Bijaklah dalam memilih tulisan!!
Kisah seorang penulis online yang 'terkenal lugu' dan baik di sekitar teman-teman dan para pembaca setianya, namun punya sisi gelap dan tersembunyi—menguntit keluarga pebisnis besar di negaranya.
Apa yang akan di lakukan selanjutnya? Akankah dia berhasil, atau justru kalah oleh orang yang ia kendalikan?
Ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembalasan Penulis Licik 13
...****************...
Arion belum juga pergi, padahal matahari sudah menggantung tinggi di balik jendela.
Ada sesuatu yang menahannya. Bukan pekerjaan. Bukan janji. Tapi rasa penasaran yang samar.
Tentang wanita itu—Aresya.
Entah ia menunggu busana seperti apa yang akan dipakai Aresya saat keluar rumah,
atau sekadar ingin melihat cara perempuan itu berpamitan padanya.
Lalu waktu menjawab diam-diam.
Aresya muncul dari balik pintu kamar dengan langkah ringan dan tenang.
Gaun sebetis membalut tubuhnya, anggun dan sederhana. Tak ada kesan liar, tak ada jejak sensual seperti malam-malam saat mereka berdua di rumah. Aresya terlihat seperti wanita baik-baik— yang mungkin akan pergi bekerja di perpustakaan atau menemui teman lamanya di kedai kopi tua.
“Aku pergi dulu,” ucapnya pelan, tanpa menatap Arion.
Tak ada jeda panjang. Arion hanya mengangguk. Tapi matanya tak bisa berhenti mengikuti siluet wanita itu, hingga pintu tertutup, dan dunia kembali sunyi.
Ada getar aneh di dada Arion. Tak ia pahami bentuknya.
Namun ia tahu—kehadiran Aresya telah menciptakan gema samar dalam hidupnya yang hampa.
...****************...
Kafe itu masih sama—aroma kopi dan tawa ringan yang berseliweran di udara.
Aresya duduk di sudut favorit bersama dua sahabat lamanya: Nadya dan Vina.
Tiga cangkir minuman menghangat di atas meja, dan percakapan kecil mulai menari-nari di antara mereka.
“Tapi serius, Res,” ujar Nadya, matanya menyipit penasaran,
“gimana rasanya menikah? Dan... kenapa kamu nggak pernah cerita apa-apa?”
Vina mengangguk setuju, menyandarkan dagu di tangan.
“Kami kan sahabatmu, tapi rasanya kamu menyimpan terlalu banyak hal belakangan ini.”
Aresya tersenyum. Tak terlalu lebar.
Ada semburat asing di matanya, seperti seseorang yang menyentuh luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.
“Rasanya… seperti pasangan pada umumnya,” jawabnya tenang,
“kadang ada percikan kecil, kadang hening menggantung seperti senja.”
Nadya dan Vina menatapnya lekat. Tak cukup puas. Aresya menghela napas pelan, lalu menurunkan volume suaranya seolah angin pun tak boleh tahu apa yang akan ia ucapkan.
“Sebenarnya… aku dijodohkan,” ucapnya pelan,
“bukan kisah cinta yang manis seperti dalam buku-buku yang sering kita baca dulu.”
Dia menatap kedua sahabatnya, ada ketulusan yang menggantung di sela lirihnya.
“Jadi… kuharap kalian bisa merahasiakan ini untuk sementara. Aku belum siap menjelaskan segalanya.”
Nadya dan Vina saling pandang, lalu mengangguk nyaris bersamaan.
Mereka tahu, tak semua kisah harus dipamerkan. Beberapa cinta—dalam sunyi pun—tetap bisa tumbuh indah, meski tak satu pun orang tahu benihnya disemai dari luka.
Suasana kafe tak pernah berubah:
hangat, nyaman, seperti pelukan di hari yang berat.
Dan dari balik meja bar, sepasang mata memperhatikan dengan seksama.
Jason Gavrill. Pemilik kafe itu.
Pria yang selalu menyapa mereka bertiga dengan senyum kecil dan suara baritonnya yang dalam.
Hari ini, langkahnya lebih lambat dari biasanya.
Dan tatapannya—terkunci pada satu sosok yang berbeda.
Aresya. Jason mendekat perlahan, membawa tambahan minuman yang tak mereka pesan.
“Ini untuk kalian,” ucapnya ringan, meletakkan gelas-gelas itu di meja.
Nadya tersenyum lebar. “Kamu selalu tahu waktu yang tepat, Jas.”
Tapi Jason tak membalas senyum Nadya. Matanya tetap tertuju pada Aresya yang menunduk, menyembunyikan kegelisahan di balik helai rambutnya yang bergelombang rapi.
“Kau terlihat berbeda hari ini,” gumam Jason pelan, nyaris seperti bisikan yang hanya dimaksudkan untuk gadis itu.
Aresya mengangkat wajahnya.
Tatapan mereka bersentuhan. Dan dalam sesaat yang singkat, ada getaran yang tak bisa dijelaskan.
Jason tahu, ada sesuatu yang Aresya sembunyikan. Kalau oDan itu bukan sekadar kabar pernikahan yang tertahan.
Pria itu tak bertanya lebih jauh. Ia hanya tersenyum kecil dan berkata, “Kalau butuh tempat untuk diam, kafe ini selalu terbuka untukmu, Res.”
Aresya tak menjawab.
Hanya mengangguk pelan, sambil menatap jemarinya sendiri.
Ada sesuatu dalam suara Jason yang hangat, namun diam-diam membangkitkan luka yang tak ingin ia kenali.
...****************...
Malam turun perlahan, membawa hawa sejuk yang menusuk hingga ke tulang. Pintu terbuka pelan.
Langkah kaki Aresya terdengar lembut menapak lantai.
Ia masuk tanpa suara, tanpa menoleh ke arah pria yang tengah duduk di sofa, terang temaram lampu gantung hanya menyoroti sebagian wajahnya.
Arion.
Masih dengan laptop terbuka di pangkuan, mata tajamnya mengikuti kehadiran Aresya, namun tetap berlagak tak peduli.
Aresya hanya melirik sekilas, lalu mengalihkan pandangan, menjaga jarak seperti tak pernah ada pernikahan di antara mereka.
Seolah mereka hanya dua orang asing yang kebetulan tinggal di atap yang sama, dengan dinding yang terlalu bisu untuk menyuarakan rasa.
Tanpa sepatah kata, Aresya melangkah ke kamar. Gaunnya bergoyang pelan, aroma parfum samar tertinggal di udara.
Arion menahan napas sejenak, lalu mengembuskannya pelan. Matanya kembali ke layar laptop, tapi pikirannya tak lagi utuh di sana.
Beberapa menit.
Lalu satu jam. Lalu dua.
Arion menggeser posisi duduk, mengetuk-ngetuk meja dengan jemari tak sabaran.
Kepalanya bersandar ke sandaran sofa, lalu tertawa kecil, getir.
“Bagus. Sekarang dia yang bersikap dingin,” gumamnya rendah. Ia tidak tahu kenapa. Tapi pengabaian Aresya terasa seperti gangguan tak kasat mata yang mencolek egonya.
Padahal ia bisa mengabaikan wanita mana pun, tapi untuk satu ini—anehnya, diamnya justru menggema terlalu keras.
Di balik pintu kamar, Aresya bersandar pada daun pintu.
Tersenyum tipis.
Dan berbisik lirih pada dirinya sendiri:
Kau mulai terganggu, ya, Arion?
.
.
.
Next 👉🏻
Makasih tadi udh mampir. jgn lupa keep lanjut teyuz ya...
kita ramein dengan saling bertukar komen...