gara-gara nonton cek khodam online yang lagi viral membuat Deni tertarik untuk mengikutinya. Ia melakukan segala macam ritual untuk mendapatkan khodam nya. Bukannya berhasil Deni justru diikuti setan berdaster, tapi sayang wujudnya kurang keren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ef f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Di malam itu tiba-tiba hujan turun membasahi bumi. Langit hitam juga dihiasi kilatan petir. Jauh dari kediaman rumah duka, seorang pria berlari kecil menuju pos ronda di ujung desa sembari menunggu hujan reda.
Tak berselang lama, seorang wanita tua juga berlari kecil mengikuti ke arah yang sama. Pria itu mengabaikan, bahkan karena mulai bosan, pria itu mengeluarkan hp untuk mencari hiburan di mesia sosial.
"Ini hujannya kok semakin deras ya? Ujar wanita itu bicara sendiri. Setelah itu mengalihkan pandangan ke arah pria disampingnya.
"Sampean mau kemana mas?" tanya nya. Dengan spontan pria itu mematikan ponselnya.
"Saya mau ke rumah saudara mbah" jawabnya singkat.
"Ke rumah saudara? Ke rumah siapa?"
"Ke rumah pak pek saya" jawabnya lagi.
"Kenapa datangnya ndak siang aja? Apa ndak takut sampean mas?"
pertanyaan wanita itu tak kunjung direspon. Si pria justru kembali membuka hp nya untuk mencari hiburan yang sedang viral.
Tatapan si wanita mulai berubah, ia menganggap jika pemuda itu tak menghargai jika berbicara dengan orang tua. Terlebih pemuda itu hanya seorang pendatang.
"Di jei omong karo wong tuo kok nyepelekke". (Diajak bicara sama orang tua kok menyepelekan)
Gumam wanita sepuh itu, namun masih didengar oleh sang pemuda
Seketika ia kembali menatap orang tua itu dengan tidak suka.
"Saya harus jawab gimana mbah? Emangnya saya bisa memprediksi jalanan macet atau tidak? Lagian simbah ngapain jualan jamu malam-malam begini? Takut ada saingan kalo siang?" jawab pemuda itu melirik botol jamu di gendongannya.
Wanita sepuh itu diam. Namun sorot matanya jelas menunjukkan rasa tak suka. Apalagi pemuda itu bersikap seenaknya.
"Bocah ora sopan! Ora duwe unggah ungguh! Titeni wae, awakmu ora bakal bisa metu saka deso iki."
(Anak gak sopan! Tidak punya tata Krama. Lihat aja, kamu tidak akan bisa keluar dari desa ini)
Kalimat pedas yang dilontarkan wanita sepuh itu membuat pemuda terkesiap. Niat hati ingin meminta maaf, wanita itu telah berubah menjadi pocong dengan bagian kepala tidak terikat.
Tubuhnya mendadak kaku, keringat dingin mengucur deras. Tanpa sepatah kata, si pria segera melarikan diri. Namun anehnya, ia mendadak lupa jalan ke tempat saudaranya. Si pria hanya berjalan tak tentu arah sambil menangis.
"Pak lek! Pak lek! Setaaan!" teriaknya ketakutan.
...****************...
Di dalam kamarnya, Deni masih teringat ucapan Sukma. Bahkan ia kesulitan untuk tidur. Apalagi Sukma mengatakan jika pacarnya punya nenen panjang. Tentu saja makhluk itu tak lain adalah setan tobrut.
Meskipun ia tak yakin sebab tak memiliki urusan dengannya lagi.
"Tapi kalo kata Sukma benar, artinya setan tobrut itu ga pergi dong?"
Tiba-tiba Deni teringat dengan ritual pemanggil hantu saat di tempat kerja. Sempat terbersit dibenaknya untuk mengulang ritual itu, meski batinnya menolak.
Bukan hanya sekedar mantra, tapi ritual aneh yang mengharuskan dia jadi pocong.
"Ih nggak lah! Cukup sekali aja ngikutin mereka berdua"
Sebelum benar-benar terlelap, ia kembali merenung jika ritual itu memang berhasil meskipun dia harus lari terbirit-birit. Maka dengan perasaan yang tidak menentu, ia memutuskan untuk membaca mantra itu lagi.
Jailangkung jailangsek disini ada pesta, pestanya kecil-kecilan, datang tak dijemput, pulangnya naik gojek.
Tiga kali Deni merapal mantra itu namun ia tak mendapatkan petunjuk apapun. Ia hanya merasakan angin yang berhembus lirih melintas di telinga nya.
Hanya saja, tiba-tiba Deni merasakan keanehan, sebab angin yang ia rasakan membawa suara seseorang pria yang begitu ketakutan.
"Tolong ! Tolong ! Pocong gundul ". Demikian suara yang ia dengar meskipun samar
"Tadi suara siapa ya? Perasaan yang laki-laki cuma aku di sini?" gumam Deni dalam hati. Setelah tersadar jika ada pocong gundul, maka ia langsung menarik selimut karena takut.
Langit perlahan menuju pagi, Deni sudah bersiap untuk mencari rezeki. Ia sangat percaya diri jika tak akan terlambat. Ia sudah siap untuk menerima pujian dari si juragan sebab datang lebih cepat daripada biasanya.
Namun sesampainya disana ia terkejut sebab pintu gerbang udah terbuka.
Aneh, Deni melihat jam masih menunjuk angka enam, waktu yang terlalu pagi untuk karyawan lain datang.
"Siapa sih yang datang sepagi ini?" gumam Deni penasaran.
Dengan rasa penasaran, Deni masuk ke dalam hendak mencari tau siap yang sudah datang lebih pagi dari dirinya.
Suasana ternak itu benar-benar sepi. Namun ia melihat pintu gudang sedikit terbuka, hingga tanpa pikir panjang Deni segera memeriksanya.
"Pasti Dimas nih, anak yang kelewat rajin" gumam Deni kembali
Namun sesaat kemudian Deni terkejut, bola matanya melotot sebab didalam ada pak haji Rozikin yang sedang main kuda-kudaan dengan seorang perempuan. Bukan hanya Deni aja, si juragan juga terkejut luar biasa. Apalagi tubuh polosnya terekspos sangat jelas.
"Astaghfirullahaladzim. Maaf pak haji, sumpah aku gak liat." jawabnya berkilah. Karena bingung ia jadi salah tingkah, apalagi beberapa detik lalu seakan terjebak dalam adegan dewasa.