NovelToon NovelToon
Istri Kejam Sang Mafia

Istri Kejam Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Mafia / Pernikahan Kilat / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Naelong

Aurelia Valenza, pewaris tunggal keluarga kaya raya yang hidupnya selalu dipenuhi kemewahan dan sorotan publik. Di balik wajah cantik dan senyuman anggunnya, ia menyimpan sifat dingin dan kejam, tak segan menghancurkan siapa pun yang berani menghalangi jalannya.

Sementara itu, Leonardo Alvarone, mafia berdarah dingin yang namanya ditakuti di seluruh dunia. Setiap langkahnya dipenuhi darah dan rahasia kelam, menjadikannya pria yang tak bisa disentuh oleh hukum maupun musuh-musuhnya.

Takdir mempertemukan mereka lewat sebuah perjodohan yang diatur kakek mereka demi menyatukan dua dinasti besar. Namun, apa jadinya ketika seorang wanita kejam harus berdampingan dengan pria yang lebih kejam darinya? Apakah pernikahan ini akan menciptakan kerajaan yang tak terkalahkan, atau justru menyalakan bara perang yang membakar hati mereka sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naelong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alessansro berkunjung ke rumah Giovanni

Pagi itu udara di rumah kakek Gio terasa begitu indah dengan Kabut tipis menyelimuti halaman luas, dan para pengawal berjaga lebih ketat dari biasanya. Mereka berdiri tegap dengan jas hitam rapi, masing-masing menundukkan kepala saat sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan pintu gerbang besar.

Alessandro turun dari dalam mobil memakai jas hitam elegan, wajahnya sedikit lelah, namun sorot matanya penuh tekad. Begitu langkah kakinya menyentuh lantai marmer halaman, para pengawal langsung memberi hormat.

“Selamat pagi, Tuan Andro,” ucap salah satu pengawal dengan nada penuh respek.

Andro hanya mengangguk singkat tanpa senyum. Dalam hatinya, ia masih berkecamuk. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Marcella semalam terus menghantui. Tentang kenapa Giovanni hanya memberikan saham kepada Aurel, sementara Bianca anaknya juga justru diabaikan.

Dengan langkah mantap, Andro berjalan melewati lorong panjang menuju ruang kerja kakek Gio. Setiap jengkal rumah tua itu menyimpan kenangan masa kecilnya. Namun, sejak ibunya meninggal dan Giovanni lebih sering sibuk dengan bisnis serta politik keluarga, rumah ini tak lagi terasa hangat.

Ruang Kerja Giovanni

Pintu kayu berukir megah itu dibuka oleh seorang pelayan setia Giovanni. Aroma kayu cendana bercampur wangi tembakau memenuhi ruangan besar dengan rak-rak penuh buku tebal dan foto-foto keluarga yang tergantung di dinding.

Di balik meja besar dari kayu mahoni, Giovanni duduk dengan tegak. Rambutnya yang memutih memberi kesan bijak, namun sorot matanya tetap tajam, penuh wibawa seorang pemimpin keluarga Valenza. Tongkat hitam dengan ukiran kepala singa selalu berada di genggamannya.

“Andro...” suara Giovanni berat, tenang, namun berwibawa. “Sudah lama kau tidak menemuiku pagi-pagi begini.”

Andro menelan ludah, lalu melangkah mendekat.

“Pa.”

Giovanni mengangguk singkat. “Bicaralah”

Andro menarik napas dalam. “Kenapa hanya Aurel yang mendapat saham, Pa? Sedangkan Bianca juga cucu Papa. Bahkan Dante... saya sudah anggap dia anak kandungku. Bukankah mereka juga berhak?”

Suasana ruangan mendadak hening. Hanya terdengar detik jam tua di dinding. Giovanni perlahan berdiri, lalu menghentakkan tongkatnya ke lantai marmer.

Dukk!

Suara hentakan itu menggema, membuat Andro sedikit terperanjat. Sorot mata Giovanni berubah dingin, menatap anaknya dengan penuh kekecewaan.

“Cucu? Kamu bilang cucu, Andro?” suara Giovanni meninggi. “Aku hanya punya satu cucu... yaitu Aurelia Valenza!”

Andro mengernyit, wajahnya memerah. “Pa... Bianca juga anak kandungku. Dia darah dagingku sendiri! Kenapa Papa tidak pernah menganggapnya?”

Giovanni mendekat, langkahnya perlahan namun penuh tekanan. “Andro... Andro... kau masih saja buta. Kau dibutakan cinta, dan makin lama makin tidak pintar. Sejak perempuan itu masuk ke keluarga kita, aku tidak menyukainya.”

Nada suara Giovanni dipenuhi api amarah yang ditahan selama bertahun-tahun.

Andro mengepalkan tangan. “Papa selalu menyalahkan Marcella. Padahal dia istriku!! Jangan Papa hina dia begitu.”

Giovanni menatap tajam. “Istrimu itu bukan wanita polos, Andro. Dari awal aku sudah melihat kelicikannya. Dan aku tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi pada ibunya Aurel.”

Andro menegang. “Apa maksud Papa?”

Giovanni menghentakkan tongkatnya lagi, kali ini lebih keras. “Siapa yang tahu, Andro? Siapa yang bisa memastikan kalau bukan Marcella yang mencelakai ibunya Aurel? Kematian itu terlalu banyak kejanggalan. Terlalu banyak rahasia yang tidak terjawab. Dan sejak saat itu, aku tidak pernah percaya pada wanita itu!”

Andro menggeleng cepat, matanya memerah. “Pa! Cukup! Jangan bawa-bawa hal lama itu lagi. Maminya Aurel meninggal karena kecelakaan. Bukan karena Marcella!”

Giovanni tersenyum sinis, dingin. “Itu yang kamu yakini. Karena kamu dibutakan oleh cinta, Andro. Kamu terlalu percaya pada wanita itu sampai rela mengorbankan kebenaran.”

Andro menghela napas keras, emosinya meledak. “Papa tidak tahu apa-apa tentang Marcella! Dia wanita baik, dia mencintaiku, dan dia mencintai keluarganya. Papa selalu menuduh tanpa bukti!”

Giovanni mencondongkan tubuhnya, sorot matanya menusuk. “Andro, dengarkan aku baik-baik. Aku sudah hidup cukup lama untuk tahu mana wanita tulus dan mana yang beracun. Dan aku tidak salah kali ini. Kau akan melihat sendiri, cepat atau lambat, bagaimana dia menghancurkanmu.”

Keheningan kembali jatuh di ruangan itu. Giovanni berjalan perlahan kembali ke mejanya, sementara Andro berdiri terpaku dengan dada naik-turun menahan emosi.

“Dengarkan aku, Andro,” Giovanni kembali bicara, kali ini lebih tenang tapi tetap menusuk. “Aku memberi saham itu pada Aurel bukan tanpa alasan. Dia satu-satunya keturunan Valenza yang tersisa. Bianca... meski anakmu, dia bukan bagian dari garis Valenza yang kuakui. Apalagi Dante. Aku memang menyayanginya, tapi dia bukan cucuku”

Andro berbalik, suaranya pecah. “Pa! Bagaimana bisa Papa membedakan begitu? Mereka semua cucu papa! Mereka juga seharusnya keluarga Papa!”

Giovanni menggeleng pelan. “Keluarga tidak selalu ditentukan oleh garis darah semata, Andro. Tapi kepercayaan. Dan aku tidak percaya pada istrimu. Maka aku juga tidak percaya pada anak-anak yang dibesarkan olehnya. Aurel berbeda. Dia darah ibunya—wanita yang Papa cintai dan hormati sampai akhir hayatnya.”

Andro terdiam. Kata-kata Giovanni seperti tamparan keras. Dalam hatinya, ia tahu benar betapa Giovanni mencintai mendiang istri pertamanya, ibu dari Aurel. Cinta itu begitu besar hingga tak tergantikan.

“Papa tidak adil,” suara Andro serak, namun penuh perlawanan. “Papa hanya memandang Aurel. Padahal Bianca juga cucu Papa. Dante juga Papa sayangi sejak kecil. Tapi kenapa mereka diperlakukan seolah tidak ada?”

Giovanni menarik napas panjang, lalu berkata dengan suara dalam, “Karena hanya Aurel yang mampu meneruskan keluarga ini. Aku melihat kekuatan dalam dirinya, sama seperti ibunya dulu. Dia keras, dia pintar, dia tegas. Sementara kau, Andro... kau terlalu lemah di bawah kendali Marcella.”

Andro menggertakkan gigi, menatap ayahnya dengan mata berapi. “Papa tidak pernah mengerti aku.”

Giovanni balas menatap dengan dingin. “Justru aku terlalu mengerti. Itulah kenapa aku kecewa.”

“Pa! Cukup! Saya tidak akan mendengarkan tuduhan Papa lagi. Marcella istriku, Bianca anakku, Dante juga bagian dari keluarga kita. Mau Papa akui atau tidak, mereka akan tetap berdiri di sisiku. Dan kalau Papa tidak mau memberi mereka bagian... maka saya sendiri yang akan memperjuangkannya!”

Giovanni memejamkan mata sebentar, lalu membuka kembali dengan tatapan tegas. “Kalau itu jalanmu, lakukan. Tapi ingat, Andro... jalan yang kau pilih akan berakhir pada kehancuran. Dan saat itu terjadi, jangan pernah katakan aku tidak memperingatkanmu.”

Andro menarik napas panjang, lalu berbalik dan melangkah pergi. Langkahnya berat, namun kepalanya tegak. Ia tahu perdebatan ini belum berakhir.

Sementara Giovanni berdiri di balik mejanya, menatap foto lama mendiang istri Andro, ibu Aurel. Senyum tipis penuh kesedihan tersungging di wajah tuanya.

“Aurel... hanya kau yang bisa menyelamatkan keluarga ini,” gumamnya lirih.

1
Eka Putri Handayani
uh dalam mimpi km bisa rebut leo🤣pulu² mau disandingkan sm berlian ya mana bisa, terlalu menganggap aurel reme bngt dasar orng serakah
Ode Nael: betul.. betul.. dasar Bianca.
total 1 replies
Eka Putri Handayani
lanjut pokoknya kak, ttp smngt ya😍
Naelong: makasi sudah mampir🩵
total 1 replies
Eka Putri Handayani
ih siapa ya? apa jangan² leon ya yg menguji aurel
Naelong: siapa yaa??
total 1 replies
Eka Putri Handayani
smngt thor😍
Naelong
sabar yaa☺
Eka Putri Handayani
bagaimana maksudnya thor? kakeknya aurel suka gtu sm menantunya? atau bagaimana ya aku kok krng paham
Naelong: maaf typo, harusnya kakek Aurel sangat menyanyangi mami Aurel.
total 1 replies
Eka Putri Handayani
uh dasar pulu² serakah, itu jg ayahnya aurel knp gak bisa tegas bngt
Naelong: karna terlalu cinta sama istri ke duanya
total 1 replies
Emi Widyawati
bagus sekali, cerita berbeda, karakter kuat. good job thor 👍👍👍
Naelong: makasi sudah mampir☺
total 1 replies
sukahati
Lanjut thor
Naelong: masih sementara di reviuw. di tunggu kelanjutannya. makasi sudah mampir☺
total 1 replies
Asryani ode123
sangat keren ceritanya
Naelong: terimakasi
total 1 replies
Asryani ode123
mantap ceritanya smoga smpai tamat iya.
Naelong: makasi🙏
total 1 replies
Naelong
makasi sudah mampir ☺🙏
Eka Putri Handayani
keren sih, smg ramai yg baca, ttp smngt thor
Naelong: makasi☺
total 1 replies
Ode Nael
ceritanya bagus
Bé tít
Gemesin banget nih karakternya, bikin baper!
Waode Agustina08
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!