Enough berkisah tentang kisah asmara seorang wanita bernama Dia Tarisma Jingga dengan seorang lelaki yang belum lama dikenalnya, Btara Langit Xabiru
Keduanya saling mencintai dan kemudian memutuskan membangun kehidupan keluarga kecil yang harmonis dan bahagia.
Namun sayangnya semua itu hanya menjadi angan saja, hal ini terjadi lantaran trauma masa lalu dan sikap Tara yang abusive, yang pada akhirnya menjadi prahara dalam rumah tangga mereka.
Akankah Tari dan Tara mampu mempertahankan rumah tangga mereka? Kisah selengkapanya hanya ada di novel Enough.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
"Tara, aku baru saja pulang kerja. Tubuhku berkeringat dan aku sangat berantakan. Aku merasa tidak cukup sexy untuk tidur denganmu. Kalau kamu bersedia menungguku tiga puluh menit untuk mandi, mungkin aku akan merasa jika aku sedikit sexy untuk kamu nikmati." ucap Tari.
Tara menggangguk penuh semangat, bahkan sebelum Tari selesai bicara, ia sudah memotongnya. "Silahkan mandi, tidak usah terbu-buru. Aku akan sabar menunggumu."
Tari mendorong tubuh Tara menjauh, kemudian ia menutup pintu depan apartementnya, Tara mengikuti Tari masuk ke dalam kamar tidur, dan Tari meminta Tara untuk menunggunya di tempat tidur.
Tari merasa beruntung karena kemarin malam ia telah merapihkan kamarnya, karena biasanya kamarnya dipenuhi oleh pakaian yang berserakan di mana-mana, buku-buku yang tidak pada tempatnya, sepatu dan bra yang tergeletak di luar lemari. Tapi malam ini semuanya bersih, bahkan tempat tidurnya rapih, lengkap dengan bantal-bantal hias bersarung kain perca berwarna merah jambu,
Tari melirik sekilas keseluruh sudut kamarnya, memastikam tidak ada hal memalukan yang akan di lihat oleh Tara. Tara duduk manis di atas tempat tidur dan Tari memperhatikan tara tengah mengamati kamarnya.
Tari berdiri di ambang pintu kamar mandi dan berusaha membuat Tara berubah pikiran. "Tara, aku peringatkan kepadamu. Tubuhku ini bagai ganj* yang bisa membuatmu kecanduan. Tapi kau hanya akan mendapatkannya satu kali ini saja, aku tidak mau seperti koleksi gadis-gadismu yang siap memuaskanmu kapanmu kamu menginginkannya! Aku tidak akan tidak peduli lagi pada kegilasahanmu itu!!"
Tara bersandar pada penyanggah tempat tidur Tari. "Ya aku tahu kau bukan tipe gadis yang seperti itu, tapi aku juga bukan tipe pria yang menginginkan wanita untuk yang ke dua kalinya. Jadi kau tidak perlu khawatir"
Tari masuk dan menutup pintu kamar mandi, ia masih heran bagaimana bisa pria itu berhasil membujuknya hanya dengan wajah memelasnya.
Tari belum pernah menghabiskan waktu lebih dari empat puluh lima menit hanya untuk bersiap-siap sebelum bercinta. Ia mencukur habis semua bulu di bagian yang ia perlukan, kemudian ia menghabiskan waktu sekitar lima belas menit untuk mengeringkan tubuh dan rambutnya.
Tari merasa jika badannya tidak pernah sebersih dan sewangi ini seumur hidupnya, setelah ia merasa cukup dengan penampilan kencan satu malamnya bersama Tara, ia pun keluar dari kamar mandi.
Tari agak sedikit kecewa ketika melihat pakaian kantor yang di kenakan Tara sudah tergeletak di lantai, tapi ia tak melihat celananya. Jadi kemungkinan Tara masih mengenakannya. Tara menutup tubuhnya dengan selimut sehingga Tari tidak bisa melihatnya.
Tari menutup pintu kamar mandi dan menunggu Tara berguling dan menatap tubuh sexynya yang hanya mengenakan lingerie menerawang. Tari melangkah mendekati Tara dan tersadar jika Tara tengah mendengkur.
Tara bukan hanya sekedar mendengkur, tapi ia benar-benar tertidur pulas.
"Tara" bisik Tari. Tara bahkan tak menggeliat ketika Tari mengguncangkan badannya.
'Kau ini benar-benar menyebalkan' batin Tari.
Tari menghempaskan diri ke tempat tidur, ia tak peduli jika membuat Tara terbangun. Ia sangat kesal telah menghabiskan waktu satu jam bersiap-siap hanya untuk Tara, setelah ia seharian penuh bekerja keras di cafenya, dan Tara sekarang malah tidur dengan pulasnya.
Tapi melihat betapa damainya wajah manis Tara, ia tak sampai hati untuk marah dengannya. Ia juga tak bisa membayangkan bagaimana rasanya terperangkap dalam ruang meeting selama 18 jam tanpa henti.
Tari meraih handphonenya yang berada di meja sebelah tempat tidurnya, memindahkan ke mode hening lalu menaruhnya kembali sembari mematikan lampu, Tari pun tertidur lelap di sebelah Tara yang hanya mengenakan celana.
Tari bisa merasakan jari jemari Tara menyusuri lengannya, Tari mencoba menahan senyum dan berpura-pura masih tertidur lelap. Jemari Tara merayap ke bahu menuju leher, kemudian berputar mengelilingi tato berbentuk hati yang Tari buat sewaktu ia masih kuliah.
Tara mendaratkan kecupan manisnya di tato tersebut, hingga membuat Tari semakin memejamkan matanya.
"Tari," bisiknya sembari memeluk pinggang Tari.
Tari mengerang kecil, dan mulai membuka matanya, ia berguling menghadap Tara agar ia bisa menatap wajah Tara. Tara menunduk memandangi Tari.
Dari cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah kaca jendela kamarnya, Tari tahu bahwa ini belum pukul 08.00 pagi.
"Tar, kau pantas membenciku." ucap Tara.
Tari tertawa dan mengangguk. "Ya, kamu memang menyebalkan."
Tara tersenyum membelai wajah Tari dengan lembut, kemudian ia mendekatkan wajahnya dan mengecup kening Tari.
Tari benci Tara melakukan hal itu, karena sekarang justru dia lah nantinya yang tak bisa mengusir Tara dari pikirannya.
"Aku harus pergi," ucap Tara. "Aku sudah terlambat. Meeting pagi akan di mulai pukul 07.30, kemudian di lanjutkan dengan meninjau lokasi pembangunan project. Indonesia akan mempunyai Disneyland seperti di Jepang, dan project itu aku yang mengerjakannya." terang Tara, ia kembali membelai wajah Tari. "Tapi sebelum pergi aku mau meminta maaf padamu, aku janji aku tidak akan melakukan ini lagi. Ini adalah terakhir kalinya kau mendengar kabarku, dan aku sungguh-sungguh menyesal."
Tari berusaha untuk senyum, meski ia benci dengan janji yang di lontarkan Tara, Tari masih ingin mendengar kabar Tara. Tapi kemudian Tari teringat akan tujuan hidupnya dengan Tara sangatlah berbeda, jika tadi malam dirinya dan Tara benar-benar melakukan hubungan intim, mungkin saja justru dirinya yang tak bisa melupakan Tara dan kemudian menghampiri Tara di apartementnya, memohon untuk melakukan hubungan intim lagi.
Ini adalah jalan yang terbaik untuk mengakhiri semuanya dan membiarkan Tara pergi. "Semoga hidupmu menyenangkan, Tara. Ku doakan semoga mega projectmu berjalan dengan lancar."
Tara tidak membalas ucapan selamat tinggal Tari, ia menatap Tari dalam-dalam kemudian berkata "Ya, kamu juga."
Tara berguling menjauh dari Tari, dan kemudian ia beranjak dari tempat tidur. Tari tak sanggup memandang kepergian Tara, ia berbalik memunggungi Tara, ia mendengar Tara mengenakan kembali pakaiannya, mengambil handphonenya, dan mengenakan sepatunya.
Ada jeda panjang sebelum Tara bergerak kembali, Tara memandangi punggung Tari. Sementara Tari memejemakan matanya rapat-rapat hingga akhirnya ia mendengar suara pintu depan apartementnya di tutup.
Tari memaksakan diri untuk turun dari tempat tidur, ada segudang pekerjaan yang harus ia kejakan, ia merasa tak pantas untuk bersedih hanya karena Tara, ia sangat menyadari tujuan hidupnya dengan Tara sangatlah berbeda.
Tari sangat bersemangat dengan cafenya yang sebentar lagi akan menggelar grand opening, ia tak punya waktu untuk lelaki yang tak mau berkomitment.
"Aku pengusaha yang berani, percaya diri dan tak mau ambil pusing dengan pria yang hanya ingin bermain-main dengan sebuah komitment"
👏👏👏👍
banyak pesan moral yg didapat dari cerita ini.. asli keren kak.. bisa buat baper akut n nangis Bombay.. untuk kak Irma sukses terus sehat dan selalu di tunggu karya selanjutnya..
banyak pesan dan ilmu yang terkandung
Semangat Kak author,
Terima kasih untuk cerita yg luar biasa ini,
💪👍
jadi ayah tari juga hilang kendali saat mabuk 😪
mungkin juga bunda marah bunda kesel,,, tapi bunda juga mudah memaafkan ayah 😐😐😐
apa yg di alami bunda terjadi sama tari sekarang 😭