Urban legend bukan sekadar dongeng tidur atau kisah iseng untuk menakuti. Bagi Klub Voli SMA Higashizaka, urban legend adalah tantangan ritual yang harus dicoba, misteri yang harus dibuktikan.
Kazoi Hikori, pemuda kelahiran Jepang yang besar di Jerman. masuk SMA keluarganya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, namun tak pernah menyangka bergabung dengan klub voli berarti memasuki dunia gelap tentang legenda-legenda Jepang. Mulai dari puisi terkutuk Tomino no jigoku, pemainan Hitori Kakurenbo, menanyakan masa depan di Tsuji ura, bertemu roh Gozu yang mengancam nyawa, hingga Elevator game, satu per satu ritual mereka jalani. Hingga batas nalar mulai tergerus oleh kenyataan yang mengerikan.
Namun, ketika batas antara dunia nyata dan dunia roh mulai kabur, pertanyaannya berubah:
Apakah semua ini hanya permainan? Atau memang ada harga yang harus dibayar?
maka lihat, lakukan dan tamat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkyMoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
aka Manto
Suara teriakan perempuan menggema di sepanjang lorong SMA Keishinen tak perlu waktu lama untuk menunggu lorong penuh dengan siswa siswi yang penasaran. Gadis itu terus berteriak histeris tak mempedulikan tatapan heran orang-orang.
Tak lama tiga orang guru laki-laki menghampiri perempuan itu.
"Hei nak tenanglah katakan ada apa?" Dua orang guru memegangi pundak si gadis yang bersimpuh di atas lantai yang dingin. Tangisan histeris masih terus terdengar memekakkan telinga.
"Aku mendengarnya," dia berbisik terus mengulang rancauannya.
"Hei tenanglah kau mendengar apa?"
"Dia ada," dia berbisik pelan nafasnya tersengal-sengal memprihatinkan. Matanya menatap kosong tangannya yang bergetar.
"Kami tak mengerti berbicaralah pelan-pelan jelaskan pada kami apa yang terjadi?" Guru itu mengernyit heran dengan apa yang terjadi pada muridnya.
"Dia ada aku mendengarnya," dia kembali histeris menjambak rambut frustasi, ketakutan terlihat jelas terlihat dimatanya.
"Aka Manto!" Pekik gadis itu dia menangis sesenggukan menutup telinganya seolah tak ingin mendengar apa-apa.
Para murid yang tahu dan percaya adanya Aka Manto merasakan ketakutan yang sama sedangkan yang sisanya menganggap gadis itu sudah gila.
"Telpon polisi!" Guru yang menenangkan gadis itu memerintah rekannya untuk segera menelpon polisi.
Tak lama setelah melakukan panggilan satu orang polisi wanita dan pria datang ke sekolah. Gadis tadi sudah dibawa ke UKS tapi tangisannya tak kunjung berhenti. Sedangkan murid lain kembali melanjutkan pelajaran.
Mereka berdua langsung menuju KTP yaitu toilet perempuan. Ditengah perjalanan polisi pria membuka percakapan.
"Apa aku harus mengundurkan diri dari kepolisian?" Tanya polisi pria pada polisi wanita disampingnya.
"Kenapa mengundurkan diri?"
"Aku merasa semakin kesini tugas yang diberikan semakin aneh bahkan kemarin aku disuruh mencari anjing milik seorang gadis yang hilang. Sekarang aku harus berurusan dengan hantu! Lagipula hanya orang bodoh yang percaya pada urban itu!" Gerutu kesal terdengar dari mulut polisi pria.
"Berhentilah mengeluh tugas kita melindungi dan mengayomi masyarakat."
"Bahkan untuk berurusan dengan hantu?" Cibir si pria.
Polwan itu hanya bisa menghela nafas menanggapi rekannya. Langkah mereka berhenti didepan toilet wanita di lantai dua.
"Aku yang akan masuk kedalam kau tunggu disini!" Pinta polwan itu.
Patuh polisi pria itu berjaga di depan pintu toilet. Tanpa ada keraguan polisi wanita masuk kedalam toilet lengkap dengan senjata api ditangannya.
Polisi itu berjalan ke bilik terakhir. matanya menelusuri setiap sudut toilet. Satu-satunya pintu yang terbuka adalah bilik paling pojok tanpa pikir dua kali dia masuk menutup rapat pintu itu.
Beberapa menit dia duduk di toilet tapi tidak ada apapun yang terjadi. Dirasa sudah cukup dia bangkit untuk keluar belum sempat tangannya menyentuh pintu suara lirih pria terdengar dari bilik disampingnya.
"Mana yang kamu suka, jubah merah atau biru?"
Polwan itu mengira rekannya yang iseng menakuti dia lagipula siapa yang berani masuk kedalam toilet selain rekannya.
Dia terkikik geli menjawab gurauan itu, "Aka Manto."
Polwan yang masih terkikik itu seketika diam melihat pria berjubah merah berdiri dihadapannya. Gelak tawa terdengar menggelegar di bilik terakhir.
"Ya ampun ada apa dengan mu? Kau pikir aku akan takut dengan lelucon konyol mu? Darimana kau dapat jubah jelek itu dan hei, berhentilah bermain-main kita sedang menjalankan tugas jika kau ingat."
Benda tajam mengkilat menebas leher polwan tanpa rasa ragu kepala itu menggelinding hingga menyentuh pintu yang masih tertutup. Tubuhnya ambruk kebelakang membentur sisi kloset darah dari lehernya mengalir deras membuat baju yang dia kenakan berubah seperti sedang memakai jubah merah.
Diluar sana polisi pria sedang asik memainkan handphonenya. Sudah satu jam setengah dia menunggu tapi rekannya tak kunjung menunjukan batang hidungnya. Karena sudah terlalu lama dia memutuskan untuk menyusul rekannya kedalam.
"Hei, kau dimana?" Tak ada jawaban pria itu membuka satu persatu bilik kamar mandi. Sampainya di bilik terakhir pria itu tak bisa berkata-kata lagi setelah melihat tubuh rekannya terbujur kaku dengan darah memenuhi tubuhnya.
Pintu itu hanya terbuka setengah karena ada sesuatu yang mengganjal di balik pintu. Polisi pria itu terduduk lemah kepalanya menggeleng pelan sedetik kemudian dia berteriak histeris menangis meraung-raung memukul lantai.
Tak ada jejak apapun di sana selain genangan darah di dekat pintu.
***
"Hikori kau tahu kasus di SMA Keishinen?" Pulang sekolah Ichi dan Hikori masih betah diam dikelas hari ini mereka tidak punya kegiatan karena tidak jadwal untuk ekskul voli. Dikelas hanya ada mereka berdua.
"Tidak tahu emangnya ada kejadian apa di SMA Keishinen?" Hikori membalikan duduknya menghadap Ichi.
"Ada seorang polisi wanita terbunuh di sana," Hikori terkejut dengan perkataan Mikan.
"Bagaimana bisa?"
"Katanya ada seorang siswi yang menangis histeris setelah dia mendengar ada yang menawarinya jubah merah dia berlari keluar dan bilang jika Aka Manto itu ada,"
"Aka Manto?"
"Aka Manto adalah legenda urban konon hantu itu berkeliaran di toilet umum dan sekolah. Dia menawarkan jubah merah atau biru dalam versi lain Aka Manto kerap kali menawarkan kertas merah atau biru. Jika kita menjawab jubah merah maka Aka Manto akan memenggal kepala korban sampai baju yang dikenakan korban berubah menjadi merah seperti mengenakan jubah merah. Jika kita menjawab biru maka Aka Manto akan mencekik leher kita sampai wajah kita merubah menjadi biru. Satu-satunya cara untuk menghindar adalah berlari menjauhi toilet itu," tutur Ichi.
"Kakoi apa yang terjadi pada gadis dan polwan itu?" Hikori bergidik ngeri bagaimana jika dia pergi ke toilet dia bertemu Aka Manto? Hikori tak sanggup memikirkannya.
"Katanya gadis itu depresi dia di kurung didalam kamarnya karena terus berteriak histeris. Sedangkan polwan itu ditemukan meninggal dengan keadaan kepala yang sudah terpenggal. Satu lagi aku melihat dari berita jika rekan polwan itu ditemukan gantung diri dikamar mandi apartemennya entah untuk alasan apa dia melakukan hal bodoh itu," Ichi sedikit merasa kesal dengan tindakan sembrono rekan polwan itu.
"Kau bilang polwan itu mati dengan keadaan terpenggal berati waktu itu dia jawab Aka Manto begitu?"
"Iya begitulah," Hikori bergidik ngeri dengan kejadian di SMA Keishinen. Dia berdoa semoga tidak ada kejadian seperti itu disekolah nya.
to be continued