Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 13 - Seranjang Lagi
“Mas anterin aku ke rumah nenek ya. Sudah hampir seminggu
belum ketemu nenek.”
“Mau malam mingguan disana Dek?”
“Gak malam mingguan aja, maunya nginep disana juga.” Tia
menjawb sembari mengepak beberapa barang untuk persiapan nginep diruma nenek.
“Mas ikut nginap juga ya??”
“Haa?? Gak usah. Cukup anterin aku saja.”
“Ya udah deh kalo gitu.” Rizal berjalan gontai ke motor
bututnya.
Di Rumah Nenek
Ting…Tong… Ting…Tong…
“Siapa ya??”
“Tiaaaaaa neeeeekk….”
“Oalah kamu toh Ndu…” Nenek membuka pintu dan Tia langsung
menghambur ke pelukan neneknya.
“Neeeeeekkk…… Tiaaaa kangeeeennn…”
“Duhhh…Duhhh…Duhhh.. sudah punya suami kok masih aja
manjanya gak hilang-hilang…” Nenek membalas pelukan Tia sambil
menepuk-nepuk pundaknya. Kemudian nenek
memeluk Rizal.
“Piye kabarmu Le?? Arek iki gak nyusahno kan??” (-Bagaimana
kabarmu Nak, anak ini tidak menyusahkanmu kan??-)
“Mboten Mbah…” (-Tidak Nek-)
Nenek menarik tangan keduanya untuk masuk ke dalam rumah.
“Ayo-ayo masuk… Nenek kangen dengan kalian berdua. Nginep
kan?” Tanya nenek pada keduanya.
“Iya nek, Tia nginep. Tapi Mas Rizal harus pulang karena ada
urusan.” Tia cepat-cepat menjawab.
“Lho sayang sekali kalau gak nginap. Padahal mau nenek
masakin makanan lezat.”
“Eh… urusannya tidak begitu penting kok nek. Masih bisa saya
tunda.”
“Beneran bisa ditunda?? Kalau begitu, Nak Rizal nginep
dirumah Nenek ya?”
“Dengan senang hati Nek…” Rizal ngeloyor membuntuti nenek.
Dia takut dengan tatapan mata membunuh yang sedang memperhatikannya.
Dari awal dirinya sudah tidak mengizinkannya untuk menginap, tapi ternyata dia malah mengambil
kesempatan yang diberikan nenek. Dia tahu nenek mendukungnya. Dasar laki-laki
licik. Tia sedikit menyesal telah memperayai suaminya itu. Jangan harap nanti
malam aku memperlakukanmu dengan baik!! Pikir Tia.
Malam semakin larut, ditengah keasyikan mereka nonton tv
nenek berpamitan untuk tidur terlebih dulu.
“Nenek tidur dulu ya… Kalian yang rukun. Ndu, kamu harus
memperlakukan Nak Rizal dengan baik.” Nenek memperingatkan cucunya.
“Iya Nek… Selamat tidur Nek…” Tia mengecup pipi nenek.
Sepeninggal nenek, hanya tinggal mereka berdua diruang tv tersebut. Tia mulai
menatap Rizal dengan tatapan gusar.
“Tadi kan aku udah bilang, kamu gak usah ikut nginep. Kenapa
ikut nginep segala?!!”
“Ya kan gak enak Dek, nenek udah nyiapin makanan enak. Gak
mungkin untuk ditolak kan?”
“Pinter banget cari alasan. Mau cari-cari kesempatan?? Udah
lupa sama perjanjian??”
“Gak kok Dek.” Rizal menjawab sembari menunduk, berpura-pura
menyesal.
“Gak usah pura-pura menyesal. Awas saja kalo nanti
macam-macam ya. Liat aja akibatnya!” dengan nada mengancam Tia menandaskan
kata-katanya.
Jam menunjukkan pukul sebelas malam ketika mereka memutuskan
untuk beristirahat. Tia mengatur tata letak kasurnya. Dia mengambil guling dan
beberapa bantal, kemudian meletakkannya di tengah-tengah tempat tidur.
“Aku sebelah sini, Kamu sebelah sana. Awas saja kalau sampai
melewati areaku ya!”
“Iya…iya, gak akan kok Dek.”
Kemudian mereka berdua tertidur dalam keadaan guling dan bantal
diitengah-tengah mereka. Rizal berusaha memejamkan matanya. Ingin rasanya dia
mengambil kesempatan itu dan menerkam Tia. Mereka berada di rumah nenek yang
akan selalu mendukungnya, jadi istrinya itu tidak mungkin bisa berbuat apa-apa.
Namun Rizal kembali mengingat perjanjian yang sudah ditanda-tanganinya.
Walaupun dia merasa perjanjian itu kekanak-kanakan dan tidak ada kekuatan
hukumnya, namun dia merasa perlu untuk mentaatinya setidaknya untuk menghormati
kemauan istrinya. Rizal pun tertidur.
Tak berapa lama kemudian, dia merasakan ada tangan yang
meraba-raba dadanya. Rizal membuka matanya dengan terkejut. Dia melihat tangan
Tia meraba-rabanya, kemudian memasukkan jari-jemari tangannya ke dalam bajunya.
“Apa maunya wanita ini?? Katanya tidak boleh ada kontak
fisik? Tapi kenapa wanita ini selalu menyentuhnya?” Pikir Rizal kesal. Tia
mulai menyusupkan kepalanya di dada Rizal dan mengendus-ngendus baunya.
Seolah-olah aliran darahnya langsung terpusat ke satu titik, Rizal langsung ON
FIRE.