Di kehidupan sebelumnya, Nayla hidup dalam belenggu Adrian.
Tak ada kebebasan. Tak ada kebahagiaan.
Ia dipaksa menggugurkan kandungannya, lalu dipaksa mendonorkan ginjalnya kepada saudari kembarnya sendiri—Kayla.
Ia meninggal di atas meja operasi, bersimbah darah, dengan mata terbuka penuh penyesalan.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua.
Di kehidupan ini, Nayla bersumpah: ia tidak akan jatuh di lubang yang sama.
Ia akan membuka topeng dua manusia berhati busuk—mantan kekasih dan saudari tercintanya.
Namun kali ini... apakah ia bisa menang?
Atau akan ada harga baru yang harus ia bayar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julie0813, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Ketenangan Sebelum Badai
Setelah Adrian dan Nayla pergi, suara mereka masih terdengar samar oleh Kayla.
"Aku belum sempat pamit sama Kak Kayla!" Nayla menoleh ke belakang, melirik Kayla dengan senyum manis di bibirnya. Tunggu saja, pertunjukan barunya baru akan dimulai.
"Jangan pedulikan dia. Siapa suamimu? Dengar kata siapa?" suara Adrian terdengar hangat dan memanjakan, sangat berbeda dengan sikap dinginnya kepada Kayla tadi. Nada lembutnya membuat hati Kayla semakin panas dan sesak.
Kecemburuan dan kebencian tumbuh liar di dalam dadanya.
Di sekitar mereka, para karyawan yang lewat mulai berbisik-bisik.
"Itu istri CEO, ya? Cantik banget!"
"Siapa tuh perempuan yang mirip banget sama Ibu Direktur? Tadi aku dengar katanya dia suka ngomongin CEO di belakang!"
"Wah, kayaknya bakal ada drama seru nih di kantor!"
Kayla yang mendengar semua bisikan itu langsung menatap tajam ke arah mereka, lalu berbalik dengan wajah muram dan penuh amarah.
Melihat Kayla yang jelas-jelas kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa, membuat hati Nayla terasa luar biasa puas.
Dengan senyum tersembunyi di sudut bibir, Nayla tanpa sadar sudah dibawa Adrian masuk ke ruang kantornya.
Begitu pintu tertutup, tubuh Nayla tiba-tiba terkunci di antara dinding dan tubuh Adrian——“kabedon” klasik yang membuat napasnya tertahan sejenak.
"Hah?" Nayla yang tadi masih asyik tertawa dalam hati kini mendongak dengan wajah kaget, menatap Adrian dengan mata membulat.
Wajah putih mulus Nayla yang masih menyimpan senyum tipis itu membuat hati Adrian gatal ingin menggoda lebih jauh.
"Senyum terus ya? Hm? Jadi setelah kenal lebih dalam, kamu makin suka aku?" bisik Adrian dengan suara rendah dan serak, menggoda seperti alunan angin malam.
Nada suaranya merambat ke telinga Nayla, membuat telinganya menghangat dan memerah.
Adrian akhirnya tak tahan, mengangkat tangan, lalu menjepit pelan pipi kanan Nayla——lembut dan halus seperti sutra.
Tanpa bisa menahan diri, Adrian menunduk dan mengecup lembut daun telinga Nayla yang merah merona.
"Mungkin kamu belum cukup mengenalku, makanya bisa salah paham seperti itu."
Sentuhan di telinganya membuat tubuh Nayla lemas, kepalanya kosong sejenak.
"Uh… diam, aku nggak bilang kayak gitu..."
"Panggil namaku." bisik Adrian sambil menatap wanita cantik di pelukannya,matanya penuh godaan.
"Hah?" Nayla mengangkat wajah, lalu menangkap tatapan jenaka di mata Adrian. Wajahnya langsung berpaling dan mendengus kecil.
"Hmph, nggak mau!" Tapi rasa takut lama terhadap Adrian masih membekas di tubuhnya, ia pun secara reflek melirik pria itu——dan langsung tertangkap basah oleh tatapan tajam Adrian.
Melihat Nayla yang begitu lucu, Adrian langsung menariknya erat ke pelukannya dan tertawa pelan. Suara rendahnya bergema di dada, membuat tubuh Nayla ikut bergetar, geli dan hangat.
Hari CEO Adrian dimulai dengan menggoda istri kecilnya yang manis.
Sementara Nayla yang berada dalam pelukannya… hanya bisa diam-diam memutar bola mata,menyuarakan protes kecilnya dalam hati.
---
Begitu kembali ke kantornya, Kayla langsung melampiaskan amarahnya. Ia membanting dokumen ke meja, napasnya memburu, wajahnya penuh kemarahan.
Kenapa Rayyan tidak bisa menyelesaikan tugas dengan benar?! Kenapa Nayla masih bisa muncul di sisi Adrian?!
Dengan wajah muram, Kayla mengangkat ponselnya dan langsung menelepon Rayyan. Begitu tersambung, nada suaranya langsung penuh ledakan emosi.
"Rayyan! Kamu tahu nggak, pagi ini Nayla datang ke kantor bareng Adrian! Mereka kelihatan... dekat! Perempuan jalang itu bahkan bilang kalau Adrian itu pria yang baik! Dia pikir dia siapa?!"
Kemarahannya meledak, dan Rayyan hanya bisa terdiam di ujung telepon. Ia tahu, saat menyangkut Adrian, Kayla selalu kehilangan akal sehatnya. Padahal dia wanita cerdas dan memesona… tapi hanya ketika tidak menyebut nama pria itu.
Meski hatinya terasa perih, Rayyan tetap tidak bisa membiarkan Kayla larut dalam kesedihan. Dia menyukai wanita itu terlalu dalam. Bahkan jika itu berarti harus menyerahkan Kayla ke pelukan pria lain—jika itu yang dia inginkan, Rayyan akan melakukannya.
"Kayla, jangan marah dulu, tenangkan dirimu sebentar," ucap Rayyan pelan, mencoba menahan emosinya. "Aku juga nggak tahu kenapa Nayla tiba-tiba jadi sangat menolakku. Terakhir kali kami ketemu… dia bahkan menamparku."
"Kita makan siang bareng hari ini," suara Kayla kembali tenang, tapi nadanya dingin dan mengandung maksud tersembunyi. "Aku ada satu ide... dan aku butuh kamu."
Matanya yang cantik memancarkan kegelapan dan tekad dingin.
"Nayla, adikku tersayang... Kalau kamu tetap keras kepala seperti ini, maka bersiaplah menerima hukumannya."