NovelToon NovelToon
Detik Yang Membekas

Detik Yang Membekas

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Office Romance
Popularitas:33.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Vicky Nihalani Bisri

Di dermaga Pantai Marina, cinta abadi Aira dan Raka menjadi warisan keluarga yang tak ternilai. Namun, ketika Ocean Lux Resorts mengancam mengubah dermaga itu menjadi resort mewah, Laut dan generasi baru, Ombak, Gelombang, Pasang, berjuang mati-matian. Kotak misterius Aira dan Raka mengungkap peta rahasia dan nama “Dian,” sosok dari masa lalu yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan. Di tengah badai, tembakan, dan pengkhianatan, mereka berlomba melawan waktu untuk menyelamatkan dermaga cinta leluhur mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Vicky Nihalani Bisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH - 33 : Gelombang Impian

Waktu terus berjalan, dan kini tujuh tahun telah berlalu sejak perjalanan terakhir keluarga Aira dan Raka ke Pantai Marina. Rinai kini berusia 25 tahun, seorang wanita muda yang telah lulus dari jurusan Sastra dan Seni Visual di universitas ternama.

Dia telah menerbitkan buku pertamanya, sebuah novel pendek berjudul Dermaga Hujan, yang terinspirasi dari cerita cinta Aira dan Raka, serta pengalamannya sendiri sebagai anak yang tumbuh di keluarga penuh cinta. Buku itu mendapat sambutan hangat dari pembaca, dan Rinai kini mulai dikenal sebagai penulis muda berbakat.

Banyu, yang kini berusia 15 tahun, adalah remaja yang penuh semangat, dengan minat besar pada desain kapal dan kelautan, sering menghabiskan waktu di bengkel kecil Raka untuk membuat model kapal yang semakin rumit.

Aira dan Raka, kini berusia 47 tahun, masih aktif dalam karier mereka masing-masing. Aira telah menjadi penulis terkenal dengan beberapa novelnya yang diadaptasi menjadi film pendek, sementara Raka kini memiliki studio seni kecil yang menjadi pusat kreativitas untuk anak-anak di Semarang, selain tetap menjadi ilustrator buku anak-anak.

Rumah mereka di daerah Candi kini lebih modern, dengan tambahan ruang baca yang luas untuk koleksi buku Aira dan Rinai, serta bengkel kecil untuk Raka dan Banyu.

Pagi itu, Aira sedang menyiapkan teh di dapur, mengenakan kaus panjang dan celana panjang, rambutnya yang mulai dihiasi uban di kuncir santai. Dia tersenyum kecil sambil melirik foto keluarga yang tergantung di dinding, foto mereka berempat di Pantai Marina beberapa tahun lalu, dengan Rinai dan Banyu yang masih kecil tersenyum lebar di bawah dermaga.

Rinai masuk ke dapur, mengenakan kemeja sederhana dan celana jeans, wajahnya penuh semangat.

“Mama, aku dapet kabar dari penerbit,” kata Rinai, tersenyum lebar sambil duduk di meja dapur.

“Dermaga Hujan masuk nominasi penghargaan buku nasional! Aku… aku enggak nyangka, Ma. Aku… aku seneng banget,” tambahnya, matanya berkaca-kaca karena bahagia.

Aira membelalak, lalu memeluk Rinai erat.

“Rinai, Mama bangga banget sama kamu! Buku kamu… itu buku yang penuh cinta, penuh cerita kita. Mama yakin kamu bakal menang,” katanya, nadanya penuh kebanggaan sambil mencium kening Rinai.

Banyu masuk ke dapur, mengenakan kaus bertema laut dan celana pendek, tangannya memegang model kapal kecil yang baru selesai dia buat.

“Mama! Kak Rinai! Banyu selesai bikin kapal lagi! Ini kapal besar, buat lomba desain kapal di sekolah!” serunya, matanya berbinar penuh antusias.

Raka masuk ke dapur, mengenakan kemeja flanel dan celana jeans, wajahnya penuh semangat. Dia baru saja kembali dari studio seninya, dan hari ini dia berencana mengajak keluarganya untuk merayakan prestasi Rinai dan Banyu.

“Pagi, Mama, Rinai, sama Banyu,” sapanya, tersenyum lebar.

“Aku denger tadi Rinai masuk nominasi, dan Banyu selesai bikin kapal?” tanyanya, duduk di samping Banyu dan mengelus rambut anaknya.

“Pagi, Papa!” seru Rinai, tersenyum sambil melirik Banyu.

“Iya, Papa. Aku… aku masuk nominasi penghargaan buku nasional. Dan Banyu… kapalnya bagus banget, Pa. Banyu pasti menang di lomba desain,” katanya, nadanya penuh kebanggaan pada adiknya.

Raka tersenyum lebar, memandang Rinai dan Banyu dengan mata penuh cinta.

“Papa bangga banget sama kalian berdua. Rinai… buku kamu luar biasa, dan Banyu… kapal kamu bikin Papa inget waktu kita bikin kapal bareng pas kamu kecil. Papa… Papa yakin kalian bakal sukses,” katanya, nadanya penuh kelembutan.

Aira tersenyum, memandang keluarganya dengan hati penuh kehangatan.

“Raka, aku ngerasa hidup kita penuh dengan gelombang impian sekarang. Rinai sama Banyu… mereka ngejar mimpi mereka, sama seperti kita dulu. Aku… aku seneng banget kita bisa dukung mereka bareng,” katanya, suaranya lembut.

Raka mengangguk, tangannya memegang tangan Aira dengan erat.

“Iya, Aira. Rinai sama Banyu… mereka gelombang impian kita, yang bikin hidup kita lebih indah. Aku… aku pengen kita rayain prestasi mereka. Gimana kalau kita ke Pantai Marina hari ini? Kita bikin kenangan baru di dermaga,” katanya, nadanya penuh antusias.

Rinai dan Banyu bersorak kecil, setuju dengan ide Raka.

“Aku mau, Papa! Aku… aku pengen ke dermaga lagi, cari inspirasi buat buku berikutnya,” kata Rinai, matanya berbinar.

“Banyu juga mau! Banyu mau coba kapal di laut!” seru Banyu, tersenyum lebar.

Setelah sarapan, mereka bersiap untuk pergi ke Pantai Marina. Aira membawa tas berisi bekal, sandwich, air mineral, dan camilan, serta kamera untuk mengabadikan momen. Rinai membawa buku sketsa dan pena, siap mencatat ide-ide baru, sementara Banyu membawa kapal kecilnya dengan bangga.

Raka, seperti biasa, membawa kameranya, siap mengabadikan setiap momen keluarga mereka.

Perjalanan ke Pantai Marina terasa penuh tawa dan cerita. Rinai duduk di kursi depan, bercerita tentang rencananya setelah masuk nominasi, sementara Banyu di kursi belakang bercerita tentang lomba desain kapal di sekolahnya.

Aira dan Raka saling melirik, tersenyum penuh kebahagiaan melihat anak-anak mereka yang begitu bersemangat.

Sampai di pantai, Banyu langsung berlari kecil ke arah air, tangannya memegang kapal kecilnya, mulai mencoba kapalnya di ombak kecil.

Rinai duduk di dekat dermaga, buku sketsanya terbuka, mulai menulis draf untuk buku berikutnya, sesekali menggambar pemandangan laut dengan fokus.

Aira dan Raka duduk di tikar kecil yang mereka bawa, mengawasi anak-anak mereka sambil menikmati angin laut yang sejuk.

“Raka… aku ngerasa hidup kita penuh dengan gelombang impian yang indah,” kata Aira, suaranya lembut sambil memandang Rinai dan Banyu.

“Rinai… dia udah jadi penulis muda yang hebat, dan Banyu… dia penuh semangat, ngejar mimpinya jadi desainer kapal. Aku… aku seneng banget kita bisa liat mereka terbang dengan sayap mereka sendiri,” tambahnya, matanya berkaca-kaca karena haru.

Raka tersenyum, memeluk pundak Aira dengan lembut.

“Iya, Aira. Rinai sama Banyu… mereka gelombang impian kita, yang bikin hidup kita lebih bermakna. Aku… aku bangga banget liat mereka ngejar mimpi mereka, dan aku seneng kita bisa dukung mereka bareng,” katanya, nadanya penuh cinta.

Rinai berjalan ke arah mereka, buku sketsanya di tangan.

“Mama, Papa, aku nulis puisi baru di dermaga. Puisi tentang laut yang selalu jadi saksi perjalanan kita, dari Mama sama Papa ketemu, sampe aku sama Banyu lahir dan tumbuh. Mau denger?” katanya, matanya berbinar.

Aira dan Raka mengangguk, tersenyum penuh antusias. Rinai membacakan puisinya dengan suara lembut, penuh emosi, membuat Aira dan Raka berkaca-kaca.

“Rinai, ini indah banget. Aku… aku terharu banget kamu nulis tentang keluarga kita,” kata Aira, memeluk Rinai erat.Banyu berlari kecil ke arah mereka, tangannya basah karena bermain air.

“Mama! Papa! Kapal Banyu menang lawan ombak!” serunya, tersenyum lebar.

Raka tertawa kecil, mengangkat Banyu ke pangkuannya.

“Banyu hebat, ya, bikin kapal yang kuat. Nanti di lomba, Banyu pasti menang,” katanya, nadanya penuh kelembutan.

Sore itu, mereka kembali ke rumah dengan Rinai dan Banyu yang lelah tapi bahagia. Setelah anak-anak mandi dan makan malam, mereka duduk bersama di ruang tamu, Aira dan Raka mengeluarkan kotak kayu kecil yang berisi surat-surat untuk Rinai dan Banyu.

Mereka membaca surat-surat itu bersama, air mata haru mengalir saat mengingat perjalanan mereka sebagai keluarga.

“Raka… aku ngerasa hidup kita kayak laut yang penuh dengan gelombang impian,” kata Aira, suaranya lembut sambil bersandar di dada Raka.

Raka tersenyum, memeluk Aira erat.

“Iya, Aira. Rinai sama Banyu… mereka gelombang impian kita, yang bikin hidup kita lebih indah. Aku… aku pengen kita terus ciptain cerita baru bareng mereka, bareng keluarga kita. Aku sayang kamu, selamanya,” katanya, nadanya penuh cinta.

Di bawah langit Semarang yang gelap, Aira dan Raka saling berpelukan, merasa bahwa gelombang impian yang dibawa Rinai dan Banyu adalah bagian dari cerita cinta mereka yang abadi, cerita yang akan terus berkembang, dengan cinta sebagai ombak yang tak pernah berhenti.

1
Miu Nih.
maasyaa Allaah, kisahnya indah ☺☺
tuan angkasa: terima kasih🙏
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
siapa itu Rinai? koq kayak merk kom...r yaa thor🙏🏻
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: melodi tuh bagus bt nama
tuan angkasa: wkwkw iya kah? tpi bagus ih
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
melodi cinta 🤩🤩🤩
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
selamat yaa Aira dn Raka.....samawa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: yu ikuti terus cerita mereka hehe
total 2 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
yesss i do......🥰🥰
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
aamiin
Delbar
aku mampir kak 💪💪💪💪
tuan angkasa: terima kasih kak🙏
total 1 replies
Bee Sa Maa
novelnya bagus, menarik, ceritanya ringan, lucu dan menghibur, lanjutkan thor!
Dante
kok bisa sih, selucuuu ini 🐣
tuan angkasa: bisa dong, kek yang bacanya juga lucu
total 1 replies
Miu Nih.
arg! nusuk banget ini 🥲
tuan angkasa: bener kak😢 semangat yaa
total 1 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
LDRan ceritanya yaa
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ: siyaapp
tuan angkasa: hehe, pasti relate nih kakak nanti ngebaca nya dari hari ke hari, tenang aja, kita up setiap pukul 5 sore setiap harinya, stay tuned yaa:)
total 4 replies
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
saling melengkapi....
Miu Nih.
untuk bisa masuk ke dalam cerita gitu emang butuh detail yang 'sangat' ,,tapi beda di novel digital itu emang perlu jalan cerita yang cepat tak tak tak gitu biar langsung ngena pembaca...

padahal niatnya ya itu author bikin cerita yang bisa nyentuh, memaknai setiap paragraf, enggak sekedar cerita dan bikin plot... kamu tahu, aku bikin jalan cerita 3 hari itu menghabiskan 15 bab 🤣🤣
tuan angkasa: wah 3 hari 15 BAB termasuk cepet loh kak
total 1 replies
Miu Nih.
cocok nih raka sama Aira... raka bisa bantu bikin sketsa gitu, nanti bisa jadi komik atau lightnovel 🤗
Miu Nih.
betul, aku juga merasa begitu? menurutmu apa tantangan dalam menulis novel digital gitu?
Miu Nih.
Halo Aira, nama kita sama 🤗
mampir bentar dulu yaa... lanjut nanti sekalian nunggu up 👍

jgn lupa mampir juga di 'aku akan mencintaimu suamiku' 😉
tuan angkasa: hai kak aira, terima kasih sudah mampir, ditunggu kedatangannya kembali😊

baik
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!