Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Nyaman.
"Sombong sekali dirimu yang baru saja diterima menjadi Sekretaris dan kau pikir bisa bertahan di Perusahaan ini hah!" sahut Maya semakin emosi.
"Bertahan atau tidaknya aku di Perusahaan ini adalah urusanku dan kita lihat saja nanti," jawab Serra.
"Jadi sekarang kau sedang menantangku?" tanya Maya.
"Tidak! kenapa juga aku harus menantangmu. Aku tidak ingin membuang waktu untuk melakukan hal itu," jawab Serra dengan tersenyum miring yang tidak berkata apapun lagi yang langsung pergi dari hadapan Maya.
"Kurang ajar wanita itu. Jelas-jelas sudah sangat terlihat jika dia ingin bersaing denganku dan masih mengatakan tidak menantangku. Wanita itu benar-benar!" umpat Maya dengan tangan terkepal.
Sementara Serra setiap kali berbicara yang menurutnya sedikit lancang pasti menghela nafas yang sebenarnya sangat bangga dengan dirinya sendiri yang tidak menyangka bahwa dia bisa melakukan hal itu.
Serra mulai bangkit dari keterpurukannya yang menunjukkan bahwa tidak semua orang bisa menindasnya. Dia sudah cukup menjadi wanita bodoh selama hampir 1 tahun dalam pernikahan yang tidak dihargai dan keluarga yang dihargai selama ini tidak pernah menganggapnya.
*****
Karena Serra besok harus mulai bekerja dan sekarang dia kembali pulang. Serra yang terlihat berada di dapur menyiapkan makanan.
"Ehmmm!" di tengah-tengah kesibukan yang tiba-tiba saja terdengar suara deheman yang membuatnya menoleh ke belakang.
"Tuan!" sapa Serra dengan menundukkan kepala.
"Tuan sudah pulang sore-sore seperti ini?" tanyanya.
"Kalau aku sudah di rumah yang berarti aku sudah pulang dan ketika sudah pulang berarti tidak akan kembali ke kantor lagi, Karena bagiku kalau sudah saatnya pulang maka pekerjaan sudah selesai," jawab Askara.
"Begitu," sahut Serra.
"Apa yang kau lakukan? Kau ingin membuat makan malam untuk semua orang yang ada di rumah ini?" tanya Askara yang menduga.
Serra menggelengkan kepala! Tidak! saya ingin menginap di rumah sakit dan sebelum itu membuat makanan untuk dibawa ke rumah sakit untuk mama Rara dan Roni," jawabnya.
"Begitu! Saya pikir kamu akan kembali menyiapkan makanan untuk orang-orang di rumah ini," sahut Askara.
"Hal itu sepertinya tidak akan pernah saya lakukan lagi. Karena untuk apa juga melakukan segala sesuatu yang tidak dihargai dan lagi pula itu hanya membuang-buang tenaga saya, saya juga bukan pembantu di rumah ini," jawabnya yang sekarang benar-benar sadar.
Askara yang tidak menanggapi perkataan itu.
"Hmmm, bagaimana dengan tuan? Apa sudah makan?" tanya Serra.
"Makan siang sudah," jawabnya.
"Tuan mau saya buatkan makanan?" tanya Serra.
"Tidak perlu," jawab Askara yang langsung pergi.
Serra menghela nafas yang kembali melanjutkan pekerjaannya yang hampir selesai.
Tok-tok-tok.
Serra yang berdiri di depan pintu kamar yang membawa nampan yang berisi makanan dan minuman yang tidak lama pintu kamar itu terbuka yang ternyata itu kamar Askara.
Askara mengurutkan dahi melihat Serra.
"Ada apa?" tanya Askara.
"Saya sudah selesai memasak dan menyiapkan makanan untuk tuan," jawab Serra.
"Saya sama sekali tidak meminta kamu untuk membuat makanan apapun dan saya juga sudah mengatakan tidak perlu," jawab Askara.
Serra tersenyum dan sekarang malah masuk begitu saja tanpa ada yang menyuruhnya membuat Askara mengurutkan dahi.
"Biasanya kalau bekerja seharian di kantor dan walau sudah makan siang pasti perut terasa lapar, sangat kebetulan saya membuat makanan lebih dan tidak ada salahnya menyiapkan untuk tuan," ucap Serra yang menghidangkan makanan itu di atas meja.
Serra yang terlihat duduk dengan posisi berlutut melihat ke arah Askara yang masih berdiri di depan pintu.
"Ayo tuan di makan!" ajaknya.
"Kamu tidak mendengar apa yang saya katakan jika saya tidak lapar," jawab Askara.
"Jadi tuan tidak akan menghargai masakan saya?" tanya Serra.
Askara menghela nafas yang menutup pintu kamar dan seperti ini tidak mungkin tidak memakan makanan itu yang melihat Serra cukup effort membawakan ke dalam kamarnya.
Askara yang akhirnya duduk di samping Serra di atas lantai yang beralaskan karpet bulu.
"Saya harus memakannya karena saya tidak suka melihat makanan mubazir," ucap Askara yang membuat Serra tersenyum.
Askara yang tidak menunggu lama yang langsung menikmati makanan itu dan Serra yang tetap berada di samping Askara.
"Kamu sendiri kenapa hanya diam saja? Kamu tidak makan?" tanya Askara.
"Saya sudah kenyang dan nanti baru makan di rumah sakit lagi," jawab Serra.
"Bukankah kamu mengatakan hanya membuang waktu untuk memasak orang-orang yang ada di rumah ini dan kenapa memberikan saya makanan ini?" tanya Askara sembari mengunyah makanannya.
"Kecuali tuan," jawabnya membuat Askara menoleh.
"Tuan bisa menghargai apa yang saya buat, jadi saya hanya bisa melayani orang-orang yang bisa menganggap saya dan menghargai saya," jawab Serra.
"Melayani!" sahut Askara yang tersenyum miring mendengar perkataan Serra.
"Kamu berada di dalam kamar saya dan kamu tidak takut jika orang yang ada di rumah ini melihat kamu berada di sini?" tanya Askara.
"Sepertinya hal itu bukanlah suatu masalah. Tuan adalah Paman dari suami saya dan saya rasa itu sama saja ada hubungan saudara sama seperti Damar yang juga berada di kamar Maya dan orang-orang yang ada di rumah ini tidak masalah karena mereka sepupu," jawab Serra.
"Apa kamu ingin membalas suamimu dengan memanfaatkan saya?" tanya Askara menatap Serra begitu dalam yang ingin memastikan.
"Bukankah tuan yang memberikan jalan itu kepada saya," jawab Serra.
Askara tidak berbicara lagi yang mana keduanya hanya saling melihat satu sama lain.
Setelah Askara selesai menikmati makanan itu dan Serra sejak tadi menemaninya makan di dalam kamar yang akhirnya Serra keluar dari kamar askara dan sangat kebetulan Netty yang melewati kamar Askara harus melihat kakak iparnya keluar dari kamar Askara.
"Kak Serra baru saja dari dalam?" tanya Netty menatap curiga.
"Benar!" jawab Serra yang ternyata tidak memperlihatkan wajah khawatir atau panik sekalipun dia terlihat begitu tenang.
"Ngapain Kakak dari kamar Paman?" tanyanya.
Serra tidak perlu menjawab dan hanya mengarahkan bola matanya kepada nampan yang dia pegang berisi piring kotor.
"Kakak sudah lama berada di dalam kamarnya?" tanya Netty.
"Kamu memikirkan apa Netty. Bukankah paman Askara adalah paman kamu dan saya adalah istri dari kakak kamu jadi apa yang kamu pikirkan sehingga membuat kamu dengan pertanyaan mengintimidasi seperti itu?" tanya Serra.
"Hanya bertanya saja," jawab Netty.
"Oh iya. Aku mau makan dong. Kakak antarkan ya makanan ke dalam kamarku, banyak sekali tugas kuliah jadi malas sekali untuk kemeja makan," ucapnya.
"Makanan apa yang harus diantar karena tidak ada makanan," jawab Serra.
"Itu?" tanya Netty yang sebelumnya kakak iparnya itu mengatakan mengantar makanan kepada Askara.
"Kakak hanya memasak sedikit untuk dibawa ke rumah sakit. Jadi tidak ada sisa sama sekali dan jika kamu ingin makan maka kamu bisa beli sendiri atau mau masak sendiri, tidak susah Netty untuk melakukan semua itu dan apalagi kamu sudah besar," ucap Serra.
"Kakak kenapa jadi memerintahkan aku untuk memasak dan lagi pula bukankah biasanya Kakak juga melakukan hal itu," sahut Netty yang terlihat begitu kesal.
"Jika memang biasanya melakukan hal itu maka untuk kali ini tidak akan melakukan lagi. Jadi kalau kamu butuh apa-apa kamu harus melakukan sendiri atau minta pada ibu kamu," tegas Serra yang langsung pergi dari hadapan Netty.
"Kenapa sekarang, Kak Serra menyebalkan sekali," ucapnya dengan kesal.
Bersambung....