NovelToon NovelToon
Cerita Kita

Cerita Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Murni / Idola sekolah
Popularitas:588
Nilai: 5
Nama Author: cilicilian

kisah cinta anak remaja yang penuh dengan kejutan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cilicilian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sesuatu

"Dara! Dara! Lo tahu nggak?!" Sella hampir berteriak, suaranya menggelegar di ruang kelas yang masih sepi.

Wajahnya berbinar-binar, menunjukkan semangat dan kegembiraan yang meluap-luap. Ia tampak tidak sabaran untuk menceritakan sesuatu yang sangat menyenangkan.

Dara tersentak kaget. Ia baru saja memasuki ruang kelas, dan teriakan Sella yang tiba-tiba itu membuatnya kaget. Ia menatap Sella dengan tatapan bingung, tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Ia hanya mengelengkan kepalanya perlahan, menunjukkan bahwa ia tidak mengetahui apapun.

"Gue tadi berangkat bareng Dimas!" Sella mengumumkan dengan suara yang penuh semangat. Senyum lebar tersungging di bibirnya, menunjukkan betapa bahagianya ia. Wajahnya bercahaya, menunjukkan perasaan yang meluap-luap.

Dara tersenyum lebar, "Seneng banget pasti. Selamat, deh! Tapi cepet-cepet jadian, ya, biar Dimas nggak diambil orang lain!" ujarnya, menunjukkan dukungannya pada Sella. Ia memahami perasaan Sella yang sedang berbunga-bunga.

Namun, senyum Sella tiba-tiba pudar. Wajahnya berubah cemberut, menunjukkan kekecewaan. "Ah, lo mah kaya gitu. Dia aja nggak peka!" ujarnya, suaranya sedikit cemberut. Ia tampak sedikit frustrasi karena Dimas tidak menunjukkan perasaan yang sama.

Tiba-tiba, Dela memasuki ruang kelas. Ia menatap Sella dengan tatapan penasaran. "Wih, kenapa tuh? Pagi-pagi mukanya ditekuk," celetuknya, suaranya menunjukkan rasa keingintahuan.

Ia langsung memperhatikan wajah Sella yang cemberut itu, dan menebak bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Sella. Ia menunggu dengan penasaran penjelasan dari Sella.

“Biasa lah, Del. Crush-nya nggak peka-peka. Kata gue, sih, mending ganti aja,” kata Dara, suaranya menunjukkan nada bercanda namun sedikit mengejek.

Ia menatap Sella dengan tatapan usil, menunjukkan bahwa ia sedang mengusik sahabatnya. Ia tahu Sella sedang sedih karena perasaannya tidak dibalas oleh crush-nya.

Dela menahan tawanya, wajahnya menunjukkan perasaan yang campur aduk antara simpati dan sedikit mengejek. Ia mengangguk setuju dengan perkataan Dara. "Betul, gue setuju sama Dara," ujarnya, ikut meledek Sella yang tengah galau karena pujaan hatinya tidak peka.

Dara dan Dela saling bertukar pandangan, lalu tersenyum kecil. Mereka tahu bahwa Sella sedang merasa sedih. Namun, mereka juga tahu bahwa Sella akan baik-baik saja.

Dara menempatkan tangannya di bahu Sella, menepuk dengan lembut namun, memberikan rasa hangat dan dukungan.

Ekspresi wajah Dara menunjukkan empati yang tulus. "Tenang, Sell. Kalau dia tetap nggak peka juga, gue sama Dela bakal bantu lo. Ya, kan, Del?" ujarnya, dengan senyum lebar di wajahnya.

Ia sangat serius tentang membantu hubungan Sella untuk dekat dengan Dimas. Ia tidak hanya memberikan kata-kata semangat, tapi juga sentuhan fisik sebagai bentuk dukungan nyata.

Dela mengangguk dengan senyum simpul, menunjukkan kesepakatannya dan juga memperlihatkan perhatiannya pada Sella.

Matanya menunjukkan kepedulian. "Iya, dong. Tapi ya, Sell… seandainya kalau dia emang nggak suka sama lo, lo jangan berkecil hati. Masih ada ribuan cowok bahkan jutaan cowok di dunia ini yang mungkin lebih peka daripada Dimas," kata Dela, mencoba untuk memberikan semangat dan perspektif yang lebih luas pada Sella agar Sella tidak merasa berkecil hati.

Mata Sella membendung, menahan air mata yang ingin mengalir. Ia mengambil napas dalam untuk menahan isakannya. "Siapa, sih, yang naruh bawang di sini," ujarnya, suaranya sedikit tersendat karena tangisnya.

Meskipun mengatakan begitu, nada suaranya menunjukkan rasa terharu dan syukur yang mendalam atas persahabatan yang ia miliki. Dukungan dari Dara dan Dela sangat berarti baginya, lebih dari sekedar kata-kata biasa. Ia merasa dihargai dan dipahami.

Ketiga sahabat itu saling memeluk, sebuah pelukan yang penuh dengan dukungan dan kehangatan. Dara dan Dela mencoba untuk menenangkan Sella yang masih terisak.

Suasana di sekitar mereka tampak tenang dan nyaman, hanya suara isakan Sella yang memecah keheningan. Namun, ketenangan itu tiba-tiba terusik oleh kedatangan Andra.

Andra mendekati mereka, wajahnya tampak terlihat datar. Ia berbicara pada Dara, "Ra, aku mau bicara sama kamu. Bisa?" suaranya sedikit berat, tidak seperti biasanya. Ia ingin berbicara pada Dara, namun ia juga takut akan reaksi Dara.

Ketiga gadis itu melepaskan pelukannya. Dara menatap Andra dengan tatapan yang penuh tanya. "Apa?" tanyanya, suaranya dingin, menunjukkan sikapnya yang tidak terlalu bersahabat.

Andra menatap Dara lekat, "Berdua aja," ujar Andra, dengan raut wajah yang serius. suaranya menunjukkan keinginannya untuk berbicara secara pribadi dengan Dara.

Dara menolak permintaan Andra. "Di sini aja. Emang nggak bisa?" tanyanya, suaranya tetap dingin. Ia tidak ingin terlalu dekat dengan Andra.

Andra menunjukkan keinginannya untuk berbicara secara pribadi. "Nggak. Aku mau berdua aja," ujarnya, suaranya menunjukkan ketegasan. Ia ingin berbicara dengan Dara tanpa gangguan dari orang lain.

Dara menghela napas panjang, "Ya udah. Mau di mana?" tanyanya, suaranya menunjukkan kepasrahan. Ia akhirnya menyerah dan mau berbicara dengan Andra secara pribadi.

Andra langsung mengambil lengan Dara dan menariknya keluar dari ruang kelas. "Ikut aku," ujarnya, suaranya terdengar sangat datar namun tegas. Ia menarik Dara pergi dari kelas tanpa menunggu jawaban dari Dara.

Dela dan Sella memperhatikan kepergian Andra dan Dara. Ekspresi wajah mereka menunjukkan rasa penasaran dan sedikit heran. Dela berbicara pada Sella, "Sell, kenapa sekarang Dara welcome banget ke Andra? Padahal kan sebelum-sebelumnya Dara kaya sebel banget," tanyanya, suaranya menunjukkan rasa heran dan bingung.

Sella mengangguk, "Gue juga kurang tahu, Del." Ia menatap pintu kelas, di mana Dara dan Andra baru saja menghilang.

Ia sama bingungnya dengan Dela. Mereka saling berpandangan, menunjukkan rasa penasaran yang sama mengenai perubahan sikap Dara terhadap Andra. Perubahan sikap Dara terhadap Andra terlalu tiba-tiba dan mencurigakan. Biasanya, Dara akan langsung marah jika Andra mendekatinya.

"Lo mau bawa gue ke mana, sih?" tanya Dara, suaranya sedikit meninggi, menunjukkan ketidaksukaannya. Ia merasa sedikit takut dan waspada karena Andra menariknya pergi tanpa penjelasan. Ia mencoba untuk melihat sekitarnya, namun Andra terus menarik tangannya entah ia mau di bawa ke mana.

Andra menjawab dengan nada yang santai, "Udah, ikut aja." jawab Andra dnegan senyum manis.

Dara terlihat pasrah, tangannya terus di pegang oleh Andra, sebenarnya ia ingin memberontak tapi ia tak mau kehabisan tenaga.

Dara menunjukkan rasa waspadanya. "Awas aja lo bawa gue ke tempat sepi!" ancamnya, suaranya menunjukkan ketakutan dan kecemasan. Ia tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Andra mencoba untuk menenangkan Dara. "Ra, aku cuma mau bicara aja. Jangan berpikiran kalau aku mau jahat ke kamu," ujarnya, suaranya lembut dan menenangkan. Ia ingin Dara merasa aman dan nyaman bersamanya.

Dara memutar bola matanya dengan malas. "Terserah lo deh," ujarnya, suaranya menunjukkan kepasrahan. Ia sudah tidak mau berdebat dengan Andra. Ia ingin segera mengetahui maksud dan tujuan Andra.

Mereka terus berjalan, langkah kaki Andra agak cepat, menunjukkan kegelisahannya. Dara ikut berjalan di belakang Andra dengan langkah yang agak lambat. Mereka melewati lorong sekolah dengan suasana yang terlihat sepi. Namun, tiba-tiba, suasana itu terusik oleh kemunculan Zian.

Zian tiba-tiba muncul di hadapan mereka, wajahnya tampak marah. Ia menghentikan langkah Andra dan Dara. "Lo mau bawa Dara ke mana, Hah?!" tanyanya, suaranya keras dan mengancam. Ia tampak sangat marah dan cemburu.

Andra menatap Zian dengan tajam, raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan pada Zian. "Bukan urusan lo!" ujarnya, suaranya lirih namun penuh penekanan.

Ia tidak ingin Zian campur tangan dalam urusannya dengan Dara. Ia ingin berbicara dengan Dara secara pribadi, tanpa gangguan dari siapapun. Tegangan di antara mereka semakin meningkat, menciptakan suasana yang mengancam.

Zian tidak mundur. Ia langkah mendekat, jaraknya dengan Andra semakin dekat. "Lo kira gue bego? Gue liat dari jauh cara lo narik tangan Dara kaya penculik!" ujarnya, suaranya keras dan penuh dengan amarah. Ia tidak percaya dengan alasan Andra yang hanya ingin berbicara.

Andra mengeraskan rahangnya, tangannya mengepal. Ia merasakan amarah yang mulai memuncak. "Gue udah bilang, bukan urusan lo!" ujarnya, suaranya tajam dan keras. Ia mencoba untuk menahan amarahnya di depan Dara.

Dara memijit pelipisnya, wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan yang nyata. Ia sudah mulai jengah dengan situasi tersebut. Ia tidak ingin terjadi perkelahian antara Andra dan Zian.

Suaranya, terdengar emosi menghadapi keduanya. "Zian, lo bisa minggir dulu? Nggak usah ribut. Ini masih di area sekolah. Lagian, kalau gue mau diculik, gue bisa pukulin ini orang," ujarnya, mencoba untuk menunjukkan bahwa ia bisa melindungi dirinya sendiri, dan bahwa ia tidak perlu dikhawatirkan oleh Zian.

Ia ingin mengakhiri perselisihan itu dengan cepat. Kata-katanya yang terakhir dimaksudkan untuk menunjukkan kepercayaan dirinya, namun juga sedikit menunjukkan ketidaksukaannya pada Zian.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!