NovelToon NovelToon
Kekasih Cadangan

Kekasih Cadangan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: ScorpioGirls

Aleena seorang gadis muda yang ceria dan penuh warna. Dia memiliki kepribadian yang positif dan selalu mencoba melihat sisi baik dari setiap situasi. Namun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya meninggal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sandaran dan sumber kekuatan, menikah lagi dengan wanita lain, membuat Aleena merasa kehilangan, kesepian, dan tidak dihargai.

Pertemuan dengan Axel membawa perubahan besar dalam hidup Aleena. Axel adalah seorang pria yang tampaknya bisa mengerti dan memahami Aleena, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Namun, di balik hubungan yang semakin dekat, Aleena menemukan kenyataan pahit bahwa Axel sudah menikah. Ini membuat Aleena harus menghadapi konflik batin dan memilih antara mengikuti hatinya atau menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan.

Yuk simak kisah mereka....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScorpioGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gila Karenamu

Aleena menarik Axel ke dalam toilet pria untuk bersembunyi karena tak ingin Revan melihat mereka bersama. Apalagi, Aleena merasa ada hubungan antara Axel dan Revan.

Setelah merasa aman, Axel menarik tangan Aleena keluar dari toilet yang sedang sepi. Aleena langsung menghempaskan tangannya dengan mata berkaca-kaca. "Lepaskan! Jangan pernah mencariku lagi! Anggap saja kita tidak pernah bertemu." tegas Aleena. Setelah itu, dia meninggalkan Axel sendirian.

      ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Saat tiba di kafe, Aleena langsung disambut oleh Chika. 'Al, akhirnya kamu datang juga. Dari mana saja sih, kamu hampir saja telat. Bagaimana kalau bos Revan memecat kita? Mencari kerja itu susah loh, Al.'"

"Kalau kamu bicara terus, kapan kita kerjanya?" sela Aleena, membuat Chika jadi kikuk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Let's go!" seru Chika penuh semangat.

Mereka pun bekerja dengan giat dan cekatan. Revan yang berada di ruangannya di lantai dua memperhatikan Aleena dari atas. Sedangkan Aleena yang sedang membersihkan meja merasa ada yang memperhatikan. Dia pun melihat ke arah atas dan dia bisa melihat Revan disana. Aleena tersenyum tipis saat Revan memperhatikannya dari atas, dan Revan membalasnya dengan senyum yang lebih lebar.

Saat Aleena kembali ke dapur, Chika mengoloknya. "Ternyata, kamu sudah berpaling dari om tampanmu itu," goda Chika.

"Apa sih, Chik?"

"Kamu tidak bisa menyembunyikan sesuatu dariku, sayang. Revan sepertinya menyukaimu dan kamu meresponnya. Terus om tampan mau dikemanakan?" teriak Chika, membuat Aleena menutup mulutnya dengan tangan.

"Diam, nggak!"

"Setelah istirahat nanti, aku akan cerita sama kamu," Aleena memberitahu, lalu meninggalkan Chika. Dan melanjutkan pekerjaannya.

Setelah pulang kerja, Aleena memutuskan untuk tidak pulang ke apartemen. Dengan bantuan Chika, dia mencari rumah kontrakan sederhana. Kini, mereka berada di rumah kontrakan yang masih kosong dan belum dilengkapi apa pun.

"Gimana ini, bagaimana caranya kita tidur kalau tidak ada kasur?" keluh Chika, yang tidak bisa tidur tanpa kasur. Mereka duduk di lantai di ruang tamu, dengan Aleena yang selonjoran.

"Aduh, Chik, jangan bikin aku tambah pusing, ya," tutur Aleena memijat kakinya yang terasa pegal, sambil menatap Chika dengan mata lelah dan Chika terkekeh, sambil menggelengkan kepala dan tersenyum melihat Aleena yang kesal.

"Bagaimana kalau kita minta bantuan Om Tampanmu saja?" saran Chika, mendapatkan tumpukan di jidatnya.

"Dasar otak udang. Aku kesini untuk menghindari dia. Buat apa minta bantuan sama dia?" Aleena mengeluh, sambil menggelengkan kepala. "Aduh, otakmu kecil sekali sih. Untung temanku hanya satu. Kalau tidak, bisa-bisa mati muda aku," celoteh Aleena, membuat Chika terkekeh.

"Kalau gitu, minta bantuan sama Bos Revan aja," usul Chika.

"Chik, aku tidak mau merepotkannya," jawab Aleena.

"Al, kalau dia sayang sama kamu, dia pasti akan senang. Bukannya merasa direpotkan," Chika mencoba meyakinkan.

"Chi...Ka... andai semua angan-anganmu kenyataan. Aku tidak akan seperti ini. Hidup berantakan seorang diri," Aleena berkata dengan nada sedih.

"Oke, demi kamu. Malam ini aku tidur di lantai bersamamu. Aku kan sayang sama kamu, Aleena," putus Chika, mencoba menghibur Aleena.

Malam itu, mereka tidur bersama di ruang tamu tanpa alas apa pun, dengan hanya beralaskan lantai yang keras. Keduanya, yang biasanya tidur di atas kasur empuk, kesulitan untuk tidur nyenyak. Situasi ini semakin diperparah dengan banyaknya nyamuk yang berterbangan di sekitar mereka, membuat mereka terus-menerus terganggu sepanjang malam.

Pagi hari, mereka membeli sarapan sebelum berbelanja perlengkapan rumah. Setelah beberapa jam berbelanja, barang-barang baru saja tiba dan sudah ditempatkan di tempat masing-masing.

"Aduh, kita ini kayak emak-emak rempong aja, capek banget," keluh Chika, mengusap keringat di dahi sambil meminum air mineral hingga setengah gelas.

"Kamu cocok jadi emak rempong," timpal Aleena, tertawa mengejek.

"Bukannya kamu? Nyonya Axel," balas Chika, membuat Aleena memutar bola matanya.

"Itu cuma mimpi buruk yang udah lewat," kata Aleena, lalu meninggalkan Chika sendirian di dapur. Sedangkan Chika hanya geleng-geleng kepala.

_

_

_

Siang hari mereka berangkat kekampus bersama dengan mengendarai motor masing-masing. Saat tiba parkiran kampus mereka berpapasan dengan Revan yang baru tiba.

"Al, pangeran cadanganmu, tuh!" ujar Chika, menatap ke arah Revan, berhasil mendapat pelototan mata dari Aleena.

"Chik, mulutmu dikondisikan, ya!" tegur Aleena, memukul kecil mulut Chika. Chika terkekeh.

"Sorry, mulutku suka jujur," kata Chika dengan nada lucu.

Sementara itu, Aleena dan Revan saling menyapa dengan tersenyum hangat. Tatapan mata mereka bertemu sejenak. Revan mengangguk lembut, senyumnya sedikit melebar saat melihat Aleena. Ada kehangatan dalam interaksi mereka, yang membuat Chika semakin yakin bahwa ada sesuatu yang spesial antara Aleena dan Revan.

"Hmm.... Ciee.... Yang ngerasa dunia hanya milik berdua," ledek Chika setelah Revan melangkah menjauh.

Aleena memutar bola matanya, wajahnya sedikit merona. "Dasar, Chik. Kamu memang tidak bisa diam, ya?" katanya, berusaha menyembunyikan senyum.

Chika terkekeh, terus menggoda Aleena dengan tatapan genit. "Aku hanya bicara yang sebenarnya, Al. Kalian berdua memang cocok jadi pasangan selebriti kampus."

Mereka pun berjalan meninggalkan parkiran kampus sambil mengobrol. Chika memang selalu mendukung Aleena, tak peduli pilihannya jatuh pada Revan atau Axel. Yang terpenting bagi Chika adalah kebahagiaan Aleena. Jika Aleena bahagia bersama Axel, Chika akan mendukung penuh, bahkan jika itu berarti mendukung hubungan yang tidak biasa. Asalkan Axel mau membahagiakan Aleena, Chika akan ada di belakangnya.

Setelah jam mata kuliah pertama selesai, Aleena memilih duduk di taman belakang kampus yang sunyi. Hanya beberapa mahasiswa yang berkunjung, sementara yang lain lebih suka nongkrong di halaman depan. Aleena duduk di kursi kayu di bawah pohon yang rimbun, menikmati suasana tenang.

Tiba-tiba, Revan muncul dan duduk di sampingnya. "Kamu suka kesendirian?" tanyanya lembut.

Aleena menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum kecil tanpa mengalihkan pandangannya. "Aku tidak sendiri," jawabnya pelan.

Revan menatapnya dengan intens. "Benarkah?"

Aleena menoleh sekilas, senyumnya masih terukir di wajah. "Kan ada kamu," katanya dengan mata berkilau.

Revan tersenyum lembut, mengusap rambut Aleena dengan gerakan lembut. "Kita kan mau hidup bahagia bersama," bisiknya pelan.

Aleena terkekeh mengingat obrolan mereka kemarin. "Kamu masih ingat, ternyata," katanya dengan senyum manis.

'Andai kamu tahu, aku tidak pernah main-main dengan ucapanku.' batin Revan.

"Karena setiap yang kau ucapkan akan tertanam dalam memoriku," jawabnya lembut, suaranya penuh perasaan.

"Memori ingatanmu cukup kuat juga," kata Aleena dengan nada bercanda.

Revan tersenyum, "Memang harus kuat, karena memoriku penuh dengan kenangan tentang kamu," jawabnya dengan mata yang tak lepas dari Aleena, membuat Aleena tersipu malu.

"Kita kan belum lama kenal, belum mengukir kenangan yang banyak,"

"Belum lama kenal bukan berarti tidak ada kenangan, kan?" balas Revan dengan senyum lembut. "Setiap detik bersama kamu sudah menjadi kenangan yang berharga bagi aku."

Aleena menatap Revan dengan senyum manis. "Aku salah menilai kamu selama ini, aku kira kamu dingin dan sombong. Ternyata..."

Revan menaikkan alisnya, penasaran. "Ternyata apa?"

Aleena menatapnya dengan mata berkilau. "Cukup gila juga."

Revan tersenyum, mendekatkan wajahnya. "Hanya kamu yang bisa membuatku gila."

"Hmm,"

Tiba-tiba, deheman Chika terdengar, membuat Aleena dan Revan kikuk karena merasa ketahuan. Chika duduk di samping Aleena dengan senyum nakal.

"Kenapa diam?" seru Chika, tapi tidak ada respons dari mereka berdua selain senyum canggung.

"Daripada kalian gila beneran, mending makan dulu deh," kata Chika sambil menyerahkan burger kepada mereka berdua. Sebenarnya, Chika sudah kembali sebelumnya, tapi melihat Revan, dia memberi mereka ruang untuk mengobrol sebelum kembali ke kantin untuk membeli makanan tambahan.

Aleena dan Revan menerima burger itu dan mulai makan dalam keheningan, membuat Chika merasa gemas. 'Saat ditinggal berdua, seperti orang gila. Tapi saat bertiga, bagaikan kutub Utara. Membuatku ingin menggigil saja,' batin Chika sambil memakan burgernya dengan gerakan yang agak brutal, menunjukkan rasa frustrasinya.

"Kalau gitu, aku pergi dulu, biar kalian berdua bisa menikmati kebisuan lagi," kata Chika dengan senyum nakal, berpura-pura ingin meninggalkan mereka berdua.

Aleena dan Revan langsung bereaksi, Aleena menggandeng lengan Chika. "Jangan pergi, Chik. Kita makan bareng aja," ajak Aleena dengan mata berkilau.

Revan juga mengangguk setuju, meskipun tampak sedikit malu. "Hmm," deheman Revan sambil mengangguk mengiyakan Aleena.

Chika tersenyum puas, merasa berhasil memecahkan keheningan yang canggung. "Ya udah, kalian jangan bisu lagi, aku benci keheningan," kata Chika sambil menggigit burgernya.

Aleena tersenyum nakal, "Namanya juga ratu rusuh, mana bisa berada di situasi hening."

"Itu kamu tahu." Chika membenarkan lalu melanjutkan, "Eh, minggu depan surat tugas magang kita sudah keluar. Kita akan magang di mana ya?"

"Kalau kalian butuh tempat magang, aku bisa bantu kalian." tawar Revan.

"Oke, nanti kita kabarin." jawab Chika antusias mendahului Aleena yang tampak malu-malu. Revan pun mengangguk mengiyakan.

1
iqbal nasution
oke
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜: Terima kasih, Kak, sudah mampir.🤩
total 1 replies
Merica Bubuk
Hadir thor...
Gaskeun 🔥🔥
🎧✏📖: semangat
§𝆺𝅥⃝©_𝐕ɪᴏʟᴇᴛ27💜: Makasih, Kak...
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!