Zella, mahasiswi baru di Universitas Swasta Indonesia telah membuat Leon, ketua BEM yang tegas dan penuh wibawa jatuh cinta pada pandangan pertama saat OSPEK Mahasiswa.
Tidak hanya itu, Levi, seorang dosen jutek, galak, dan tidak banyak bicara yang juga putra pemilik Universitas tersebut juga ternyata diam-diam menaruh hati pada Zella.
Zella yang belum menginginkan untuk berpacaran harus terus menerus mendapatkan teror dari mahasiswi yang mengidolakan Leon dan Levi.
Leon dan Levi pun terus berjuang dengan cara mereka masing-masing untuk mendapatkan hati Zella.
Siapakah diantara mereka berdua yang mampu memenangkan hati Zella?
Adakah Leon atau bahkan Levi yang memenangkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Pagi ini, Zella sudah bersiap-siap lari pagi. Ia memakai sepatunya dan membuka pintu ruko. Ia sangat terkejut mendapati Leon, Reza, dan Silla sudah ada di depan rukonya.
"Aku baru mau telfon, udah nongol aja. Yuuk ikutan." ajak Silla menarik tangan Zella.
"Aduh Laa." Zella kemudian terdiam. "Gimana kalo kalian ajak Nay aja. Aku males berurusan sama Carina." jawab Zella.
"Boleh deh, Nay lagi apa?" tanya Silla langsung masuk ke ruko mencari Nay.
"Gak seru dong kalo kamu gak ikut, Zell." keluh Leon kecewa.
"Ntar ujung ujungnya jadi ribet kaaak. Percaya deh. Kemarin kakak liat kan gimana Carina sama aku. Lagipula aku ada yang harus dikerjain hari ini." jelas Zella. "Aku panggil Nay dulu ya."
Zella masuk ke ruko mencari kedua sahabatnya. Dilihatnya Nay sudah bersiap-siap dibantu oleh Silla.
"Aku gak papa nih Zell ikut sama Nay?" tanya Nay yang merasa tidak enak meninggalkan Zella sendirian.
"Kamu enjoy aja, Nay. Aku juga ada kerjaan ngerekap administrasi minggu ini." jawab Zella santai. Setelah dirasa siap semuanya, Mereka bertiga pun turun.
"Hati-hati yaa kalian." ucap Zella melambaikan tangannya mengantar kepergian Silla dan yang lain.
Zella langsung berlari santai menuju taman kota yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampusnya. Satu putaran, dua putaran, dan ini yang ketiga putaran Zella berlari mengitari taman kota membuatnya lelah dan duduk di bangku taman sambil meminum air mineral yang ia bawa.
"Zella gak ikut outbond bareng Silla?" sapa mama Karen yang baru selesai mengikuti senam di taman kota.
"Eh, iya ma." jawab Zella mencium tangan mama Silla. "Hari ini Zella ada kerjaan soalnya." jawab Zella.
"Mama kagum loh sama kamu. Zella mau jadi anak mama?" pertanyaan mama Silla membuat Zella terkejut sekaligus terharu.
"Zella udah anggap mama seperti mama Zella sendiri. Makasih ya, Ma." jawab Zella yang tanpa ia sadari air matanya menetes dan buru-buru Zella menghapusnya.
"Jangan sedih dong, gak tau kenapa mama seneng banget Silla berteman denganmu, Nak." ucap Mama Silla. "Terlebih melihat perubahan Levi setelah mengenal Zella." batin Mama Silla.
Mama Silla mengajak Zella sarapan bubur ayam sambil menunggu Levi menjemputnya. Zella seperti menemukan kembali sosok mamanya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
Tak lama kemudian, Levi datang menjemput mamanya. Mama Karen mengajak Zella pulang bersama tetapi Zella menolak karena masih ingin berlari. Akhirnya Mama Karen dan Levi pamit pulang.
Zella berlari menuju rukonya dan dilihatnya ruko sudah ada beberapa orang yang mengantri. Karyawan Zella pun dengan sigap melayani.
Setelah membersihkan diri, Zella langsung turun ke bawah membantu karyawannya karena ruko makin ramai. Hampir satu jam Zella melayani dan ruko pun berangsur mulai sepi. Zella pun menyandarkan tubuhnya dikursi.
"Zellaaaa, apa kabaar?" suara Winda membuat Zella terkejut.
"Baik," jawab Zella singkat. "Datang sama siapa?" tanya Zella kemudian. Winda tidak menjawab, hanya menunjukkan ke arah mobil.
Dilihatnya papa dan mama tirinya turun dari mobil dan berjalan ke arah Zella. Zella pun menyalami dan menanyakan kabar keduanya.
"Winda minta kuliah di sini bareng sama kamu, Nak." ucap Papa Green membuat Zella memutar bola matanya malas.
"Iya, bener kata papa. Tapi aku mau ngekos aja, gak mau tinggal di ruko." jawab Winda.
Zella belum menanggapi ucapan papa dan saudara tirinya. Ia hanya mengajak mereka naik ke lantai dua dan Zella membuatkan minuman untuk mereka.
"Yakin mau jadi anak kos?" tanya Zella ke Winda.
"Aku mau belajar aja. Toh mama tiap minggu bakal nengokin aku." jawab Winda santai.
"Papah, aku gak mau ribet ya sama dia." ucap Zella menunjuk Winda. "Jangan bikin masalah apapun sama aku, entah itu di kampus ataupun di sini."
"Ge-er banget sih. Aku bisa kok hidup mandiri. Liat aja ntar." ucap Winda sinis.
Winda langsung mengajak mamanya ke kos yang dulu ditempati oleh Zella. Sedangkan papa Green menemani putrinya sambil menanyakan perkembangan bisnis kecilnya.
Siang harinya, papa dan mama tiri Zella berpamitan pulang. Zella langsung beristirahat sebentar dan setelah itu mulai merekap hasil kerja selama satu minggu pertama.
Ia mengingat langkah-langkah yang pernah diajarkan Levi saat ia terkena hukuman. "Kalo yang ini, kemarin input datanya kemana yaaa." ucap Zella sambil mengingat ingat.
"Data yang ini masuk dalam tabel A, yang ini masuk tabel B." ucap Levi sambil mengarahkan cursornya.
"Pak Levi kapan dateng?" tanya Zella mengerutkan keningnya tidak menyangka Levi sudah ada di sampingnya.
Levi membantu Zella yang baru pertama kalinya terjun dalam dunia bisnis. Tidak ada satu jam, Zella menyelesaikan pekerjaannya.
"Thanks a lot, Pak Levi." ucap Zella lega. "Oh iya, bentar ya Pak, saya buatkan minum dulu." Zella langsung pergi ke pantry membuatkan minum untuk Levi.
Saat Zella membuatkan minum, Winda datang tiba-tiba karena ada beberapa berkas yang belum ia print dan fotocopy. Winda terpukau saat melihat Levi yang sedang duduk di ruang kerja Zella.
"Itukan cowok cakep yang ada difoto Zella waktu first opening rukonya Zella." batin Winda yang memang bela belain pindah kampus karena iri Zella dikelilingi cowok cowok tampan.
Winda langsung menghampiri Levi dan memperkenalkan dirinya. "Hai, kenalin saya Winda. Kakaknya Zella." Winda mengulurkan tangannya.
Levi mendongakkan wajahnya dan menyambut uluran tangan Winda. "Levi." jawabnya singkat.
Tanpa rasa malu, Winda langsung duduk di samping Levi dan sedikit mepet hingga membuat Levi sedikit risih.
"Ngapain disini?" tanya Zella ketus melihat posisi Winda yang sangat dekat dengan Levi.
"Mau ngeprint aja. Trus kenalan deh sama Kak Levi." jawab Winda dan Levi langsung berdiri mengambil minuman dari tangan Zella.
"Ngeprint di luar aja gih. Ini ruang kerja aku." jelas Zella mendorong Winda keluar dan menutup ruangannya.
Winda langsung mencebik kesal, "Awas aja yaa. Levi bakal jadi milik aku." gerutu Winda.
"Maaf pak, itu anak mama tiri aku. Gak tau kenapa dia jadi pindah kuliah disini." ucap Zella dan Levi hanya mengangguk.
"Emmh, by the way. Makasih banyak ya pak." ucap Zella.
"Ini gak gratis yaaa. Saya minta salin ini dalam bentuk soft file dan saya tunggu hari senin di ruangan saya." ucap Levi menyerahkan setumpuk kertas di atas meja kerja Zella.
"Apaaa?!!" pekik Zella. "Gak salah nih pak. Kenapa bukan asisten dosen bapak aja." jawab Zella tidak terima.
"Asisten saya lagi sakit." jawab Levi singkat san langsung pergi meninggalkan Zella.
"Dasar dosen gila! Pantesan jomblo, Aku cabut terima kasihnya." umpat Zella pelan.
"Kenapa sih jadi orang ngeselin bangeeeeeet." Zella mulai kesal dan membuka satu persatu tumpukan kertas dari Levi. "Rasanya pingin aku sobek-sobek nih."
Satu pesan masuk dalam HP Zella.
Pak Levi
Kerjain aja, jangan banyak mengumpat!
Sent : 17.55
Zella
Bapak beneran dosen paling ngeselin yang pernah saya kenal.
Sent : 17.56
Levi hanya tersenyum melihat balasan pesan dari Zella.