Mengisahkan persahabatan ketiga nya dikampus dengan pekerjaaan sambilan mereka yang akhirnya mengantarkan mereka pada jodoh masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Udara pagi hari terasa begitu dingin saat semalam ketika pukul 1 malam hujan turun dengan begitu lebatnya.
Chesty dan Nita bahkan tidur berpelukan saking dinginnya, bahkan terkadang mereka berebut selimut.
Sedangkan Ayu tidur sendiri degan selimut yang membingkai badannya, rasa dingin tak begitu ia rasakan karena ia terbiasa tinggal di desa yang terbiasa dengan cuaca dingin setiap harinya.
Pukul 6 pagi, Nita terbangun karena mendengar suara huru hara diluar kamarnya. Chesty pun mulai terusik, Nita yang telah bangun lebih awal dari temannya itu pun beranjak dari tempatnya.
Nita keluar dari kamar dan melihat beberapa anak kost ditempatnya yang sedang berdesas-desus desus entah membicarakan hal seru apa, batin Nita.
"Ada apa sih ribut-ribut?" Tanya Nita.
Chesty pun kini telah keluar dari kamar dan nimbrung dengan Nita.
"Umi Bilqis udah lahiran, tapi katanya sedang kritis karena kekurangan darah." Jawab salah satu anak kost yang tinggal di samping Nita.
"Beneran ini?" Tanya Nita lagi seraya ia meyakinkan pendengarannya.
"Iya Nita, lalu dibawa ke rumah sakit mana?"
"Rumah sakit deket sini kok aku dengernya sih."
"Oke thanks ya infonya." Tukas Nita.
"Kasihan sekali umi Bilqis. Kita jenguk yuk!" Ajak Chesty.
"Tumben otak Lo gak geser."
"Bukannya apa nit, soalnya umi Bilqis baik." Jawab Chesty.
"Iya juga, tapi kita kan nanti ada kelasnya pak Eric?"
"Kan jam 10 an kelasnya, mending kita mandi sekarang dan jenguk umi pagi ini."
"Oke deh, kita bangunkan Ayu aja dulu. Tuh anak tidurnya kalo habis ujan gini pasti ngebo." Lirih Nita.
"Biar gue yang bangunin, Lo mandi aja dulu nta gantian." Lanjut Chesty.
"Oke urusan Ayu gue serahin ke Lo ya?"
Nita pun masuk kedalam kamarnya dan segera mandi kilat, sedangkan Chesty bertugas membangunkan Ayu.
Tepat pukul 7 pagi ketiga cewek kampus nan bohay itu telah siap dan tampil cantik. Mereka naik taxi onlene yang dipesan oleh Chesty mengingat mereka juga dikejar waktu.
Dan hanya menempuh perjalanan 15 menit akhirnya mobil yang mereka pesan telah sampai tepat dirumah sakit.
"Ini pak uangnya....."
"Terima kasih ya mbak....."
Setelah memberikan uangnya barulah ketiga cewek cantik itu keluar dari mobil taxi, dan segera masuk ke rumah sakit untuk segera ke ruang ICU dimana umi Bilqis sedang kritis.
Memang sebelumnya Nita meminta ruangan umi Bilqis pada salah satu kerabat umi yang mengurusi anak-anak kost.
Dan kini ketiganya telah berada disana, diluar telah ada ustad Yusa yang menunggu isterinya sedang duduk dibangku tunggu pasien. Tangannya tak tak tinggal diam selalu bergerak memainkan tasbihnya. Mulutnya selalu berdoa untuk kesembuhan istrinya.
"Assalamualaikum Ustad Yusa...." Panggil Nita dan yang lainnya.
"Walaikumsalam salam....kalian kesini? Memangnya tidak kuliah?"
"Nanti jam 10 ustad, kami ingin melihat kondisi umi Bilqis." Jawab Nita.
'iya ustad Ayu sampai nangis waktu denger umi udah lahiran dan kritis." Kembali Ayu menangis, bocah itu selalu saja sentimentil dan paling Lamat otaknya.
Namun sisi baik Ayu adalah ia orangnya mudah terenyuh, dan baik hati.
"Kondisi ini gimana ustad?" Kini Chesty yang bertanya.
"Alhamdulillah anak kedua kami sudah lahir dengan selamat dan sehat, tapi kondisi ini langsung kritis setelah melahirkan karena kekurangan banyak darah." Jawab ustad Yusa.
"Astagfirullah, lalu kenapa tidak secepatnya cari donor untuk umi?" Ucap Nita.
"Dirumah sakit ini persediaan sedang habis. Tapi tadi ustad sudah meminta untuk pihak pesantren mencarikan donor darah untuk umi."
Terlihat jelas dimata Ayu, Nita dan Chesty bahwa ustad Yusa tengah frustasi karena harus mencari donor darah untuk istri tercintanya.
"Kalo boleh Nita tahu golongan darah umi apa?"
"AB negatif...." Jawab ustad Yusa.
"Itu golongan darah saya ustad...." Seru Ayu.
"Ayu....beneran golongan darah Lo sama dengan umi Bilqis?" Nita bahkan sudah lama berteman dengan Ayu tapi ia tidak tahu golongan darah teman baiknya itu.
"Iya, boleh Ayu yang mendonorkannya?" Tawar Ayu yang terlihat antusias.
Bersambung......