"Kamu mau pilih Daniel atau aku?"
"Jangan gila kak, kita ini saudara!"
Arjuna tersenyum tipis, seolah meremehkan apa yang dimaksud Siren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Arjuna
Malamnya dengan hati yang sumringah Siren menatap layar handphonenya karena dia sedang berbalas pesan dengan Daniel.
Selama beberapa hari ini dia tidak mengirim foto ke Daniel karena Daniel yang meminta, katanya biar Siren fokus dulu ke masalah yang rumit ini apalagi Siren baru sakit.
Mr.Lover : Besok kita jalan mau? Aku pengen keluar berdua sama kamu
Siren : Boleh, jam berapa?
Mr.Lover : Jam 8 atau 9 bisa kan?
Siren : Bisa kok
Mr.Lover : Yaudah besok kalo udah selesai dandan kabarin biar aku jemput
Belum sempat Siren membalasnya, pintu kamarnya diketuk dengan sangat keras membuat Siren kaget.
Awalnya Siren pikir itu mami, tapi ternyata setelah dia membuka pintu, Arjuna lah yang berdiri disana sambil menatapnya penuh emosi.
Arjuna mendorong tubuh Siren kebelakang hingga Siren mundur beberapa langkah, lalu dengan cepat Arjuna menutup pintu kamar Siren dan menguncinya dari dalam.
"Kakak mau ngapain?"
Arjuna mendorong Siren lagi, kali ini lebih keras hingga Siren terjengkang ke belakang, untung belakangnya ada kasur, tapi dalam sekejap dia tidak beruntung karena Arjuna menindihnya lalu menarik tangannya keatas kepala Siren dan mencengkeram keduanya dengan erat.
"Beraninya kamu hancurin kamera itu"
Tatapan Arjuna berkilat-kilat seolah ingin membunuh Siren saat ini juga.
"Aku mau melindungi diriku sendiri"
"Apa yang perlu dilindungi? Kamu takut sama aku?"
"Kakak pikir gimana?"
Siren balik menatap Arjuna dengan tajam, dan sedetik kemudian Arjuna menciumi bibir Siren dengan brutal tak hanya itu dia tidak memberi kesempatan Siren untuk melawan karena kedua tangannya dia pegang serta kakinya dia tindih juga.
"Terima akibatnya sayang" ucap Arjuna disela-sela ciumannya.
Siren hanya bisa menangis karena tidak bisa melawan dengan tenaganya yang seperti telah tersedot habis.
Arjuna mencium leher Siren hingga turun ke dada mulusnya.
"KAK.....JANGAN!!!! BRENGSEK!!!"
Arjuna kembali mencium bibir Siren supaya Siren tidak berteriak, takutnya mami dan papi mendengar teriakan Siren.
"Jangan coba-coba teriak kalau kamu masih mau aman..apa yang kamu lakuin sama pacar kamu kemarin hmm? Ciuman juga, dimana? Disini?"
Arjuna mencium bibir Siren lagi dan lagi..lalu merembet ke telinganya dan juga ke leher lagi.
"Tolong berhenti kak, aku bisa lakuin apa aja asal kakak berhenti"
Arjuna menatap mata Siren.
"Apa yang mau kamu lakuin sayang? Mutusin pacar kamu, bisa?"
Siren menggeleng pelan.
"Hahaha...secinta itu kamu sama dia?"
Siren mengangguk sambil terisak.
"Ingat lagi sayang, pada akhirnya kamu akan tetap menikah sama aku bukan sama yang lain"
Siren makin terisak, Arjuna mencium bibirnya sekali lagi lalu menyingkir dari tubuh Siren. Siren segera duduk dan menyeka air matanya.
"Jangan coba-coba cari rekaman itu kalo kamu nggak mau hancur"
Siren langsung bersujud dikaki Arjuna, karena dia terlalu takut dengan semua hal yang akan terjadi.
"Aku mohon kak, jangan begini..aku takut aku nggak sanggup..."
Arjuna tersenyum sinis, lalu menunduk untuk menatap Siren yang menangis sesenggukan.
"Anak kecil yang dulu selalu menempel, dimana dia? Salahmu sendiri kenapa dulu kamu sering ngikutin aku..."
"Karena aku sayang sama kakak sebagai kakakku, tolong jangan begini! Aku bisa turutin permintaan kakak buat nikah nanti tapi tolong sekarang jangan kayak gini ...aku nggak sanggup kak"
"Bukannya sama aja, mau sekarang atau nanti kita bakal tetep ciuman, atau yang lebih dari itu"
"Kak...."
Arjuna menarik kedua tangan Siren sedikit kasar supaya Siren berdiri dihadapannya.
"Anggap aku gila Siren karna aku emang gila, aku gila karna tiap hari mau meluk kamu..sederhana kan..masa kamu nggak bisa kabulin itu?"
Siren menggeleng ...
"Kenapa? Bukannya nyaman di pelukanku ya? Mau coba?"
Siren menggeleng lagi, tapi karena Arjuna tidak berniat meminta pendapat jadi dia berdiri dan memeluk erat tubuh Siren.
Dia mengelus rambut Siren dengan lembut.
"Harummu, bentuk tubuh mu, kecantikanmu semuanya buat aku gila..kamu nggak kasian sama sekali denganku sayang?"
Lagi-lagi Siren tidak bisa menjawabnya, dia hanya mampu terisak tanpa bisa melawan. Arjuna melepas pelukannya lalu menarik tangan Siren supaya mau berbaring diranjang.
"Malam ini aku mau tidur disini"
"Jangan...!!!"
"Kenapa? Kamu nggak mau tidur sama kakakmu yang tampan ini?"
Siren menggeleng pasti.
"Aku nggak butuh pendapat kamu, ayo tidur!"
Arjuna menarik tangan Siren, dan Siren tetap berdiri kaku ditempatnya.
"Jangan nguji kesabaran aku Ren, malam ini aku masih berbaik hati nggak akan apa-apain kamu...gak tau selanjutnya, jadi manfaatkan kesempatan itu dengan baik"
Siren menghela nafas, hidup dengan penuh ketakutan jelas tidak enak dan itu yang tengah dia rasakan.
Siren naik keranjang dan berbaring dengan takut-takut, sementara Arjuna menarik selimut lalu memeluk tubuh Siren.
"Kak jangan meluk, aku risih"
"Risih? Yakin kamu juga risih kalo dipeluk pacar kamu itu?"
Siren menoleh dengan mengerutkan dahinya, tentu saja tidak karena dia mencintai Daniel beda lagi karena ini Arjuna.
Tapi Siren tak bisa mengungkapkan hal itu dengan gamblang takut memancing emosi Arjuna lagi, dan kalau Arjuna sudah marah lagi dia tidak yakin apakah bisa lolos.
"Pastiin besok pagi mami gak naik keatas dulu sebelum aku keluar dari sini"
"Gimana caranya?"
"Bangunin aku lebih awal"
Siren hanya diam, Arjuna mencium pipinya dengan lembut kali ini sebelum akhirnya memejamkan matanya.
Siren sama sekali tidak ingin memejamkan matanya karena takut jika dia tertidur Arjuna akan melakukan sesuatu padanya.
"Tidur sayang, atau mau main sesuatu?"
Siren menggeleng pasti, main yang dimaksud Arjuna pasti lain.
"Yaudah tidur kalau gitu"
Siren pun memejamkan mata, dia bertekad tidak ingin tidur meskipun matanya terpejam. Arjuna mengeratkan pelukannya pada perut ramping Siren.
Serta membenamkan wajahnya pada ceruk leher Siren, meski geli Siren menahannya sekali lagi dia takut membangkitkan amarah Arjuna dan akan berujung merugikan dirinya sendiri.