Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Malam pertama yang indah, yang di impikan setiap wanita pun pupus. Yah walaupun sudah beberapa kali kami melakukan nya. Tapi percayalah aku belum merasakan yang nama nya mencapai puncak.
Mas Tio bermain sesuai hasrat nya saja. Dia hanya menuju pada pencapaian nya sendiri.
Sudah 2 hari aku menikah. Kami masih tinggal bersama bapak dan mama.
Sampai pada suatu pagi mas Tio memutuskan untuk kembali bekerja. Dia bilang nggak enak karna sudah terlanjur berhutang untuk biaya pernikahan kami.
Aku pun melepas kepergian mas Tio dengan sedih.
Hari-hari aku begitu merindukan mas Tio. Hingga satu minggu berlalu. Tiba-tiba mas Tio datang.
Pekerjaan mas Tio memang tak mudah. Karna di pulau K mayoritas nya menambang emas begitu juga mas Tio yang ikut orang untuk menambang emas.
Mas Tio datang sekitar jam 7 malam. Setelah aku memberi nya makan malam dan juga secangkir kopi. Kami pun masuk ke dalam kamar.
Rasa rindu yang aku tahan selama seminggu. Membuatku tak bisa menahan diri.
Aku memeluk tubuh mas Tio yang terbaring di bibir ranjang. Saat aku memeluk nya, tak ada reaksi apa pun. Tak ada balasan pelukan juga.
Aku merasa seolah cuma aku yang merindukan nya. Mas Tio malah beranjak dan tidur lebih dulu dengan alasan cape.
Aku berusaha mengerti. Namun tetap saja hatiku tak bisa menerima itu.
Sudah 3 hari mas Tio di rumah. Aku menjalani pernikahan tak seperti pasangan pengantin baru pada umum nya.
Yang pernah aku dengar kalo pengantin baru itu selalu gaspol kalo urusan ranjang. Tapi tidak dengan kami. Kami jarang berhubungan badan, seminggu sekali, itu sudah paling sering.
Suatu pagi mas Tio mengutara kan niat nya membawaku ikut ke lokasi tambang tempat nya bekerja. Itu pun aku juga harus bekerja memasak untuk para pekerja tambang.
Demi cinta, dan tak mau berpisah aku pun mau. Kami berangkat ke esokan hari nya. Tapi tak seperti yang aku bayang kan. Sangat jauh dengan tempat aku bekerja di tempat besi tua dulu.
Ini di hutan, dan orang-orang nya sangat cerewet dalam soal makanan. Jika bahan makanan selalu ada mungkin aku bisa menuruti ke inginan mereka.
Hingga 2 minggu aku ikut suami ku. Kulit ku kini sudah tak bersih lagi, sekarang kulitku menjadi gelap.
Sudah 3 hari aku merasa pusing dan mual. Saat aku utarakan apa yang aku rasakan. Mas Tio segera mengajak ku untuk keluar dari lokasi.
Mas Tio mengajak ku ke klinik. "ber KB lah dulu. Aku belum siap punya anak" ucap mas Tio.
Aku pun menurut. Aku masuk ke klinik dan mengutara kan keluhan ku. Tanpa di periksa aku di saran kan untuk ber KB pil. "karna kalo suntik bukan nya mencegah eh malah tambah jadi nanti soal nya mba nya sudah berhubungan setelah haid" ucap bu Bidan di klinik tersebut.
Aku pun membeli pil KB yang di saran kan aman untuk pemula seperti aku. setelah membeli pil KB, kami pun kembali ke lokasi tambang.
Sampai lokasi aku pun segera meminum nya. Tak ada perasaan apa pun juga terhadap mas Tio, aku merasa itu wajar karna kami baru memulai pernikahan.
Pada suatu pagi, ada penjual jamu yang centil , datang menawarkan dagangan nya. Bukan cuma jamu berbagai macam obat kuat, kaos pria bermerk pun ia bawa.
Aku melihat mas Tio membeli satu kaos bermerk, namun di sela itu ia mengatakan. Kalo itu teman nya yang beli. Dia hanya akan meminjam nya.
Aku pun percaya dengan begitu polos nya. Bahkan aku pun tak di belikan apa pun. Semisal parfum atau apa lah kebutuhan wanita.
Sudah 2 hari kaos baru yang di beli mas Tio di pakai. Aku pikir kalo aku cuci dan segera di kembalikan mungkin tak masalah. Karna yang namanya pinjam memang wajib di kembalikan.
"Dek di mana kaos yang aku pakai kemarin?" tanya mas Tio saat sore sepulang menambang.
"Aku sudah mencuci nya mas, karna kan mas pinjam jadi harus segera di kembalikan" kata ku dengan polos.
"Oalah...siapa yang nyuruh nyuci sih. Bau nya kan masih baru. Jadi hilang lah bau baju baru nya" seru mas Tio kesal terhadap ku.
Aku nggak ngerti apa yang mas Tio kesalkan. Karna aku merasa tindakan ku sudah benar. Siapa tau teman nya yang membeli kaos tersebut juga mau pake.
Pagi nya seperti biasa, aku masak ala kadar nya, karna kalo menunggu kang sayur akan kesiangan.
Aku tak sengaja mendengar percakapan mas Tio dengan rombongan kerja nya.
"Lah wong baju baru. Baru di pake kok di cuci...ooo dasar wedus iki" ucap mas Tio.
Aku yang keturunan orang jawa pun mengerti bahasa nya, langsung meneteskan air mata. Selama menjadi seorang putri aku belum pernah di samakan dengan binatang. Tapi begitu menjadi istri dengan mudah mas Tio menyamakan aku dengan binatang.
Aku mengusap air mataku. Selesai memasak aku pergi ke sungai untuk mencuci.
Aku menggerutu seorang diri di sana, tak ada tempat aku curhat selain diriku sendiri.
Hingga satu bulan berlalu. Mas Tio pun memutuskan untuk pindah kerja. Namun mas Tio tetap membawa ku.
Ganti bos, ganti juga rombongan. Aku pun tetap menjadi pemasak. Pemilik mesin tambang kali ini adalah saudara ipar kakak nya mas Tio.
Saat semua rombongan semua libur kerja. Mas Tio mengantar ku untuk mencari taksi. Aku berniat untuk istirahat di rumah bapak saja.
Karna tak punya kendaraan mas Tio mengajak ku beralan sejauh 2 km. Aku merasa lelah dan haus.
"Mas..nanti aku beli kan minuman ya aku haus"
"Minuman apa!!" mas Tio menjawab dengan nada membentak. Walau dia pikir itu bercanda namun tidak dengan ku, usia yang baru 17 tahun sangat perasa tersinggung buatku. Berbeda denganas Tio yang berusia 26 tahun. Tapi menurut ku mas Tio pun masih kekanak-kanakan.
Sampai di tempat taksi biasa mencari penumpang. Mas Tio berniat membelikan aku minum. Namun aku malah menjawab. "Habis ini aku nggak mau ikut ke lokasi tambang lagi" ucap ku.
Mas Tio terdiam entah apa yang ia pikirkan aku tak perduli.
Saat akan naik taksi, aku diam, rasa tak tega meninggalkan nya tanpaku, membuatku sedih.
Taksi yang aku tumpangi pun berjalan perlahan da aneh nya tak ada penumpang selain aku.
Sepanjang jalan aku menangis. Supir di sebelah ku melirik dan menawarkan sebotol minuman bersoda. Aku pun menerima nya, karna memang aku juga sedang haus.
"Mba...mba itu sebenar nya cantik loh, coba aja mba nggak ikut ke hutang kulit mba itu sebenar nya bersih kok" ucap supir itu tiba-tiba.
Aku masih terdiam tak tau harus menjawab apa. Aku juga merasa muak dengan orang di sebelahku itu.
"Mba..dari pada sedih mending ikut aku ke kota S .nanti aku antar pulang lagi deh" kata nya masih mencoba merayu.
Namun sebod*h- bod*h nya aku tetap tau apa tujuan nya.
Aku tetap tak menghiraukan omongan nya. Sampai pada saat rumah bapak sudah dekat. Aku minta di turun kan di kejauhan aku nggak mau orang lain melihatku bersama pria mesum itu.
"Mba nggak perlu bayar, asalkan ijin kan aku mencium pipi mba sekali saja" ucap nya.
Dengan rasa jijik aku pun memberikan pipi ku. Dan lalu ia mencium ku dengan cepat. Setelah itu aku segera turun. dan berharap tak bertemu lagi dengan pria mesum seperti nya.