NovelToon NovelToon
Perempuan Kedua

Perempuan Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nadhira ohyver

Maya, seorang mualaf yang sedang mencari pegangan hidup dan mendambakan bimbingan, menemukan secercah harapan ketika sebuah tawaran mengejutkan datang: menikah sebagai istri kedua dari seorang pria yang terlihat paham akan ajarannya. Yang lebih mencengangkan, tawaran itu datang langsung dari istri pertama pria tersebut, yang membuatnya terkesima oleh "kebesaran hati" kakak madunya. Maya membayangkan sebuah kehidupan keluarga yang harmonis, penuh dukungan, dan kebersamaan.
Namun, begitu ia melangkah masuk ke dalam rumah tangga itu, realitas pahit mulai terkuak. Di balik fasad yang ditunjukkan, tersimpan dinamika rumit, rasa sakit, dan kekecewaan yang mendalam. Mimpi Maya akan kehidupan yang damai hancur berkeping-keping. Novel ini adalah kisah tentang harapan yang salah tempat, pengkhianatan emosional,Maya harus menghadapi kenyataan pahit bahwa hidup ini tidak semanis doanya, dan bimbingan yang ia harapkan justru berubah menjadi jerat penderitaan.

kisah ini diangkat dari kisah nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Babak Baru: Pertemuan di Atas Ranum

Dengan langkah terseok oleh rasa gugup, Maya akhirnya sampai di sisi kasur. Kakinya terasa dingin saat ia naik, lalu duduk tepat di sisi Riski, menyisakan sedikit jarak di antara mereka, sebuah sekat tak kasat mata yang masih membatasi dua insan asing yang kini terikat dalam janji suci.

Riski yang sebelumnya bersandar santai, kini langsung menegakkan tubuhnya, berbalik penuh menghadap Maya. Tatapan matanya yang tenang namun intens kini terfokus sepenuhnya pada wajah sang istri.

Perlahan, tangan Riski terulur. Jemarinya yang hangat menggenggam lembut tangan Maya. Genggaman itu terasa meyakinkan, sedikit meredakan badai di hati Maya. Riski menatap Maya dalam-dalam, mencoba membaca jiwa di balik mata yang penuh keraguan itu.

Maya, dengan hati yang berdebar kencang dan juga malu-malu, memberanikan diri. Kali ini, ia tidak menunduk. Ia membalas tatapan Riski, menatap lurus ke dalam matanya, seolah mencari jawaban atas segala pertanyaan yang selama ini menghantuinya. Di tatapan mata Riski, ia tidak menemukan amarah seperti yang Hana katakan, hanya keteduhan dan misteri yang menanti untuk dipecahkan.

Riski menghela napas, tatapannya melembut namun serius, seolah sedang menyampaikan sebuah kebenaran yang mutlak.

"Obat itu memang Umma Fatimah yang kasih, tapi dia nggak punya niat buruk terhadap kamu, May."

Riski menghentikan ucapannya sejenak, genggaman tangannya mengerat, mencoba memberikan keyakinan.

"Umma Fatimah bilang karena kita masih baru, sebaiknya saling mengenal lebih dulu. Yang dikhawatirkan, ketika sudah ada anak, kemudian kamu berubah pikiran."

Maya mendengarkan dengan saksama, menahan napasnya. Setiap kata terasa seperti bongkahan es yang jatuh ke hatinya. Riski melanjutkan, tanpa menyambung ucapannya yang tadi, tapi masih dalam satu topik yang sama.

"Saya nggak bisa jauh-jauh dari anak saya, May. Saya pasti rindu sama mereka," ucap Riski, ada nada kerinduan yang nyata dalam suaranya.

"Kalau nanti kita sudah ada anak, terus kamu mungkin nggak kuat dan memilih berpisah, membawa anak-anak saya, itu yang saya nggak sanggup. Jadi saya pikir, Umma Fatimah ada benarnya."

Maya mendengarkan dengan seksama, mencerna setiap kata yang keluar dari mulut suaminya. Tapi di sudut hatinya yang paling dalam, ia ragu akan alasan tersebut. Alasan itu terasa begitu dangkal, begitu egois. Khawatir ia akan membawa lari anak-anaknya?

Sebuah ironi menusuk hatinya, membuat kegelisahan yang tadi malam muncul kembali menggerogoti. Di saat Maya berperang dengan dirinya sendiri, mengorbankan logika, dicaci maki kakaknya, dan meninggalkan semua yang ia miliki demi memilih menerima lamaran mereka—semua demi mencari ridha Allah dan kehidupan yang lebih baik—keluarga ini justru hanya memikirkan ketakutan sepihak mereka sendiri. Mereka hanya memikirkan skenario terburuk dari sisi mereka.

Keraguan Maya semakin dalam, tapi sekali lagi, ia hanya diam. Menelan pil pahit kekecewaan pertamanya di pernikahan ini, sebuah isyarat nyata akan ketidakadilan yang mungkin akan sering ia rasakan di masa depan.

Keheningan melingkupi kamar hotel, hanya menyisakan detak waktu dan detak jantung Maya yang berpacu. Di balik keraguan dan kekecewaan yang samar, Maya berusaha mengusir segala kegundahan di hatinya. Komitmennya telah dibuat di hadapan Allah, dan Riski kini adalah suaminya yang sah.

Riski melepaskan genggaman tangannya dari Maya, pandangannya beralih dari mata Maya, menyiratkan adanya niat lain setelah perbincangan serius tentang masa depan mereka.

Maya mengerti isyarat itu. Dia berusaha mengusir segala kegundahan dan keraguan di hatinya. Apapun kekecewaan yang ia rasakan atas alasan dangkal tadi, status Riski kini adalah suaminya yang sah, dan melayaninya adalah bagian dari ibadah dan kewajibannya sebagai seorang istri.

Dengan sepenuh hati dan kepasrahan, Maya melayani Riski. Keraguan sejenak sirna, digantikan oleh kepasrahan pada takdir yang telah ia pilih. Kini, di kamar hotel sederhana itu, keduanya benar-benar menjadi satu, secara fisik dan batin, memulai babak baru kehidupan pernikahan poligami yang penuh tantangan.

Penyatuan mereka telah usai. Keheningan kembali melingkupi kamar hotel, menyisakan napas yang sedikit memburu dan suasana intim yang perlahan memudar, digantikan oleh realitas yang dingin.

Riski, dengan kelelahan yang nyata di wajahnya akibat perjalanan panjang, memilih untuk tidur. Dia membalikkan tubuhnya, segera terlelap dalam pulas nya, seolah telah menyelesaikan tugasnya. Maya memahami hal itu; wajar jika suaminya masih merasakan kelelahan hebat setelah menempuh perjalanan jauh menuju kotanya. Namun, ada sedikit rasa hampa di hatinya, ditinggalkan sendirian dalam keheningan pasca-pernikahan yang sakral.

Dengan perlahan, penuh kehati-hatian, Maya turun dari kasur. Ia khawatir mengusik tidur Riski, melangkah dengan jinjit, setiap gerakannya diatur agar tidak menimbulkan suara sekecil apa pun di kamar yang terasa asing itu.

Maya berjalan ke arah kopernya, membuka koper tersebut, dan pandangannya langsung tertuju pada kotak kecil berisi pil kontrasepsi. Jemarinya meraih kemasan obat itu, dan saat kulitnya menyentuh aluminium foil dingin, pikirannya kembali berisik. Keraguan yang sempat ia singkirkan selama momen intim tadi, kini kembali menghantamnya dengan keras.

Mengapa pil ini begitu penting?

Maya menatap pil di tangannya, simbol nyata dari kerumitan takdirnya sebagai perempuan kedua yang penuh tanda tanya. Apakah janji tentang keturunan itu hanya bualan belaka? Apakah dirinya hanya alat untuk memenuhi ego dan ketakutan Umma Fatimah dan Riski? Hati Maya terasa nyeri, memikirkan kembali pengorbanannya yang besar hanya untuk berakhir dengan pil penunda kehidupan di tangannya.

Benda kecil yang kini ada di dalam genggaman Maya terasa seberat batu. Pikirannya melayang, berputar liar, meragukan setiap kata yang diucapkan Riski tadi.

Apakah itu semua hanya alasan yang dibuat-buat oleh Umma Fatimah?

Sebuah pikiran dingin menusuk hatinya. Rasa cemburu. Mungkin saja kasih sayang Riski sebagai ayah dari anak-anaknya akan terbagi dengan anak Maya nantinya, dan Umma Fatimah tidak sanggup menerima kenyataan itu. Alasan "saling mengenal dulu" atau "takut Maya membawa lari anak" terasa semakin tidak masuk akal, digantikan oleh bayangan samar kecemburuan seorang istri pertama yang berusaha menjaga kendali atas suaminya.

Hati Maya terasa perih. Apakah ia baru saja melompat dari satu ketidakpastian ke ketidakpastian lain yang lebih menyakitkan? Ia merasa tertipu, meskipun tidak ada kebohongan yang gamblang terucap. Hanya manipulasi emosional yang halus, terbungkus dalam kekhawatiran yang terdengar masuk akal.

Maya memejamkan mata erat, mencoba menahan air mata yang mendesak keluar. Di balik punggungnya, suaminya tertidur pulas, sementara di tangannya, ada pil penunda kehidupan yang menjadi pengingat pahit akan posisinya yang terasa tidak setara, yang haknya mungkin sudah dibatasi bahkan sebelum ia melangkah masuk ke dalam rumah tangga itu.

Maya meletakkan kembali pil tersebut ke dalam tasnya—bekas kemasan pil yang kini kosong satu butir. Ya, dia sudah meminumnya di dalam kamar mandi tadi, saat dirinya berganti pakaian. Sebuah keputusan yang diambil di tengah kepasrahan, sebelum sempat keraguan mendalam ini muncul.

Dengan langkah perlahan, ia kembali ke sisi kasur. Keheningan kamar hotel terasa semakin pekat, mencekam. Dengan hati-hati, ia membaringkan tubuhnya di samping Riski yang sudah pulas lebih dulu, lelah dalam tidurnya.

Maya memejamkan mata erat-erat, memaksa dirinya untuk tidur. Ia berusaha keras melupakan kegelisahan hatinya dan pikiran-pikiran buruknya terhadap Riski dan juga Umma Fatimah. Pil pahit itu sudah ditelan, fisiknya mungkin sudah terkontrol, tapi hatinya tidak.

Biarlah keraguan itu sirna bersama tubuhnya yang tertidur, berharap esok hari akan membawa kejelasan di tengah rumitnya status barunya sebagai seorang istri, yang kini resmi terikat janji dan telah menelan pil penunda kehidupan impiannya sendiri.

Bersambung...

1
Arin
Kalau udah kayak gini mending kabur...... pergi. Daripada nambah ngenes
Eve_Lyn: setelah ini masih banyak lagi kisah maya yang bikin pembaca jadi gedeg wkwkwk
total 1 replies
Arin
Kalau rumah tangga dari awal sudah begini..... Apa yang di harapkan. Berumah tangga jadi kedua dan cuma jadi bayang-bayang. Cuma dibutuhkan saat suami butuh pelayanan batin baru baik......
Eve_Lyn: hehehe....banyak kak kisah-kisah istri yang demikian...cuma gak terekspos aja kan,,,kalo kita menilainya dari sudut pandang kita sendiri, ya kita bakalan bilang dia bego,bodoh, tolol, dan lain-lain hehehe...intinya gak bisa menyamaratakan semua hal dari sudut pandang kita aja sih gtu hehehe...awal juga aku ngerasa gtu,,, tapi setelah memahami lebih dalam, dalam melihat dari sudut pandang yang berbeda, kita jadi bisa sedikit lebih memahami, walawpn kenyataannya berbanding dengan emosinya kita...hihihihi...makasih yaa,kakak setia loh baca novelku yang ini hehehehe
total 1 replies
kasychan04-(≡^∇^≡)
MasyaAllah
kasychan04-(≡^∇^≡)
mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!