Meina Alfarez, seorang gadis cantik berumur 18 tahun yang sangat bar-bar binti sengklek ini adalah satu-satunya anak perempuan dari keluarga Alfarez. Keluarga yang kaya no1 yang sangat di segani oleh banyak klan mafia.
Dia juga mempunyai 2 saudara laki-laki yang jahilnya gak ke tulungan. bernama Delvin Alfarez 21 tahun, dan Dhilan Alfarez 15 tahun.
Masa-masanya di jalani dengan sangat bahagia, walaupun banyak orang yang ingin mencelakai keluarga dan dirinya. Tapi itu tidak masalah, dengan menyebut namanya saja musuh pun bergetar ketakutan. Bahkan ia di sebut sebagai Donna Morte (Ratu Kematian)
Setelah menginjak dewasa, Meina pun berkuliah di kampus milik keluarganya, walaupun banyak mahasiswanya yang tidak mengetahui identitas asli Meina. Banyak yang mengagumi kepintaran dan juga kecantikannya dan ada juga yang iri.
Semuanya berubah ketika seorang lelaki bernama Akara Antares, yang sangat teguh akan imannya mulai datang ke dalam hidupnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amari Antares, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
𖤓HAPPY READING𖤓
Saat ini Dhilan sudah kembali ke kamarnya, dan langsung bersiap-siap berangkat ke sekolah. Sebenarnya sudah sedari subuh Dhilan keluar dari kamar Delvin dengan cara mengendap-ngendap sehingga tidak membangunkan Delvin yang sudah sangat pulas tertidur.
"Sip udah ganteng, sekarang gue harus pergi nih rumah supaya gak ketemu sama tuh orgil." monolog Dhilan dan langsung pergi keluar kamarnya.
Baru saja dirinya hendak menuruni anak tangga, Dhilan sudah melihat Delvin yang sudah berada di lantai satu dengan melambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum.
"Adek.. selamat pagi." sapa Delvin ketika Dhilan sudah berada di dekatnya.
"Bang... Dhilan mau ke sekolah jangan siksa Dhilan lagi!!" balas Dhilan dengan menampilkan wajah memelas, meminta bekas kasihan dari orang yang berada di hadapannya saat ini.
Dhilan cukup trauma dengan apa yang sudah di lakukan oleh Delvin tadi malam, karena Delvin yang terus saja memeluk Dhilan yang ingin tidur kembali. Sehingga membuat Dhilan merasa tidak nyaman atas perlakuan abang sulungnya itu. karena perbedaan postur tubuh yang sangat jauh diantara mereka membuat Dhilan sangat kesulitan jika ingin sekedar menggerakkan tubuhnya saja.
"Suruh siapa kamu tidur di luar waktu itu, untung abang gendong, kalau gak dibawa wewe gombel kamu." balas Delvin lalu menarik lengan Dhilan ke arah ruang makan.
"Delvin... berhentilah mengganggu adikmu..!!" ucap Amari karena sudah jengah dengan kelakuan Delvin yang bisa di bilang sangat posesif terhadap Dhilan.
"Hehehe... maaf momy." balas Delvin dan langsung memulai sarapan nya dengan tenang.
"Vin... nanti setelah mengantar Dhilan, kamu langsung pergi ke kantor." perintah Kinaan setelah selesai menghabiskan sarapannya.
"Memangnya ada apa dady , sampai-sampai aku harus ikut ke kantor juga?" tanya Delvin dengan heran, padahalkan dirinya sudah memiliki rencana untuk bersama adiknya terus.
"Kamu itu harus kerja juga lah Vin... untuk meneruskan perusahaannya dady." ungkap Kinaan Delvin yang mendengar hal itu hanya mengangguk pasrah.
-
-
-
-
-
"Farhan!! cepetan dong, kita udah mau bawa barangnya keluar." teriak Alvin dari luar kamar.
"Eh kalian mau pada kemana tuh!?" tanya seorang santri lainnya yang bernama Ahmad.
"Kita mau pindah, alias keluar ponpes." jawab Samy sambil mengeluarkan beberapa barang dari dalam kamar.
"Owh sini aku bantuin bawa ke bawah barangnya." balas Ahmad sambil menghampiri mereka.
"Tidak perlu, takut merepotkan." ucap Akara merasa tak enak hati.
"Udah, kita kan teman, gak usah gak enakan gitu ah." timpal Ahmad sambil membawa beberapa kantong plastik. "Isi apaan nih."
"Isinya bahan-bahan makanan buat di kosan nanti." ungkap Akara sambil mengunci pintu kamar.
Cekrek
Cekrek
"Ayo kita turun!!" seru Farhan mendahului sahabat-sahabat yang lainnya.
"Hati-hati Han, kamu jatuh gak apa-apa, tapi takut barangnya rusak." ujar Samy.
"Iya-iya juliet!!!" sahut Farhan.
*********
"Pak, kami izin pindah iya dari sini, terimakasih pak budi sudah menjaga, mengajari, mengayomi, kami dengan baik selama 10 tahun ini." ujar Akara dengan nada sopan.
"Iya Pak Budi terimakasih maafin kami juga kalau sering bikin kesel pak Budi." ucap Alvin.
"Gak apa-apa, kalian pasti mempunyai cita-cita yang ingin kalian gapai, kalau udah sukses jangan lupa mampir ke sini iya, jangan lupain kami yang ada di pondok ini." ujar Pak Budi sambil membelai rambut, menepuk pundak mereka berempat bergantian.
"I-iya... ka-mi gak akan lupain bapak, kami sayang kok sama... pak Budi, pak Budi udah kaya ayah kami sendiri." sambung Farhan dengan nada tersenggat-senggat sambil menangis.
"Nih anak ngapain juga nangis, kan kita jadi sedih." bisik Alvin pada Akara dan Samy.
"Iya gak apa, semoga kalian sukses di luar sana, ingat bersikap sopan, dan jaga tingkah laku kalian dilingkungan masyarakat yang lebih luas." nasehat pak Budi pada mereka.
"Iya Pak, kami janji menjaga sikap kami." ucap Akara. "Kami permisi dulu iya, assalamu'alaikum..." sambung Akara.
"Wa'alaikumussalam..." jawab Pak Budi.
Mereka berempat pun memasuki mobil, menuju kosan baru mereka.
"Hati-hati..." seru pak Budi sambil melambaikan tangan.
Akara yang berada di kursi depan dan Alvin di belakang pun membuka kaca mobil. "Iya pak." mereka pun membalas lambaian tangan pak Budi.
-
-
semoga kalian suka iya sama novel terbaruku, mohon dukungannya🙏🙏🤗🤗🤗
See you again😘 😍
kok senang produk luar.anak bangsa jg banyak yg ganteng.Sy penggemar Drakor mbok ya visual nya jangan slalu orang Korea