Tragedi menimpa Kenanga, dia yang akan ikut suaminya ke kota setelah menikah, justru mengalami kejadian mengerikan.
Kenanga mengalami pelecehan yang di lakukan tujuh orang di sebuah air terjun kampung yang bernama kampung Dara.
Setelah di lecehkan, dia di buang begitu saja ke dalam air terjun dalam keadaan sekarat bersama suaminya yang juga di tusuk di tempat itu, hingga sosoknya terus muncul untuk menuntut balas kepada para pelaku di kampung itu.
Mampukah sosok Kenanga membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sigit mencari
Sigit sudah pulang dan bersiap ke air terjun, tapi dia tidak bisa berangkat sebelum Wisnu pergi dari rumah jadi dia akan menunggu sampai Wisnu pergi.
"Zainab katanya sakit pak, Sigit mau menjenguknya" ucap Sigit
"Jangan dulu, kalian sedang di pingit karena enam hari lagi kalian akan menikah, biarkan dia istirahat sampai hari pernikahan kalian" jawab Wisnu
"Kalau sakit kenapa tidak di tunda saja pak" ucap Sigit
"Tidak boleh, pernikahan kalian tidak boleh di tunda karena bapak ingin punya cucu" jawab Wisnu
"Iya nak, ibu juga ingin menimang bayi, sudah lama sekali sejak dulu kamu bayi, ibu tidak di berikan kesempatan lagi untuk memiliki anak karena kecelakaan itu" ungkap Dasih.
"Itu salah mereka dan aku sudah menghukum orang orang itu yang sudah membuat kamu Kecelakaan" ucap Wisnu mengusap punggung Dasih
"Aku tetap bahagia mas, karena ada kalian, nanti juga akan ada cucu kita" jawab Dasih dan Wisnu mengangguk
"Bukan cucu Bu, tapi anak bapak" batin Sigit menatap kasihan pada ibunya
"Apa bapak akan ke ladang?" tanya Sigit
"Tidak, hari ini bapak hanya akan di rumah saja bersama kalian" jawab Wisnu
"Sigit ada janji dengan pemilik toko perhiasan pak, cincin pernikahan Sigit katanya jadi hari ini, jadi Sigit mau ke sana untuk memeriksanya" ucap Sigit
"Kalau begitu pergilah dengan Burhan, akhir akhir ini sering terjadi kejadian aneh dan mungkin itu teluh dari orang yang tidak menyukai bapak, bapak tidak mau terjadi sesuatu pada kamu di jalan seperti saat perampokan itu" ucap Wisnu membuat Sigit tak bisa menolak
"Baiklah pak, Sigit pamit dulu" jawab Sigit mencium tangan Wisnu dan Dasih
Di perjalanan ke pasar, Sigit terus memikirkan bagaimana caranya dia bisa terbebas dari Burhan, apalagi Burhan terus saja mengawasi setiap gerak gerik Sigit yang terlihat gelisah karena kepanasan di dalam mobil Wisnu.
"Kenapa den?" tanya Burhan
"Mungkin saya terbiasa memakai motor, makanya agak sedikit kurang nyaman saat memakai mobil" jawab Sigit
"Oh karena itu, Aden tidak perlu takut, Saya akan menyetir dengan hati hati" ucap Burhan
"Pak, waktu saya pingsan di air terjun, saya kehilangan kalung saya, apa bisa saya ke sana untuk mencarinya, itu kalung yang sangat berharga" ucap Sigit
"Biar saya bantu cari" jawab Burhan santaii seolah tidak pernah terjadi apapun di hari itu.
"Nanti saja setelah mengambil cincin pernikahan saya, kita ke sana, saya ingin memakai kalung itu di pernikahan saya nanti" ucap Sigit
"Semoga ketemu ya den" ucap Burhan
"Aamiin" jawab Sigit
Sampai di pasar, Sigit langsung ke toko emas untuk mengambil cincin pernikahannya, tak lupa dia juga meminta sebuah kalung perak di bungkus secara diam diam supaya Burhan tidak curiga. Bahkan Sigit membeli buah buahan untuk di kirim ke rumah Zainab melalui anak buah Wisnu yang lain. Burhan tampak tersenyum senang karena melihat perhatian Sigit pada Zainab dan menganggap kalau Sigit benar benar sudah jatuh cinta pada Zainab.
"Ayo pak, kita ke air terjun"
"Mari den" jawab Burhan sopan
Perjalanan ke air terjun membutuhkan waktu satu jam, tapi karena Burhan membawa mobil itu dengan kecepatan tinggi, mereka bisa sampai dalam empat puluh menit saja.
"Nah, saya ingat saya di pukul di sini, mobil saya ada di sebelah sana, dan saat itu Dirga ada di samping saya, terus Kenanga, Kenanga saya lupa" ungkap Sigit dan Burhan hanya mendengarkan saja.
Mereka berkeliling mencari kalung yang di maksud, bahkan Sigit sengaja melempar kalung yang dia beli ke arah sungai yang di depannya ada air terjun supaya dia bisa mendekat ke sana dan melihat ke bawah.
"Tidak ada apapun den" ucap Burhan
"Mungkin tertimbun tanah pak, kalungnya perak dengan liontin bulan sabit" jawab Sigit
Krak.
Sigit menginjak sesuatu saat dia sudah ada di samping pohon besar tempat Kenanga di gilir Wisnu dan anak buahnya, saat kaki terangkat, dia melihat jepit rambut Kenanga ada di bawah tumpukan daun dan ranting kering yang sudah tertimbun dan sudah patah.
"Ini.. Ini jepit rambut Kenanga" batin Sigit
"Bagaimana den, ada tidak?" tanya Burhan yang ada di belakang Sigit
"Tidak ada di sini pak, mungkin sudah hilang" jawab Sigit yang hampir menangis
"loh, itu ada yang berkilau di dalam air, akan saya lihat" ucap Burhan berlari ke arah sungai
Sigit segera mengambil jepit rambut itu, dia juga mencari barang lain yang mungkin adalah milik Kenanga dan dia menemukan beberapa helai rambut di sana yang cukup banyak, entah mendapatkan keyakinan dari mana tapi Sigit langsung memasukkan rambut itu ke dalam saku celananya meskipun kotor.
"Ada bekas cakaran di pohon ini, apa yang terjadi sebenarnya" gumam Sigit
"Den Sigit! Saya menemukan sebuah kalung" panggil Burhan dan Sigit segera bangkit dan berlari ke sana
"Iya pak, ini kalung saya" ucap Sigit terlihat senang
"Tapi sudah patah den" ucap Burhan
"Tidak apa apa, masih bisa di perbaiki" jawab Sigit sambil mengintip ke arah bawah air terjun yang saat itu arus ke sungai bawah sedangkan surut.
"Jangan lihat ke sana den, nanti pusing dan jatuh" ucap Burhan menarik tangan Sigit yang terpaksa harus mundur kembali.
"Jadi basah kakinya den" ucap Burhan
"Untung sepatunya kita buka tadi pak" ucap Sigit dan Burhan mengangguk
"Eh... Ini jam tangan Dirga, kenapa ada di sini, pasti lepas saat dia melawan penjahat itu" gumam Sigit mengambil jam tangan yang tertimpa bebatuan sungai tapi masih bisa dia lihat
"Sudah rusak den, di buang saja" ucap Burhan melempar jam milik Dirga ke arah air terjun Dara.
"Pak Burhan main buang saja, itu kenang kenangan terakhir Dirga, katanya dia tidak akan kembali ke kampung ini lagi" protes Sigit
"Tahu dari siapa Den?" tanya Burhan
"Dari bi Yuyun, katanya dia di telepon Dirga dan minta semua barangnya di kirim ke kota" jawab Sigit
"Ayo pulang den, sudah lewat Dzuhur" ajak Burhan dan Sigit mengangguk
"Saat ada kesempatan aku akan ke sini lagi Kenanga, Dirga" batin Sigit
Sigit terus memegangi jepit rambut dan rambut Kenanga yang dia kantongi, satu bagian dari Kenanga sudah dia bawa pulang, dan dia akan membawa bagian yang lainnya.
Ya, Sigit sudah tahu Kenanga yang bersamanya bukanlah manusia saat dia tak sengaja melihat ke arah cermin di kamar Kenanga, tak ada pantulan Kenanga di cermin itu dan Sigit sangat terkejut saat itu.
"Aku kan membawamu pulang, jika benar apa yang aku pikirkan, aku akan mencari jasadmu dan juga Dirga Kenanga, akan aku temukan kalian" batin Sigit menitikkan air matanya.
kenanga tutut blasa mu aq mah hayok
menarik di awal bab