NovelToon NovelToon
Mahar Untuk Nyawa Ibu

Mahar Untuk Nyawa Ibu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Asmabila

Raina tak pernah membayangkan bahwa mahar pernikahannya adalah uang operasi untuk menyelamatkan ibunya.

Begitupun dengan Aditya pun tak pernah bermimpi akan menikahi anak pembantu demi memenuhi keinginan nenek kesayangannya yang sudah tua dan mulai sakit-sakitan.

Dua orang asing di di paksa terikat janji suci karena keadaan.


Tapi mungkinkah cinta tumbuh dari luka, bukan dari rasa????

Tak ada cinta.Tak ada restu. Hanya diam dan luka yang menyatukan. Hingga mereka sadar, kadang yang tak kita pilih adalah takdir terbaik yang di siapkan semesta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Draft

Udara pagi membawa suara ombak pelan. Tirai bergoyang diterpa angin. Di atas ranjang yang setengah rapi, Raina membuka matanya perlahan, lalu memicing karena cahaya. Tubuhnya masih setengah tertutup selimut, rambutnya kusut, wajahnya lembut.

Di sebelahnya, Aditya duduk di tepi ranjang, membelakangi jendela, mengenakan kaus tipis dan celana panjang. Ia sedang mengikat jam tangan, lalu menoleh saat menyadari Raina sudah bangun.

Aditya: (dengan suara rendah dan hangat)

“Pagi.”

Raina: (tersenyum setengah sadar)

“Pagi juga…”

Ia berguling sedikit, menarik selimut sampai ke dagu, lalu menatapnya sambil menguap kecil.

Raina:

“Kamu udah bangun dari kapan?”

Aditya: (menyentuh rambutnya pelan, membelai sekilas)

“Baru aja. Nggak tega gerak. Kamu tidur kayak anak kecil.”

Raina: (tertawa kecil)

“Padahal tadi malam nggak kayak anak kecil, ya?”

Aditya: (senyum mengembang, tapi tidak menjawab)

“Kalau aku jawab, kamu marah nggak?”

Raina: (menarik bantal, memukulnya pelan ke dada Aditya)

“Diam.”

Aditya tertawa pelan. Ia lalu berdiri, berjalan ke jendela, membuka lebih lebar tirainya. Cahaya masuk lebih penuh. Laut terlihat biru keperakan dari kejauhan.

Raina: (menarik selimut lebih rapat, menggeliat kecil)

“Kita harus bangun, ya?”

Aditya: (membelai rambut istrinya,sambil tersenyum sangat manis.) "tidak harus sayang, jika kamu mau mengulang yang semalam. bisiknya dengan suara menggoda.

Raina: (melipat senyum malu-malu). Sudah aku bangun, sekarang. Jangan di bahas lagi, "

Aditya tertawa kecil melihat Raina tersipu malu.

"Tapi aku masih ngantuk, ,, " Raina kembali memeluk bantal.

"Tapi perutku juga lapar,,,, " ucap Raina lagi_begitu melihat suaminya hendak masuk kamar mandi.

"Tunggu sebentar, mas mandi dulu, " Aditya segera menghilang di balik pintu.

Selesai mandi.

Aditya mulai membuka jendela kamar mereka. Embun masih menempel di kaca, dan suara burung terdengar samar dari kejauhan. Udara yang dingin menggigit membuatnya meringis sejenak—Aditya yang biasanya tegas dan tenang, pagi ini terlihat sedikit menggigil.

Namun begitu melihat Raina masih terlelap dengan selimut setengah terjatuh dari tubuhnya, ekspresinya berubah. Ia tersenyum kecil, lalu berjalan pelan ke dapur.

Dingin pagi mulai berubah hangat, sehangat hati Aditya saat ia menyalakan kompor dan mulai menumis bawang putih. Nasi goreng—menu andalan setiap akhir pekan. Bukan karena ia jago masak, tapi karena Raina tadi bilang, "lapar, "

Di bawah pelayan sudah siap menghidangkan berbagai menu,tetapi Aditya tiba-tiba saja ingin membuatnya.

Tak lama kemudian, aroma harum nasi goreng membangunkan Raina. Ia berjalan ke dapur sambil mengusap matanya, dan tersenyum melihat punggung Aditya yang sibuk mengaduk wajan.

"Selamat pagi, Chef Aditya," ucapnya sambil memeluk dari belakang.

"Selamat pagi,," jawab Aditya, masih mengaduk nasi goreng yang mulai kecokelatan sempurna.

"Mas, bisa masak?" tanya Raina.

"Sedikit dan ini sudah sangat lama tidak ku lakukan, " Aditya mengambil piring,menuang nasi goreng dan menyajikannya di atas meja.

"Kenapa? " Raina masih penasaran.

"Tidak sempat dan terlalu sibuk, sekarang cepat, makan.Ntar keburu dingin."

Dan Raina mulai menyantapnya.

Setelah sarapan,Raina duduk bersandar di sofa, mengenakan kaos longgar, jemarinya membolak-balik halaman buku yang belum selesai dibacanya. Di dekatnya, Aditya baru saja menaruh cangkir kopi dan menyandarkan tubuhnya, meraih remote untuk menyalakan siaran televisi.

"Tenang ya hari ini," kata Raina pelan, menatap ke arah jendela besar yang menghadap taman belakang.

Aditya mengangguk, tersenyum tipis. "sesekali memang butuh hari-hari kayak gini."

Namun sayangnya ketenangan itu tak berlangsung lama.Nada dering ponsel memecah keheningan. Aditya melirik layar ponselnya, dan dalam sekejap, ekspresinya berubah. Raina memperhatikan dengan kening sedikit berkerut.

“Siapa?” tanyanya, mencoba terdengar biasa saja.

Aditya tidak langsung menjawab. Ia berdiri perlahan, lalu mengambil jas yang tergantung di kursi makan.

“Maaf, aku harus pergi sebentar. Nggak lama, kok.”

“Sekarang?” tanya Raina, suaranya pelan tapi sarat dengan kekecewaan.

Aditya menatap Raina sejenak, seolah ingin menjelaskan, tapi yang keluar hanyalah, “mas janji hanya sebentar, "

Tanpa menunggu tanggapan, Aditya melangkah cepat ke luar rumah, membiarkan pintu tertutup dengan bunyi klik yang halus, tapi bagi Raina, bunyinya seperti retakan.

Ia memandangi pintu itu lama, sebelum akhirnya membuang napas panjang. Di dalam rumah yang besar dan indah itu, ia kembali merasa sendirian.

Sementara itu di tempat lain

Hujan turun deras saat Aditya berhenti di depan apartemen Laras,Jas yang di pakainya basis kuyup,rambutnya meneteskan air, dan pikirannya lebih kacau dari langit di atasnya. Ia sempat ragu untuk naik, tapi panggilan singkat dari Laras

—“Tolong, datanglah. Aku nggak sanggup sendirian malam ini”—membuatnya tak bisa menolak. Simpati, rasa bersalah, dan sisa kenangan mengikat langkahnya.

Begitu pintu terbuka, Aditya disambut aroma obat-obatan yang samar dan udara lembap yang pengap. Larasati berdiri di ambang pintu, mengenakan sweater tipis dan celana tidur. Wajahnya pucat, tubuhnya lebih kurus dari yang ia ingat. Matanya sembab, dan suara napasnya terdengar pendek, seperti habis menangis.

Tanpa berkata apa-apa, ia mundur memberi jalan. Aditya masuk, menatap sekeliling apartemen yang redup. Tirai jendela tak ditutup sempurna, memperlihatkan hujan yang menghantam kaca luar dengan keras. Di sudut ruangan, selimut tergulung di sofa, dengan bekas makanan yang belum disentuh.

Larasati mendekat perlahan. Matanya penuh luka yang belum kering.

“Jangan pergi lagi…” suaranya pelan, bergetar. “…aku butuh kamu.”

Sebelum Aditya bisa memberi respons, Laras meraih lengannya dan memeluknya. Tubuhnya gemetar saat bersandar di dada Aditya, seakan mencari perlindungan dari dunia yang terlalu bising.

Aditya terdiam. Tangannya terangkat setengah—ragu apakah harus membalas pelukan itu atau melepaskannya. Ia bisa merasakan betapa rapuh perempuan di depannya, tapi di sisi lain, hatinya seperti berteriak: Ini bukan tempatmu lagi.

“ras,…” bisiknya, mencoba memberi jarak.

Namun Laras hanya mempererat pelukan itu, menenggelamkan wajahnya di leher Aditya.

“setelah kamu, tidak adalagi siapa pun, hidupku datar, dan hancur tatkala mendengar kamu sudah menikah…”

Hujan terus turun di luar, menciptakan irama menenangkan yang kontras dengan badai yang terjadi di dalam ruangan kecil itu.

Aditya akhirnya menghela napas panjang. Ia tidak membalas pelukan itu, tapi ia juga belum mendorongnya. Hatinya terkunci antara simpati dan batas moral. Di benaknya, wajah Raina muncul—senyap, sabar, dan selalu menunggu.

Dan ia mulai sadar, jika ia tinggal terlalu lama malam ini... ia mungkin tidak akan bisa kembali dengan cara yang utuh.

Aditya akhirnya tegas melepas pelukan itu.

Aditya

(pelan, tegas)

"Cukup, Ras. Di masa depan... kita bukan lagi 'kita' yang dulu."

Larasati menatapnya, terluka, tapi juga keras kepala.

Larasati

(patah, emosional)

"Kalau begitu, kenapa kamu masih peduli?

Kenapa kamu datang ke rumah sakit?

Kenapa kamu rawat aku semalaman?

Itu semua bukan hal kecil, Ditya....."

Aditya hanya menatapnya. Matanya dingin, tapi masih ada bekas luka.

Larasati

(berusaha menahan tangis)

"Itu cukup jadi bukti kan, kalau hatimu belum sepenuhnya pergi?

Kalau istrimu cuma... pelarian sesaat."

(Laras maju selangkah, menatap Aditya dalam-dalam.)

Larasati

"Aku sudah kembali, Ditya. Kita bisa benahi semuanya.Hanya ada aku dan kamu.

Jangan biarkan istrimu terus hidup dalam kebohongan."

Aditya tersenyum kecil. Senyum miring. Pahit.

Aditya

"Aku datang karena aku manusia, ras.

Aku punya hati. Aku punya simpati.Sebatas peduli tidak ada lebih.!

Laras terdiam, terkejut oleh ketegasan itu. Tapi ia mencoba sekali lagi.

Larasati

(lembut, tapi penuh luka)

"Jangan bohong, Ditya. Percayalah Kita masih bisa mulai lagi.Kita bisa jadi lebih baik dari yang dulu."

Aditya menghela napas. Ia melangkah pelan ke jendela, lalu berbalik menatap Laras dengan sorot mata tenang, tapi tajam.

Aditya

"Kamu pikir aku menipu dia? Istriku?"

"Bukan dia yang kubohongi, ras. Tapi diriku sendiri.Karena aku belum cukup berani menutup yang lama."

(Aditya melangkah perlahan, berdiri di hadapan Larasati.)

Aditya

"Malam ini, kamu sendiri yang bantu aku sadar.

Aku datang bukan karena cinta...

tapi karena kasihan. Dan kasihan nggak pernah cukup jadi alasan untuk tetap tinggal."

Laras mulai menangis, tapi tak bersuara. Ia menunduk, menahan napas yang berat.

Larasati

(lirih)

"Kamu... mencintai dia?"

Aditya diam namun wajahnya tenang, tidak ragu.

Aditya

Ada rasa nyaman dengan cara yang kamu nggak pernah bisa ajarkan.Tenang. Jujur. Nggak saling menyelamatkan, tapi saling cukup."

(Aditya menatapnya untuk terakhir kali.)

Aditya

"Di kemudian Hari, kamu harus bisa menjaga diri kamu sendiri. Cepat sembuh!!

Aditya kemudian melangkah ke pintu, membukanya perlahan, dan pergi. Hujan menyambutnya di luar. Pintu tertutup dengan tenang—tapi jelas. Tak ada yang menggantung.

1
☠⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄHIAT🙏
suamimu mulai jth cnt raina
Asma Salsabila: Terimakasih sudah mau mampir di karya receh saya, jangan lupa tinggalkan Like, comen& vote yah 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!