Bismillah,
Kisah ini sekuel dari Pengobat Luka Hati Sang Letnan (Kisah Maslahat).
Ikuti FB Lina Zascia Amandia
WA 089520229628
Patah hati karena cinta dan hampir saja bunuh diri. Nyawa Aika hampir saja melayang, kalau saja tidak ada seorang pria arogan dan kasar menolongnya.
"Gila, kamu mau bunuh diri? Patah hati karena lelaki. Lelaki mana yang telah menghamilimu, biar aku kejar supaya menikahimu?" Serka Lahat menarik tubuh gadis itu ke dalam mobil bututnya.
Mobil itu berlari kencang menuju sebuah klinik. Tidak disangka penemuan itu, benar-benar merubah hidup Maslahat yang monoton dan betah membujang.
Lalu apa yang membuat Maslahat berubah, menemukan jodohnya, atau justru menikahi gadis putus asa yang diduganya hamil oleh pacarnya atau mendapat jodoh lain yang lebih baik? Temukan jawababnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Sah
"Mbak Moza, aku mau nikah seminggu lagi?" Aika menyampaikan berita kalau ia mau nikah pada Moza. Moza terkejut, tapi lama-lam tersenyum juga.
"Oh ya? Perasaan baru kemarin kamu murung gara-gara patah hati, tapi sekarang kamu justru bawa kabar bahagia. Apa kekasihmu itu kembali lagi padamu, Ai?"
Aika terdiam sesaat, rasanya dia tidak sanggup apabila mengenang kembali mantan kekasihnya yang dinilainya tega itu. "Pokoknya nanti Mbak Moza datang saja, deh. Undangannya nanti aku sebar via pesan WA, aku tidak mengundang pakai kartu undangan, melainkan undangan elektronik," balas Aika tanpa menjawab pertanyaan Moza.
"Baguslah itu. Ya sudah, mbak hanya bisa doakan semoga pernikahan kamu lancar dan bahagia," balas Moza sembari berjalan menuju ruang sortir.
***
Seminggu berlalu, tidak ada lagi waktu untuk Aika menolak, ia sudah terserah dan tidak peduli mau seperti apa pernikahannya nanti.
Kediaman orang tua Aika kini sudah disulap menjadi sebuah tempat yang mewah layaknya gedung perhelatan pernikahan. Sebelumnya, Pak Andi sempat menolak keinginan Lahat untuk menyewa gedung, padahal semua biaya dia yang nanggung.
Pak Andi menolak keinginan Lahat, karena terlalu malu, sebab hampir semua biaya pernikahan, Lahat yang nanggung. Akhirnya Lahat menerima saran Pak Andi, apalagi halaman rumah Pak Andi cukup luas untuk sebuah perhelatan pernikahan, tamu undangan juga tidak lebih dari 1000 undangan.
Seorang MUA sudah datang sejak subuh untuk mendandani Aika dan seluruh keluarga. Aika sudah mandi dan sholat subuh, untuk itu dia segera dipersilahkan menuju kamar rias yang sengaja dipersiapkan khusus oleh sang ibu.
Baju pengantin adat yang sudah dikombinasi dengan gaun nasional menjadi pilihan Desainer di butik kemarin, warna hijau sage dengan brukat Paris menjuntai sebagai ekor, kini sudah melekat di tubuh ramping Aika.
Cantik dan elegan itu dua kata yang pantas untuk Aika. Belum lagi dandanan yang akan menempel di wajahnya, pastinya akan menambah kesan yang berbeda.
"Mbak, jangan terlalu menor, saya ingin yang terlihat flawless," pinta Aika. Awalnya dia tidak peduli, tapi kini Aika minta khusus dandanannya Flawless.
"Siap, Mbak." MUA itu memainkan tangannya dengan terampil. Dia sangat senang ketika mendandani Aika, berkali-kali keluar decapan kagum dari bibirnya. Dan hasilnya sungguh mencengangkan, Aika disulap menjadi sangat cantik dan elegan.
"Calon mempelai dipersilahkan untuk sarapan dulu sebelum touch up terakhir," ujar MUA itu seraya meninggalkan Aika yang sejak tadi diawasi Aiko sang kakak. Aiko menghampiri seraya membawa piring yang di atasnya ada nasi untuk Aika.
"Cantik banget kamu, Ai. Mbak pangling banget. Keren pemilihan gaun pengantinnya, sangat cocok," ujar Aiko takjub, di sela menyuapi Aika. Padahal Aika menolak untuk sarapan, tapi Aiko memaksa, katanya supaya nanti tidak mual selama proses pernikahan, terlebih kemarin-kemarin Aika sempat dinyatakan asam lambung.
"Ini semua dipilihkan sama Bu Diana sang Desainer butik, aku tidak memilih apa-apa," tukas Aika seadanya, sembari mengunyah.
"Tidak, Bu Diana sama sekali tidak memilih gaun itu, justru yang memilih adalah calon suami Mbak Aika. Sorenya dia datang, dia memilih langsung gaun itu," sangkal salah seorang asisten dari butik Bu Diana.
"Oh ya?" Aiko terkejut, Aika pun sama.
"Iya. Mas Lahat sorenya datang dan memilih gaunnya sendiri. Katanya sih, ingin spesial dipersembahkan untuk calon mempelai perempuan," terang perempuan itu.
Hati Aika bergetar mendengar pengakuan asisten dari butik Bu Diana itu. Bahkan dia tidak percaya kalau gaun yang kini dipakainya adalah gaun atas pilihan Lahat.
"Dan lihat hasilnya, sangat cantik dan sesuai dengan tubuh calon mempelai perempuan. Sempurna pokoknya," ujar perempuan itu berdecak kagum. Tahu gaun itu dipilih langsung oleh Lahat, Aika meninggikan ego dan mengingkari hatinya yang tadi sempat kagum dengan gaun itu, dikiranya gaun itu pilihan Desainer bernama Bu Diana.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, sebentar lagi mempelai pria akan datang. Hati Aika sudah berdebar-debar, bukan berdebar karena tidak sabar ingin melihat calon mempelai pria, melainkan ingin segera melepas gaun pengantin itu.
"Ai, sebentar lagi mempelai pria datang. Kamu harus siap-siap ke luar," ujar Aiko. Aiko terlihat sangat cantik, meskipun dia hanyalah seorang pendamping pengantin wanita, tapi pesonanya luar biasa.
"Mbak, nggak apa-apa gitu, Mbak Aiko aku langkahi?" tanya Aika menatap Aiko.
"Ya, enggaklah, santai saja. Mbak sih pengennya saat umur 25 baru menikah, tapi kalau Mas Gafar mengajak tahun depan, apa dikata? Sekarang, kamu tidak usah pikirkan mbak. Kamu fokus saja dengan pernikahan kamu."
"Aku ada hadiah untuk Mbak sebagai pelangkah. Aku mohon terima, besar atau kecil, jangan dilihat harganya," ujar Aika seraya memberikan sebuah kado pada Aiko sebagai pelangkah.
"Ya ampun, kenapa kamu kasih mbak hadiah, mbak nggak minta, lagipula itu nggak wajib? Tapi Mbak terima deh. Makasih, ya, hadiahnya akan mbak simpan dan dibuka nanti setelah pernikahan kamu selesai," ujar Aiko senang.
"Ai, kamu sudah siap? Mempelai pria sudah datang bersama keluarganya," berita Bu Andini memasuki kamar rias.
"Sudah kok, Bu. Aika sudah siap dan cantik," Aiko meletakkan piring menyudahi sarapan Aika. Sebelum Aika dibawa keluar, MUA men-touch up kembali dandanan Aika. Setelah itu Aika dituntun Aiko dan sang ibu keluar sampai meja ijab kabul. Di depan meja ijab kabul, sudah ada Lahat menghadap Penghulu dengan pakaian pengantin yang warnanya senada dengan Aika. Lahat nampak gagah dan tampan, kulitnya bersih dan bercahaya.
Jantung Aika tiba-tiba berdebar, rasanya ia ingin menahan tangan Aiko supaya jangan lepas. Belum lagi menahan malu dari setiap tatapan para tamu dan hadirin terutama keluarga Lahat, yang sebagian bisa datang dan hadir di hari pernikahan mereka.
Sekilas Lahat menoleh ke sampingnya. Jantungnya seperti mendadak kolap, Aika benar-benar cantik dan terlihat pangling. Dandanannya bercahaya, cantik dan elegan tidak ada yang menandingi di dalam ruangan itu.
"Cantik banget calon istriku. Lihat saja, aku tidak akan melepaskan kamu meskipun kamu nanti memintanya. Sayang banget dilepas. Akan kubuat gadis judes ini jatuh cinta. Lihat saja nanti," bisik hati Lahat penuh ancaman, sudut bibirnya sedikit terangkat penuh senyum rencana.
Aika hanya bisa menunduk selama Penghulu berbicara memberikan tausyiah. Dia tidak berani menengadahkan wajah, atau melihat kiri dan kanan.
Waktu pun semakin bergulir, Penghulu memulai tugasnya untuk membimbing calon mempelai pria mengucapkan ijab kabul. Tepat di depan Lahat sang ayah sudah duduk dengan jas yang rapi, lelaki paruh baya itu nampak pasrah menyerahkan sang putri pada Lahat, pria yang notabene baru sebulan lebih dia kenal.
Saat ijab kabul itu dimulai, titik-titik air mata mulai menetes dari sudut mata Pak Andi, terutama ketika dia mengucapkan ijab menikahkan dan menyerahkan Aika kepada Lahat. Dia sedih melepas sang putri sekaligus bahagia membaur dalam dada.
"Saya terima nikah dan kawinnya Ranaika Renandi Binti Bapak Andi Renandi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan satu set perhiasan, dibayar TUNAI."
Lantang ikrar ijab kabul itu diucapkan hanya dengan sekali tarikan nafas. Ucap syukur menggema seketika setelah Lahat mengucapkan ijab kabul dengan lancar tanpa hambatan.
"Alhamdulillah."
"Sah para hadirin, saksi?" tanya Penghulu kepada semua hadirin yang ada di ruangan itu.
"Sahhhhhhh." Guruh menggema kembali saat semua mengucapkan kata sah, menandakan Aika dan Maslahat sah sudah menjadi suami istri.
Seketika air mata Aika meluncur bebas hambatan menuruni pipinya yang mulus. Entah apa yang dirasakannya. Yang jelas hari ini babak baru dalam hidupnya akan dimulai.
coba komunikasi yg bener..kata BPK jgn egois kan??
Luluhkan bang hati istrimu...
raihlah kebahagiaan mu bang, buat aika tergila-gila padamu 😄😄😄