Wati seorang istri yang diperlakukan seperti babu dirumah mertuanya hanya karena dia miskin dan tidak bekerja.
Gaji suaminya semua dipegang mertuanya dan untuk uang jajannya Wati hanya diberi uang 200ribu saja oleh mertuanya.
Diam-diam Wati menulis novel di beberapa platform dan dia hanya menyimpan gajinya untuk dirinya sendiri.
Saat melahirkan tiba kandungan Wati bermasalah sehingga harus melahirkan secara Caesar. ibu mertua Wati marah besar karena anaknya harus berhutang sama sini untuk melunasi biaya operasi Caesar nya.
Suaminya tidak menjemputnya dari rumah sakit. saat Wati tiba dirumah mertuanya dia malah diusir dan suaminya hanya terdiam melihat istrinya pergi dengan membawa bayinya.
Bagaimana nasib Wati dan bayinya? Akankah mereka terlantar dijalanan ataukah ada seseorang yang menolong mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuni Soehardi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Wati tiba di apartemennya. Kondisinya yang berantakan membuatnya menjadi pusat perhatian orang-orang yang kebetulan berada di lobby apartemen mewah itu.
Wati cepat-cepat naik ke unitnya dan meletakkan belanjaannya begitu saja di lantai.
Setelah memenangkan anaknya Wati membersihkan dirinya, membuat susu untuk anaknya dan menidurkannya.
Setelah anaknya tidur Wati meng unboxing belanjaannya dan menata nya di dalam kulkas. Lalu dia mulai memasak.
Suaminya pulang saat jam makan siang untuk makan siang bersama.
“Mom apa yang terjadi. Ibu kirim pesan dan marah-marah katanya kamu mendorongnya hingga terjatuh.” tanya Dony
“Maafkan aku. Aku terpaksa mendorong ibumu kalau tidak aku tidak akan bisa melepaskan diri dari cengkramannya. Ibumu menarik rambutku dan berteriak-teriak memakiku begitu dia melihatku dipasar.” jawab Wati.
“Maafkan ibuku ya mom, aku tidak bisa melindungimu dari ibuku. Kita jadi hidup seperti buronan begini.” Keluh Dony.
“Selama kau disisi kami aku tidak akan mempermasalahkan perilaku ibumu. Kau sekarang sudah tahu kalau aku bukan pengangguran. Kita akan bahu membahu membiayai kehidupan keluarga kita Pi sisa gajimu dan semua bonusmu kita tabung untuk DP rumah biar tidak tinggal di apartemen terus.” Tegas Wati yang dibalas dengan anggukan kepala oleh suaminya.
Mereka makan siang bersama sambil sesekali melihat handphone yang terus menerus bergetar. Puluhan panggilan dari ibu Dony mereka abaikan.
Begitu Dony kembali ke kantor, Wati mulai mengupdate bab novelnya. Sesekali istirahat bermain dengan anaknya. Lanjut menulis lagi. Dia menulis di beberapa platform hingga pendapatannya pun makin membuat isi rekening nya semakin banyak.
Baru saja selesai mengupdate bab novelnya. Handphone nya bergetar panggilan dari saudaranya di kampung. Wati mengangkat panggilan itu.
“Halo dik bagaimana kabarmu?” Suara bariton kakak sulungnya terdengar menyapanya.
“Kakakk….mimpi apa semalam tiba-tiba inget sama adiknya yang paling cantik. Biasanya aku duluan yang telpon.” Goda Wati.
“Ha…ha…ha…ya pasti ada perlunya lah kalau tidak ngapain kakak telpon si cengeng?” Balas kakaknya.
“Perlu apaan… kalau hutang duit ga ada ya…” ketus Wati.
“Diih najis kali konglomerat kok hutang sama bocah ingusan.” Kata kakaknya.
“Yee…aku sudah jadi seorang ibu kali kak. Enak aja bocah ingusan.”
“Mana ponakanku yang ganteng?” Tanya kakaknya.
“Itu lagi main di box nya.” Kata Wati.
“Kau bisa pulang kampung tidak?” Tanya kakaknya.
“Kenapa kak kok tiba-tiba minta aku pulang kampung?” Ketir-ketir hati Wati mendengar kakaknya memintanya untuk pulang kampung.
“Kakeknya ingin bertemu langsung dengan cucu laki-laki nya masa ga boleh?” Kata kakaknya.
“Ooh itu… ya bisa sih tapi nunggu suamiku libur bisa ga? Masa aku pulang kampung sendirian?” Pinta Wati.
“Hari Jum'at kebetulan hari libur nasional, hari Sabtu hari kejepit bisa ambil cuti. Minggu sore kita balik ke Jakarta. Bagaimana apa itu cukup?” Tanya Wati.
“Ya itu sudah cukup. Makanya kakak telpon sekarang biar bisa pesan tiket.” Jelasnya.
“Baiklah kak nanti aku atur perjalanan untuk pulang kampung.” Balas Wati.
Sorenya saat Dony pulang. Dia bersih-bersih dan bermain dengan anaknya. Panji sudah berusia lima bulan dan sudah bisa diajak bercanda.
Dony menggelitik perut anaknya dengan kumisnya. Bayi gembul itu terkekeh-kekeh kegelian. Wati memandang keduanya dengan perasaan hangat.
“Ya Allah izinkanlah kebahagiaan ini berlangsung selamanya.” batin Wati.
“Pi makan malam sudah siap.” Kata Wati.
Dony meletakkan panji kembali kedalam box nya dan memberinya mainan. Lalu menyusul istrinya ke meja makan.
“Hmm…. lagi-lagi aku dimanjakan oleh istriku. Bisa gendut aku lama-lama kalau tiap hari masakannya begini.” Puji Dony.
Wati hanya tersenyum sambil menyendok nasi dan menuangkan ke dalam piring lalu mengambilkan gulai daging sapi dengan potongan daging yang tebal dan empuk banyak-banyak, terakhir menuangkan kuahnya diatas daging, memberinya sambal lalu diberikannya kepada suaminya.
Dony makan sampai nambah dua kali. Malam itu gulai daging nya habis tak bersisa.
“Aku akan memanjakanmu melalui perut mu mas, aku tidak keberatan bekerja keras menulis siang malam sambil membesarkan anakmu asal kau tetap disisi kami.” Batin Wati.
“Jangan lupa nge-gym biar tidak gendut. Apa gunanya tinggal di apartemen kalau tidak rajin nge-gym. Disini semua fasilitas nya lengkap.” Wati mengingatkan.
“Iya mom. Tapi kau juga harus mulai berolahraga sedikit-sedikit biar badanmu kembali aduhai seperti dulu.” Sahut suaminya.
“Iya nanti kalau mommy sudah pulih sepenuhnya nanti ikut papi nge-gym.” Kata Wati.
“O ya Pi. Tadi kak Iwan telpon kita disuruh pulang kampung, ayahku ingin bertemu dengan cucu laki-lakinya langsung. Maklum cucu pertama laki-laki. Anak kak Iwan kan perempuan semua.” Kata Wati.
“Kita berangkat hari Jum'at kan libur nasional. Hari Sabtu bisa tidak kau minta cuti? Kita pulang hari Minggu.” Kata Wati.
“Baiklah tidak masalah. Kau bisa atur perjalanannya kan?” Tanya Dony.
“Iya bisa Pi.” Jawabnya singkat.
Dony melanjutkan nonton TV diruang keluarga. Wati menidurkan anaknya.
Saat anaknya sudah tidur Wati menghampiri suaminya dan duduk disebelahnya.
Dony menghirup aroma istrinya dengan menenggelamkan kepalanya di leher istrinya.
“Kapan kita bisa bercinta lagi mom. Masa masih belum boleh?” Tanya nya.
“Aku bisa memuaskanmu dengan cara lain.” Wati memulai melumat bibir suaminya. Nafas dony mulai tersengal-sengal dan tangannya mulai bergerilya menyusup di piyama istrinya bermain-main dibalik piyama itu.
Wati meremas pusaka suaminya dan mengeluarkannya. Dia membungkukkan kepalanya dan memuaskan hasrat suaminya dengan cara rahasianya sampai suaminya kejang-kejang, dia mengerang sambil jari-jari nya menjambak rambut Wati. Tapi Wati tidak menghiraukannya kepalanya terus naik turun dan akhirnya suaminya terkulai.
“Mom kau apakan senjataku sampai aku kau buat aku kejang-kejang begini. Kau benar-benar gila….belajar darimana kau mom.” Dony bertanya dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
“Kau bisa hidup bagaikan raja disini. Kau bisa makan enak, tidur dengan nyenyak dan akan ku puaskan hasratmu sampai kau tidak mampu menoleh pada yang lain. Tapi ingat Dony Haryanto….sekali saja kau langgar surat perjanjian kita kubuat hidupmu berubah seratus delapan puluh derajat.” Kata Wati.
“Aku betul-betul tidak mengenalmu Wati. Kau istri penurut, binal, tapi sekaligus mengerikan.”
“Tapi kau suka kan?” Wati bertanya tapi mulutnya tersungging senyuman sinis.
“Lama-lama kau membuatku gila. Tapi sensasinya luar biasa. Aku seperti seorang petualang yang tersesat bersamamu.” Kata Dony.
“Kau mau berapa ronde sayang, aku siap membuatmu kejang-kejang sampai kesekian kalinya.” Tantang Wati.
“Tidak-tidak kali ini sudah cukup. Ayo tidur mom.” Ajak Dony.
Wati mengikuti langkah suaminya masuk kedalam kamar tidur mereka. Dia melihat suaminya tidur membelakanginya. Wati tersenyum puas.
“Rasakan kuhajar kau sampai kelojotan tidak karuan. Biasanya gayamu selalu monoton. Kini aku yang memimpin dan tidak ada seorang perempuan pun yang mampu memuaskan mu kecuali istrimu.” Batin Wati lalu ia pun tidur membelakangi suaminya.
Wati terbangun mendengar anaknya merengek, dia membuatkan susu dan kembali menidurkan nya.
Pagi-pagi buta dia bangun, mandi besar dan melaksanakan sholat subuh sendirian. Hari ini dia akan membuat English breakfast ala-ala Wati dengan black coffee.
Dony terbangun langsung masuk ke kamar mandi tapi keluar sambil memegang senjatanya.
“Kenapa Pi? Tanya istrinya.
“Senjataku linu mom, dan rasanya kayak anyang-anyangan hampir ga bisa buang air kecil gara-gara kegilaan mu semalam.” Keluh Dony.
“Lah siapa yang sudah tidak tahan menunggu masa nifas ku selesai?” Balas Wati.
“Tapi biasanya empat puluh hari kan sudah boleh berhubungan? Sahutnya.
“Itu kan kalau melahirkan normal, kalau Caesar beda, lebih lama lagi masa nifasnya.” Wati menerangkan.
“Ya sudahlah tidak apa-apa. Aku yang salah. Kata Dony. Sambil duduk di meja makan dan mulai melahap sarapan paginya.
“Hari ini aku akan mengurus kepulangan kita ke kampung halaman ku. Nanti siang pulanglah ke rumah untuk makan siang. Jangan lupa mengurus cuti hari Sabtu ini.” Wati mengingatkan suaminya.
Dony mengambil tas kerjanya. Mencium anaknya dan kening istrinya lalu berangkat kerja.
Hari itu Dony sedang berjaga di kantor marketing di front office. Sesekali dia terlihat senyum-senyum sendiri.
Tiba-tiba dia merasakan keningnya diraba, saat menoleh rekan kerjanya suami Fitri yang bernama Wahyu sedang memeriksa keningnya.
“Kau tidak apa-apa kan? Hari ini kayaknya kamu agak-agak seperempat?” Tegurnya.
“Enak saja…” balasnya sambil menimpuk temannya dengan gulungan koran.
“Dari tadi kamu kerja banyak melamun kadang sambil senyum-senyum sendiri. Jangan bilang habis kesambet hantu jablay.” Kata rekannya.
“Bukan hantu jablay tapi istri kesurupan. Tadi malam aku dikerjain habis-habisan sampai aku hampir tidak bisa kencing waktu mau mandi.” Terangnya.
“Haah….kau apakan istrimu sampai kesurupan?
“Bukan aku yang ngapa-ngapain dia tapi dia yang memperkosa senjataku.” ketusnya
“Hua … ha … ha ..ha ...” tawa Wahyu meledak sampai membuat kaget staf yang lain.
Wahyu segera membekap mulutnya sambil membungkukkan badannya dan tangannya memegang perutnya. Bahunya terguncang menahan tawa.
“Kau baru pertamakali di service lain daripada yang lain ya sama istri mu?”
Dony menatap heran kearah rekannya dia tidak mengatakan apa-apa tapi seolah rekanya bisa membaca pikirannya.
“Santai bro….itu wajar. Bersyukurlah istrimu bisa memberikan service terbaik untuk suaminya.” Kata Wahyu sambil menepuk pundak Dony.
“Lebih baik aku melakukan follow up daripada membuang waktu dengan rekan yang lagi linglung kalau closing lumayan bisa liburan dengan istri.” Kata Wahyu sambil berlalu meninggalkan rekannya yang linglung seolah dimabuk cinta.
Tak lama pintu ruangan kantor itu terbuka dan masuklah seorang wanita dengan dress merah berkaca mata hitam.
“Selamat siang ada yang bisa saya bantu ibu?” Sapa Dony.
“Saya mau mencari informasi rumah” jawabnya sambil melepaskan kacamata hitamnya.
Dony menunjukkan beberapa lembar brosur dan menjelaskan setiap brosurnya kemudian mengajak tamunya melihat mading perumahan yang dijualnya.
Wanita itu bernama Steffi ia meninggalkan kartu namanya dan keluar dari kantor pemasaran itu.
Akhirnya bisa damai