dokter untuk berikan pengobatan yang terbaik." ucap Jesica.
"Apa? Kurang? Tapi, aku tidak punya uang lagi. Simpanan uangku sudah aku kirim semua ke Tante." ucap Jesica setelah beberapa menit mendengar jawaban dari Tantenya.
Jesica menatap Gavin sesaat, dia mematikan telfonnya sepihak.
"Maaf, tapi apa bisa Tuan memberiku bonus? Atau Tuan mau menyewaku lagi di luar jam kerjaku? Aku janji, aku akan berikan pelayanan yang terbaik. Aku sedang butuh uang cepat." ucap Jesica dengan menyatukan tangannya di dada.
"Berapa uang yang kau minta?" tanya Gavin.
"20 juta. Aku butuh uang itu sekarang juga. Aku harus membayar pengobatan ibuku. Aku tidak mau, alat bantu ibuku di lepas." jawab Jesica dengan mata berkca-kaca.
"A-aku sudah mengorbankan semuanya termasuk hidupku untuk ibuku. A-aku tidak mau, pengorbananku sia-sia. Aku mohon!" pinta Jesica.
"Jadi, kamu bekerja di sini karena—"
"Iya, ibuku koma. Dan Tanteku menjualku ke sini. Tante ku bilang, hanya pekerjaan ini yang bisa mendapatkan banyak uang dengan waktu yang singkat. Aku rela melepas semuanya bahkan harga diriku asalkan ibuku bisa sembuh." Jesica memotong ucapan Gavin.
"Sebenarnya, aku tidak ingin bekerja seperti ini. Tapi, aku terpaksa."
"Okey, aku akan membantumu tapi ada syaratnya."
"Apa? Aku siap melakukan semua syarat dari Tuan. Kalau bisa, tolong keluarkan aku dari sini, aku mau mencari pekerjaan yang lebih baik dari ini. Aku takut di suruh melayani pria tua." jawab Jesica dengan wajah penuh harap.
"Jadilah ISTRI ku, kau akan mendapatkan semua yang kau inginkan. Aku butuh tubuhmu dan kau butuh uangku." ucap Gavin membuat Jesica terpaku.
"Tenang saja, kita menikah tapi aku akan memberikan syarat di pernikahan ini."
"Tuan serius?" tanya Jesica tak percaya. "A-aku mau, Tuan! Tidak apa-apa, setiap hari aku melayani Tuan, daripada aku harus melayani banyak pria hidung belang dan di paksa untuk mabuk." jawabnya yang reflek memeluk tubuh Gavin.
Flashback Off.
Jesica bergegas pergi ke rumah sakit tempat dimana ibunya di rawat.
"Bagaimana perkembangan ibu saya, dok?" tanya Jesica setelah bertemu dengan dokter yang menangani ibunya.
"Tidak ada perkembangan apapun dari pasien. Kita tidak bisa menyiksa pasien dengan alat bantu tersebut. Sebaiknya, kita—"
"Aku tidak setuju!" ucap Raisa yang tiba-tiba muncul.
"Tante!" gumam Jesica.
"Jesica, kamu tidak setuju kalau alat bantu ibumu di lepas, kan? Ibumu masih bisa sembuh. Kamu kan punya banyak uang. Seharusnya, kamu bisa membayar dokter dan rumah sakit ini." ucap Raisa.
"Apa yang dikatakan Tante saya benar, dok! Saya tidak setuju alat bantu itu di lepas. Saya masih mampu membayarnya." ucap Jesica.
"Baiklah, saya sebagai dokter akan menuruti permintaan keluarga pasien. Kalau begitu, saya pergi mengecek pasien lainnya." ucap dokter kemudian pergi ruangan sebelahnya.
Raisa menarik tangan Jesica. "Kam bagaimana sih! Bisa-bisanya kamu memutuskan hal gila! Apa kamu mau membuat ibumu menyusul ayahmu di surga, ha! Berikan uangmu! Biar Tante yang membayar tagihan rumah sakit."
Jesica memberikan seluruh tabungannya kepada Raisa. "Apa uang yang kemarin aku berikan kurang, Tan?"
"Jelas kurang! Pengobatan ibumu sangat mahal! Uang segini hanya untuk satu hari! Cepat kamu pulang dan kamu minta ke pacarmu yang kaya itu! Kamu minta uang yang banyak untuk pengobatan ibumu. Bila perlu, kamu luluhkan hatinya dan ambil semua hartanya!" ucap Raisa mendorong tubuh Jesica.
"Aku mau lihat ibuku dulu, Tan!"
"Percuma saja, ibumu tidak akan tahu kalau kamu datang! Cepat pergi!" Raisa mengusir Jesica.
Jesica menghembuskan napasnya kasar, dia berjalan menuju pintu keluar rumah sakit. Tetapi sebelum dia benar-benar pergi, dia ingin memastikan seluruh biaya rumah sakit ibunya.
"Em, maaf, saya dari keluarga pasien yang bernama Litania. Kira-kira berapa biaya yang harus saya bayar?" tanya Jesica kepada petugas administrasi.
"Saya cek dulu." jawab petugas administrasi.
"Biaya dari pasien Litania sebesar 50 juta."
"Apa? 50 juta? Sehari 50 juta, suster?" tanya Jesica terkejut.
"Maaf, tapi di sini, pihak keluarga belum membayar tagihan rumah sakit selama seminggu." jawab petugas administrasi.
"Apa? Seminggu?" gumam Jesica. 'Selama ini, Tante Raisa selalu meminta uang kepadaku untuk membayar tagihan rumah sakit. Apa jangan-jangan Tante lupa membayarnya? Aku harus bicara dengan Tante.' batin Jesica lalu pergi menemui Raisa.
"Aku sudah mendapatkan uangnya. Dan aku akan pakai uang dari Jesica untuk membeli rumah baru untukmu, sayang!" ucap Raisa yang sedang bertelfonan dengan seseorang.
Jesica yang baru sampai pun mendengar obrolan singkat itu, dia benar-benar kecewa dengan Tante nya.
"Tante!" teriak Jesica membuat Raisa menoleh kearahnya.
"Jesica?" Raisa terkejut.
"Tega ya, Tante membohongiku!"