Niat baik berubah menjadi petaka bagi Raisa, bagaimana menolong pria asing malah membuatnya dinikahkan secara paksa oleh warga yang mengira mereka berbuat asusila. Meski berkali-kali mencoba menjelaskan namun warga yang kolot tidak mempercayai apa yang Raisa dan Bryan katakan hingga mau nggak mereka menikah dengan terpaksa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku kenapa?
Raisa dan Bryan saling berpelukan, entah mengapa kali ini Bryan menjadi tempat ternyaman untuk Raisa, seorang yang selama ini dia anggap musuh justru menjadi tempat bersandar saat dia rapuh.
"Bryan apa aku sangat jelek?" tanya Raisa dalam tangisnya.
"Sebenarnya nggak jelek-jelek amat sih tapi memang ada moment dimana kamu terlihat sangat jelek," jawab Bryan dengan menggoda Raisa.
"Bearti memang jelek ya," sahutnya.
Tangis Raisa semakin menjadi dan ini membuat Bryan bingung.
"Aku hanya bercanda kok Sa, udah dong jangan menangis kalau tiba-tiba ada papa kesini pasti dikira aku yang buat kamu menangis seperti ini," hibur Bryan.
"Aku tuh sangat mencintai Devan, cinta mati ma dia tapi dia malah menghina aku, kalau kamu yang menghina mungkin aku tidak apa-apa tapi kalau dia hatiku sakit," ungkap Raisa.
Bryan tersenyum tipis, memang tak seharusnya Devan menghina Raisa, mengingat apa yang telah dilakukan Raisa untuknya.
"Jadi kutu kupret itu lagi," kata Bryan.
Raisa yang lelah menangis memejamkan matanya dia tertidur sejenak untuk menenangkan pikirannya, ternyata Bryan juga ikut tidur bersama Raisa.
Di sisi lain papa Raisa mendapatkan laporan dari pihak kampus kalau Raisa tidak mengikuti ujian, tentu hal ini membuat pak Anton heran pasalnya tadi pagi Raisa pamit berangkat ke kampus.
"Apa Raisa sakit?" gumam Papa Raisa yang nampak tidak tenang.
Tak ingin dikuasai was was terlalu dalam papa Raisa pergi ke rumah Raisa untuk mengecek.
Setibanya di rumah Raisa, papanya nampak heran karena semua pintu terbuka, semakin khawatir papa Raisa mencoba mengecek di dalam dan ternyata pemandangan indah yang dilihatnya, Raisa dan Bryan tidur berpelukan.
"Astaga, so sweet banget mereka. Tadi sok sok an pamit ke kampus nggak taunya malah tidur berpelukan di rumah," ucap Papa Raisa.
Tak ingin mengganggu, papa Raisa kembali lagi ke kantornya, dia sungguh sangat senang melihat Raisa dan Bryan yang semakin menunjukan keromantisan mereka.
Beberapa jam setelahnya, Raisa bangun dari tidurnya yang kemudian disusul oleh Bryan.
"Bagaimana Sa, sudah tenang?" tanya Bryan.
Raisa tersenyum sambil mengangguk dia sungguh malu sekali dipeluk Bryan.
"Maaf ya Bryan merepotkan kamu," kata Raisa.
"Jangan lupa sebagian uang bulanan kasihkan aku," sahut Bryan dengan terkekeh.
Raisa mendengus kelas, memang di otak Bryan hanya uang saja.
"Bercanda Sa, mandi sana gih, atau kita mandi bersama," goda Bryan.
"Ogah, bisa-bisa mata aku sakit lihat si burik," sahut Raisa lalu pergi ke kamar mandi.
Bryan tersenyum, entah mengapa dia merasa sangat bahagia apa rasa itu mulai ada? hanya waktu yang bisa menjawab ini semua.
Malam datang dengan cepat, Raisa yang sudah cukup tenang duduk di samping kolam renang.
"Apa karena pelukan dari Bryan aku bisa setenang ini ya," gumam Raisa.
Raisa senyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi.
"Coklat panas Sa." Sebuah gelas berisi coklat panas Bryan sodorkan di depan Raisa.
Raisa menatap Bryan dengan lekat tumben sekali Bryan membuatkannya coklat panas.
"Kamu buatkan aku coklat panas?" kata Raisa dengan penuh penekanan.
"Iya, seseorang yang lagi patah hati memerlukan sesuatu yang hangat dan yang mampu menenangkannya, ya aku rasa coklat panas ini sedikit membantu," sahut Bryan.
Raisa menghirup aroma coklat panas yang dibuatkan oleh Bryan, dari aroma saja sudah menenangkan.
"Thanks ya Bryan," ucap Raisa.
Setelah menyeruput coklatnya, Raisa menatap Bryan dengan tatapan menyelidik.
"Wait, kamu nggak memasukan sesuatu dalam coklat panas ini kan?" Lagi-lagi Raisa curiga pada Bryan.
"Aku masukin air biar coklatnya larut itu aja," sahut Bryan yang membuat Raisa tertawa.
"Sebenarnya sih aku punya banyak dan besok expired jadi aku buat untuk kamu," sambungnya yang lagi-lagi membuat Raisa tertawa.
"Pantes," pungkas Raisa.
Raisa dan Bryan sama-sama tertawa, di bawah sinar rembulan mereka asik bercengkerama dan melupakan sejenak kalau mereka adalah musuh.
"Gimana kuliah kamu? betah kan kuliah disini?" tanya Raisa.
"Betah, ceweknya cantik-cantik," jawab Bryan.
"Ish dasar buaya kampung, yang dicari malah yang bening, gak sadar apa kalau punya istri," gerutu Raisa.
"Sadar kok," sahut Bryan.
"Tapi istriku kan istri bohongan," timpal Bryan.
Raisa menatap Bryan dengan tatapan tak biasa, kenapa dia jadi baper ya?
"Apa kamu ingin aku menjadi istri sungguhan?" tanya Raisa.
Bryan hanya tersenyum sambil mengusap rambut Raisa.
Dinginnya malam sudah terasa, Bryan mengajak Raisa untuk masuk sebelum mereka masuk angin.
"Ayo," sahut Raisa.
Mereka berdua beranjak menuju kamar masing-masing.
"Malam ya Bryan, terima kasih untuk hari ini," kata Raisa.
"Sama-sama," sahut Bryan.
Waktu berlalu dengan cepat, pagi hari telah tiba Raisa yang merasakan sesuatu yang aneh mencoba untuk ke dapur, dia ingin menyiapkan sarapan untuk Bryan tak lupa kopinya.
Beberapa waktu kemudian Bryan turun, dia mencium aroma kopi kapal air yang membuat indra penciumannya menari-nari.
"Wao sarapan dan kopi sudah siap, tumben si Raisa rajin harus bawa payung nih aku karena pasti nanti hujan badai." Bryan tertawa sendiri, dia tidak menyangka kalau efek patah hati begitu positif untuk Raisa.
Bryan yang lapar segera memakan roti yang tersaji di meja, tak lupa dia juga menyeruput habis kopi yang dibuatkan Raisa.
"Pas juga takarannya," gumam Bryan dengan tersenyum.
Beberapa waktu kemudian Raisa turun, dia menemukan sebuah memo kecil di bawah cangkir kopi Bryan.
"Apa ini," gumam Raisa lalu mengambil memo tersebut.
"Terima kasih untuk sarapan dan juga kopinya, rasanya pas,"
Tulisan tangan Bryan membuat Raisa terbang ke awan, selain itu Bryan juga meninggalkan uang untuk Raisa naik taksi online mengingat dia ada urusan mendadak.
"OMG, begini kah rasanya," gumam Raisa.
Setelah pagi ini Raisa akan membuat Progres untuk dirinya, dia harus mampu melakukan sesuatu yang bisa membuat Bryan senang.
Raisa berangkat ke kampus dengan hati yang berbunga-bunga, Bryan telah membuatnya melupakan Devan yang selama ini dia cintai.
Sesampainya di kampus Raisa melihat Bryan dan juga teman-temannya di taman, nampak Yuke memberikan sebuah kue untuk Bryan, ya sebenarnya hari ini Bryan ulang tahun, Yuke yang menyukai Bryan memberikan kejutan dengan mengadakan pesta kecil untuk orang yang disukainya.
"Selamat ulang tahun, Bryan semoga apapun yang kamu mau cepat terkabul," kata Yuke.
Bryan dan Yuke saling peluk tak hanya itu Yuke mencium pipi Bryan dan ini membuat Raisa yang melihatnya nampak tidak senang.
"Kenapa aku tidak rela melihat Kak Yuke mencium Bryan?" Raisa bermonolog dengan dirinya sendiri, dia berjalan dengan mata yang berkaca.
"Aku kenapa?" batin Raisa.
Apa ini tandanya Raisa mulai mencintai Bryan???
othor nya kocak nih 🤣🤣
selamat buat rafi dn amanda🌹🥰
buat Gilang... jodohmu masih d pending sama kak el... sabar y🤭😂😂
sukses dn semangat buat kak el... sehat2... semoga karyamu selalu menjadi favorit para readers👍💪🥰😘😘😘😘😘😘🌹🌹🌹🌹🌹🌹
d tunggu cerita berikutnya😉❤
auto pusing atas bawah tu rafi🤭😂😂😂
rafi somplak
astaga rafi... jadi pingin nampol tu mulut😔