NovelToon NovelToon
Warisan Dari Sang Kultivator

Warisan Dari Sang Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Harem / Balas Dendam
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sarif Hidayat

Seorang pemuda berusia 25 tahun, harus turun gunung setelah kepergian sang guru. Dia adalah adi saputra.. sosok oemuda yang memiliki masa lalu yang kelam, di tinggalkan oleh kedua orang tuanya ketika dirinya masih berusia lima tahun.

20 tahun yang lalu terjadi pembantaian oleh sekelompok orang tak di kenal yang menewaskan kedua orang tuanya berikut seluruh keluarga dari mendiang sang ibu menjadi korban.

Untung saja, adi yang saat itu masih berusia lima tahun di selamatkan okeh sosok misterius merawatnya dengan baik dari kecil hingga ia berusia 25 tahun. sosok misterius itu adalah guru sekaligus kakek bagi Adi saputra mengajarkan banyak hal termasuk keahliah medis dan menjadi kultivator dari jaman kuno.

lalu apa tujuan adi saputra turun gunung?

Jelasnya sebelum gurunya meninggal dunia, dia berpesan padanya untuk mencari jalan hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 Aroma keringat rayan

KEESOKAN PAGINYA

Maudy terbangun dari tidurnya. Ia melihat jam di layar ponsel sudah menunjukkan pukul 07:30.

"Hoam," Maudy menggeliatkan tubuhnya. Kesadarannya masih belum sepenuhnya pulih, hingga setelah beberapa saat ia membulatkan matanya saat mendapati ia telah tidur di tempat tidur yang asing baginya.

"Astaga... Kenapa aku begitu bodoh harus bangun siang seperti ini?" Jika bukan karena kelelahan, Maudy sebenarnya termasuk gadis yang rajin. Ia biasanya akan bangun pukul lima atau enam pagi.

Maudy pun bergegas keluar dari kamar. Ia berharap pemuda itu belum bangun hingga ia tidak akan malu saat nanti bertemu dengannya.

"Sepertinya dia memang masih tertidur? Ah, syukurlah. Aduh, gatal sekali rasanya tubuhku karena terus memakai pakaian yang sama dari semalam."

Maudy mengeluh sendiri atas kecerobohannya karena tidak membawa beberapa pakaian saat kabur dari rumah. Maudy pun memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sedangkan rayan sendiri, sebenarnya ia sudah terbangun dan saat ini tengah melakukan beberapa gerakan di halaman depan seperti yang sering ia lakukan ketika pagi hari.

Tak terasa sudah pukul 8 pagi menjelang siang hari. Tampak jelas keringat bercucuran membasahi pakaian yang rayan kenakan. Namun, uniknya, tidak sedikit pun aroma bau keringat yang tidak enak keluar dari tubuhnya. Jika ada orang lain yang dekat dengannya saat itu juga, mungkin mereka akan mencium aroma wangi yang tak dapat dijelaskan dari keringat yang keluar dari tubuh rayan itu.

Inilah salah satu kelebihan dari Tubuh Bawaan-nya. Gurunya dulu pernah mengatakan, bahwa Rayan memiliki bakat tubuh istimewa yang hanya ada seratus ribu tahun sekali setiap kelahirannya. Dulu di dunia kultivasi, nama tubuh bawaan biasa disebut sebagai Tubuh Titisan Langit, karena orang yang memiliki tubuh tersebut akan le ih cepat dalam berkutlivasi dan dapat menguasai semua jurus maupun keahlian apa pun dalam waktu singkat. Itulah sebabnya orang yang memiliki bakat Titisan Langit sejak zaman dulu tidak ada yang berumur panjang, karena semua orang kuat memburunya dan akan langsung membunuhnya sebelum tumbuh dewasa. Begitulah rangkuman cerita singkat yang diceritakan oleh sang guru pada Rayan waktu itu.

Rayan menyudahi latihannya. Apalagi tampak sosok pria paruh baya dengan motor matiknya datang ke arahnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Pak Rahmat. Namun, kali ini ia tidak bersama istrinya. rayan agak terkejut pria paruh baya itu datang secepat ini. Ia bahkan belum sempat pergi untuk menukarkan beberapa koin emasnya.

"Wah, jarang sekali saya melihat ada anak muda bisa begitu banyak menguasai gerakan olahraga. Sepertinya saya datang terlalu pagi?" Setelah turun dari motornya, Pak Rahmat segera menghampiri anak muda yang telah membeli rumahnya itu. Saat di atas motor tadi, ia sedikit melihat anak muda itu melakukan beberapa gerakan tubuh.

"Pak Rahmat bercanda. Saya merasa bahkan ini mungkin sudah pukul 8 menjelang siang. Dan lagi, kedatangan Pak Rahmat memang cukup membuat saya agak terkejut, saya tidak berharap Pak Rahmat akan datang secepat ini," ucap rayan.

"Sebenarnya bapak hanya kebetulan memiliki beberapa urusan hari ini, jadi bapak berpikir untuk datang kemari terlebih dahulu." Pak Rahmat agak tak enak hati. Awalnya memang dirinya akan datang sore hari, namun karena ia memiliki beberapa urusan yang mungkin ia tidak akan kembali ke kota ini dalam beberapa hari, jadi Pak Rahmat segera mengurus pemindahan nama atas rumah itu atas nama rayan, lalu ia segera datang mengunjungi pemuda itu.

"Tidak enak jika mengobrol seperti ini, lebih baik kita bicara sambil duduk," ujar rayan, mendapat anggukan dari Pak Rahmat. Kemudian, keduanya pun duduk di teras rumah itu.

"Nak rayan, ini adalah surat kepemilikan rumah ini, saya sudah mengubah namanya atas yang sesuai dengan KTP yang kamu berikan. Dan sudah sudah sepakat dengan sang pemilik tanah tidak mengubah aturan sebelumnya" Pak Rahmat menyerahkan surat rumah itu kepada rayan. Karena rumahnya adalah rumah sederhana dan tidak berikut tanah, Pak Rahmat cukup mengeluarkan sedikit biaya agar proses pengalihan nama rumahnya dipercepat. rayan pun mulai memeriksa surat tersebut, yang mana sudah tertera namanya dengan kepemilikan rumah di kawasan Metro, berikut keluasan rumah berikut dengan tanahnya yang hanya sepetak saja.

"Begini Pak Rahmat, sebetulnya hari ini saya berencana untuk menukarkan barang terlebih dahulu, tetapi karena Pak Rahmat sudah datang, jadi saya akan membayar sisanya tidak dengan uang rupiah. Aku tidak tahu apakah Pak Rahmat bisa menerimanya atau tidak. Jika tidak, aku harap Pak Rahmat menunggu terlebih dahulu sampai saya menukarkan barang ini."

Sambil mengeluarkan tiga koin emas dari dalam cincin penyimpanannya tanpa sepengetahuan Pak Rahmat, rayan meletakkan tiga koin emas di atas meja kecil di depannya.

Pandangan Pak Rahmat pun langsung tertuju pada ketiga koin itu. Ia bukanlah dari keluarga bangsawan, pengetahuannya tentang benda-benda berharga juga tidak terlalu tinggi. Jadi, selama beberapa saat Pak Rahmat memperhatikan tiga koin emas itu dengan saksama.

"Ini adalah koin emas yang kebetulan saya dapatkan dari suatu tempat. Awalnya saya mengira ini adalah koin emas biasa, tetapi saat kemarin saya menggunakan koin ini untuk membayar makanan di restoran, sang pemilik restoran langsung mengatakan bahwa ini adalah koin emas kuno dari zaman kekaisaran. Dan sang pemilik restoran langsung memberikan saya uang sebesar Rp20 juta setelah saya memberikan tiga koin emas seperti ini sekaligus." rayan menjelaskan agar Pak Rahmat mengetahui bahwa koin emasnya itu memiliki harga yang cukup tinggi jika ditukarkan dengan rupiah.

Sebenarnya.. Arka tidak tau pastinya harga koin emas itu, yang jelas ia memiliki cukup banyak di dalam cincin penyimpannya, tetapi gurunya dulu pernah berkata bahwa emas itu sangat berharga di jaman ini,

"APA? Jadi ini adalah koin emas dari zaman Kaisar?"

Pak Rahmat langsung mengambil salah satu koin itu. Ia melihat ukiran gambar seorang raja yang duduk di sebuah singgasana dan melingkar gambar naga kecil di tangan raja itu. Pak Rahmat begitu takjub melihat ukiran gambar pada koin itu yang tampak sempurna.

"Nak rayan, apakah kamu yakin ini adalah koin kuno dari zaman kekaisaran?" tanya Pak Rahmat memastikan. Pasalnya, jika memang benar, jelas sekali koin-koin ini termasuk barang kuno yang mungkin harga perkoinnya akan mencapai ratusan juta rupiah atau bahkan sampai miliaran rupiah.

"Pak Rahmat boleh mencoba menjualnya ke sebuah toko perhiasan, karena koin emas itu berbahan emas murni. Jika apa yang saya katakan tidak benar, Pak Rahmat boleh mengembalikannya kembali pada saya," jawab rayan.

Melihat tidak ada kebohongan di wajah pemuda itu, Pak Rahmat pun berkata tanpa keraguan. "Karena Nak rayan sudah berkata seperti itu, baiklah, saya akan mencoba membawa ketiga koin ini ke toko perhiasan."

"Kalau begitu saya harus pergi sekarang. Maaf sebelumnya karena sudah mengganggu waktu Nak rayan." Pak Rahmat langsung berpamitan pada Sedawa. namun tak lupa ia menyerahkan ktp milik maudy pada rayan.

"Pak Rahmat terlalu sungkan. Sebelumnya saya juga sangat berterima kasih. Rumah ini sangat cukup nyaman untuk saya tempati," kata rayan.

"Baiklah, sebaiknya aku membersihkan diri terlebih dahulu," gumam rayan setelah kepergian Pak Rahmat. Namun, ketika ia ingin masuk ke dalam rumah, kebetulan Maudy juga akan keluar, jadi hampir saja mereka bertabrakan.

"Ka, kamu...?" Maudy terkejut melihat pemuda itu muncul dari luar. Ia pikir pemuda itu sudah pergi, karena ketika Maudy usai mandi, ia cukup lama berdiam diri di dalam kamar, dan karena merasa lapar, ia akhirnya memutuskan untuk mencari makanan. Tetapi, sebelum itu ia mencari keberadaan pemuda ini terlebih dahulu. Bahkan ia sampai mengetuk pintu kamar pemuda ini untuk membangunkannya jika masih tertidur, dan mendapati tidak ada yang menyahut dari dalam kamar. Maudy pun mengira pemuda itu sudah pergi.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apakah wajahku begitu mempesona?" ucap rayan sembari menyipitkan matanya.

"Cih... siapa yang menatapmu? Aku hanya terkejut saja melihatmu. Aku pikir kamu pergi dan tidak akan segera kembali," dengus Maudy sambil memutar bola matanya malas. Kali ini sikapnya sudah kembali normal seperti biasa.

"Oh, lalu apakah kamu akan pergi keluar?" tanya rayan.

"Ya, aku ingin mencari makanan karena perutku sudah merasa lapar sekali. Apakah kamu sudah makan?" tanya balik Maudy. Biar bagaimanapun, pemuda ini sudah menolongnya dan membiarkan dirinya untuk menginap di rumah barunya.

"Aku baru saja selesai berolahraga dan kebetulan Pak Rahmat datang, jadi aku mengobrol dengannya sebentar," jawab rayan.

"Kalau begitu, kamu tunggulah, aku akan membawakan makanan untukmu," ucap Maudy dan hendak langsung pergi, namun rayan menghentikannya.

"Tidak perlu! Kamu tunggulah sebentar, aku akan membersihkan tubuhku terlebih dahulu. Kita akan pergi bersama."

"Oh, baiklah. Aku harap kamu tidak membersihkan tubuh seperti seorang gadis," kata Maudy. Ia agak mencondongkan kepalanya ke arah tubuh rayan. Entah kenapa ia mencium aroma yang tidak biasa.

"Ya," ujar rayan langsung berjalan ke arah kamar mandi.

"Aneh sekali, jelas-jelas dia sedang berkeringat, tapi kenapa aku mencium tubuhnya begitu wangi?" gumam Maudy sembari memandangi punggung pemuda itu.

1
Jujun Adnin
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!