Di balik hutan Alaska, Rowan menikahi cinta pertamanya, Anna. Mereka tinggal di rumah yang ia bangun dengan harapan suatu hari akan di penuhi tawa anak-anak. Tapi Anna belum siap menjadi ibu dan Rowan menghargainya.
-
Kabar tak terduga tiba “Rowan, Anna mengalami pendarahan di Prancis”.
-
Pria muncul di tengah penantian Rowan, Anna tengah mengandung.
“Aku ingin melakukan Tes DNA pada bayi kembar itu!!”
-
Kesetian, Kepercayaan, Penghianatan serta Penantian.
Segelas teh hangat di tengah hutan gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Di dalam mobil, Anna dapat melihat beberapa mobil polisi serta mobil keluarga Rowan ia memarkirkan mobilnya dan menghampiri mereka. Melihat kedatang Anna beberap orang segera memperhatikannya.
“Anna..” Velma segera memegang tanganya.
“Apa Rowan mengatakan padamu kemana ia akan pergi hari ini?” tanya langsung Velma.
“Tidak..” Anna tidak mengingat Rowan kemana ia akan pergi, tadi pagi Rowan membawa koran dan minum kopi di halaman dekat kolam.
“Ia tidak mengatakan sesuatu atau hal lainya belakangan ini?” kembali Velma bertanya.
“Tidak, kami jarang makan malam bersama akhir-akhir ini..” ujar Anna.
“Rowan kuuu…” Daisy mendengar itu ia sangat sedih tidak ada yang mengetahui kemana perginya. Anna menyadari situasi saat ini Rowan benar-benar menghilang dan ia yang tinggal satu atap denganya tidak mengtahui apapun.
Daisy memandang Anna dengan tatapan yang tajam dengan air matanya, Anna bingung dengan situasi ini. Beberapa polisi dan para pekerja yang ikut berkumpul setelah mendengar kabar menghilangnya Rowan mereka melakukan pencarian ke hutan hingga pukul sepuluh malam.
Karena kondisi hutan yang gelap dan kabut, menemukan petunjuk keberadaan Rowan sangat sulit sehingga pencarian di berhentikan akan di lanjutkan esok pagi. Keluarga Rowan memutuskan untuk menunggu di
rumah Rowan berharap ini merupakan tempat pertama yang akan di tujunya.
“Ibu, paman pergi?” tanya Andrew dalam pelukan ibunya di sofa dengan sedih.
“Tidak, mungkin paman hanya mencari udara segar” Velma tidak ingin anaknya ikut khawatir dengan situasi saat ini.
"Apa yang kau lakukan? bukanya kelas mu hanya sampai sore hari!”
“Kemana kau pergi saat semua orang menghawatirkan Rowan!!”
“Tidak menyadari kehamilan mu sendiri dan kini kemana suami mu pergi pun kau tidak mengetahuinyaa”
“Kelas mu sangat sibuk!!”
“Ahkh.. putra ku” Daisy memarahi Anna di lantai atas dan pergi menuju ruang kerjanya.
“Maafkan dia Anna, berita ini pasti sangat menguncangnya” Benjamin tidak dapat menghentikan perkataan istrinya.
“Aku paham” Anna hanya diam.
“Istirahatlah, dan jangan terbebani dengan apapun!” Benjamin tersenyum sopan dan menyusul istrinya.
Anna memasuki kamarnya, ia melihat foto pernikahan mereka dan terdiam sesaat sebelum melemparkan diri ke tempat tidur dengan kesal.
“Ini bukan salah ku, dia pergi” guman Anna memeluk bantal.
......................
Tercium aroma pembakaran, Rowan perlahan membuka matanya wanita itu tengah memasak sesuatu di dapur kecil tersadar tamunya bangun.
“Kamar mandi disana” ia menunjuk pintu kayu, Rowan menatapnya sesaat sebelum pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya.
Saat ia keluar, di meja sudah ada dua piring dengan dua cangkir kemarin teh dan wanita itu turun dari tangga duduk di sofa.
“Selamat makan” ucap wanita itu menatap ke arah Rowan yang masih terdiam, Rowan segera duduk di sofanya kembali dan mulai sarapan bersamanya. Sarapan yang sederhana telur, potongan bacoon dan roti panggang, keduanya sarapan dengan tenang dan menikmati makanan mereka tanpa berbicara.
Setelah sarapan wanita itu ingin mengambil piring Rowan, namun Rowan menghentikannya.
“Akan ku lakukan” ia mengambil piring di tangan waniat itu dan memcucinya. Setelah itu menilap selimut memakai sepatu dan jaketnya kembali ia mencari dompet di sakunya namun tidak menemukanya, wanita itu tersenyum tipis melihatnya.
“Maaf aku tidak membawa dompet dan handpone ku” Rowan merasa bersalah pada wanita yang menolongnya.
“Tak masalah, ini bukan apa-apa” ia tidak ingin menagih apapun.
“Aku akan kembali untuk membayarnya” Rowan dengan hati-hati, mungkin wanita ini berpikir ia gelandangan.
“Jangan di pikirkan” ia tersenyum tipis.
“Rowan Hale” Rowan memperkenalkan dirinya.
“Isla Norell” Isla menjabat tanganya, Rowan tersenyum tipis dan akan pergi.
“Jika kau ingin menikmati secangkir teh lagi, datanglah kemari” ujar Isla di ambang pintu.
Mendengar itu Rowan berhenti, menatap ke arah Isla dan mengangguk dan pergi mengikuti jalan di tepi sungai. Setelah berjalan cukup jauh, ia melihat garasi keci mungkin milik Isla dan jalan besar mulai terlihat.
Keluar dari hutan menatap langit yang cerah dan udara yang segar, Rowan memejamkan matanya tindakanya kemarin mungkin berasal dari keputusannya terhadap Anna.
Ia bernapas lega berjalan di tepi jalan dan melihat papan yang menunjukan ia telah berada di kota yang berbeda dengan pabriknya, tak lama mobil polisi menghentikannya. Polisi di dalam mobil melihat seseorang berjalan di tepi jalan sesuai dengan deskripsi orang yang menghilang.
“Rowan Hale?” polisi itu segera keluar dari mobilnya dan menghampiri Rowan.
“Yaaa” Rowan terheran.
“Astaga, kau berjalan cukup jauh”
“Pusat, Rowan Hale telah di temukan….” Polisi itu menjelaskan lokasi.
“Masuklah, keluarga mu pasti sangat menunggu kepulangan mu” polisi itu membuka pintu mobilnya.
Rowan pun tersadar, ia tidak membawa apapun bersamanya dan pergi tanpa menjelaskan kemana ia akan pergi. Mungkin keluarganya berpikir ia telah menghilang di tengah hutan.
......................
“Terimakasih…”
“Kami berada di rumahnya” Velma menutup telpon.
“Ibuuuuu. Rowan di temukan dan dalam perjalan ke mari” ia berteriak memanggil ibunya di lantai atas.
“Benarkah?!” Daisy dan Benjamin segera turun.
“Yaaa, polisi baru saja mengabari kami setelah meminta keterangan Rowan” ujar Velma dengan senang.
"Syukurlah... putrakuuu” Daisy memeluk Benjamin dan menangis lega Rowan kembali.
“Paman akan kembali??!” Andrew menghampiri ibunya.
“Yaa, paman mu akan kembali” Velma mengelus rambut putranya. Di belakang Anna tetap diam ia lega Rowan kembali.
Semua orang menunggu kedatangan Rowan, menatap pintu berharap akan segera terbuka.
“Aku kembali…” Rowan membuka pintu perlahan.
“Rowann…” Daisy menjadi yang pertama menghampirinya dan memeluknya dengan erat.
“Maafkan ku, bu membuat mu khawatir” Rowan mengelus punggung ibunya.
“Rowann” Benjamin memeluknya dan menepuk pundak putra satu-satunya ia pun tak dapat menahan air matanya.
“Kau!! Bukan anak kecil lagii..” Velma memeluknya ia tidak dapat menahan untuk mencubit wajah adiknya yang membuat seluruh keluarganya jatuh dalam kehawatiran yang dalam.
“Pamannnn” Andrew melompat dalam pelukannya.
“Senang kau kembali” kini giliran Anna yang memeluk dan mencium wajahnya, Rowan melirik wajah cantik istrinya tidak mengatakan apapun.
Semua orang senang menyambut kedatangya, Max yang mendapatkan kabar segera pergi menuju rumah Rowan untuk menemui.
“Terimakasih, Max” Rowan sangat bangga padanya.
...----------------...