NovelToon NovelToon
Kesalahan Semalam

Kesalahan Semalam

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Julia And'Marian

Kesalahan semalam yang terjadi pada Arfira dengan seorang pria yang tidak di kenalnya membuat hidupnya berantakan, dirinya bahkan sampai harus menjebak pria bernama Gus Fauzan, supaya dirinya terbebas dari amarah Abang dan Abi-nya. Namun, takdir tak menghendaki itu, semuanya terbongkar hingga membuat hidup Arfira benar-benar hancur. Sampai dirinya di pertemukan oleh pria yang telah menghancurkan kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 2

"Fir, jangan pergi. Tempatnya juga nggak bagus buat kamu. Aku takut bakalan terjadi sesuatu sama kamu." Birani menahan lengan Arfira saat gadis berhijab biru itu ingin pergi ke pesta salah satu teman desainernya.

"Aku pergi. Cika udah undang, aku nggak mau kalau dia anggap aku pengecut karena nggak berani datang ke acaranya."

Birani menghela nafasnya kasar. "Tapi dia itu licik, dan kamu juga tau berapa kali dia dulu ngerusak gaun milik kamu saat ada acara pensi?" Arfira bukannya tak ingat, dirinya ingat kejadian itu, dan membuat Arfira menaruh sedikit dendam kepada gadis yang bernama Cika. Dan karena hal itu juga, membuat Arfira bertekad untuk yang menjadi unggul dari Cika.

"Aku nggak mau kamu sampai kenapa-kenapa. Kamu juga tau segimana gilanya Cika itu." Kata Birani lagi.

Arfira menghela nafasnya kasar, tangannya terulur menepuk pundak temannya itu.

"Aku nggak apa-apa. Aku bisa jaga diri kok."

Birani berdecak, Arfira ini memang keras kepala sekali, sulit sekali di beritahu. Padahal tempat acara pesta yang di maksud oleh Cika itu bukan tempat yang bagus. Birani hanya khawatir terjadi sesuatu pada Arfira, terlebih gadis itu belum sama sekali pergi ke sana.

"Aku ikut temenin kamu, ya"

"Jangan. Kamal demam kan? Kasihan dia kalau kamu tinggal."

Ya, Kamal memang demam, cowok itu memang sedikit lemah, di injak tangannya saja langsung  sakit.

"Aku pergi, Bi. Kamu di sini aja jaga Kamal."

"Tapi, Fir–" perasaan Birani memang tidak enak,

"Gapapa... Aku bisa jaga diri aku sendiri. Assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

*

Pada malam yang ramai itu, club di Bali itu berdenyut dengan energi. Cahaya neon berkelap-kelip menari di dinding dan langit-langit, menciptakan suasana yang serba cepat dan euforia. Musik bass yang keras bergema, menghentak setiap sudut ruangan, membuat tubuh-tubuh yang bergerak di lantai dansa seakan-akan tidak bisa berhenti. Di bar, bartender mengocok koktail dengan lincah, gelas-gelas bertabrakan menghasilkan suara yang mengisi celah antara irama musik. Di sudut-sudut gelap, sofa empuk ditempati oleh para pengunjung yang ingin beristirahat sejenak, sambil menikmati sorotan lampu yang meredup dan remang. Udara di dalam club itu terasa hangat dan menyengat, dipenuhi dengan aroma alkohol dan parfum yang bercampur menjadi satu.

Arfira menutup mulutnya saat melihat tempat yang belum sama sekali di datangi olehnya itu. Rasanya Arfira ingin mual saja melihat penampakan di sana.

Kakinya sudah gemetar lemas, bahkan jantungnya langsung berdebar menyepat, andai bukan karena sebuah pengakuan dirinya tidak akan mau datang ke tempat ini.

Ya pengakuan, Cika dan Arfira lebih tepatnya saling bersaing, keduanya kerap kali menunjukkan keunggulan masing-masing, Arfira bahkan tak mau kalah dengan Cika.

Obses?  Jelas, Arfira ingin terlihat lebih unggul dari siapapun itu. Tidak peduli bagaimana caranya. Bahkan ummi dan Abi selalu menasehati, namun Arfira sama sekali tidak memperdulikannya.

Sampai Cika mengundang dirinya ke sebuah acara, dan acara itu di sebuah club' yang ada di kota Bali, Arfira terpaksa mengiyakannya, karena tidak mau di olok-olok tidak berani ke tempat seperti itu, hanya karena dirinya seorang anak kyai.

"Woi Fir" seru seseorang, membuat Arfira langsung menoleh ke arah sumber suara itu.

Gadis dengan dandanan menor serta makeup tebal itu menghampiri Arfira, gadis itu merangkul pundak Arfira layaknya sudah akrab.

"Kirain gue elo nggak bakalan datang. Ck, taunya datang juga. Nggak bakalan di marah sama Abi atau Abang elo?" Tanya gadis yang bernama Cika itu, nadanya bertanya namun terkesan meledek.

Arfira berdecak, lalu menyingkirkan tangan Cika. "Gue nggak bakalan di marah." Membuat Cika memutar bola matanya jengah.

"Oh ya? Pasti elo nggak minta ijin kan? Kalau minta ijin gue jamin elo nggak bakalan sampai sini."

"Udahlah, kenapa permasalahin perkara gue yang di kasih ijin apa nggak. Sekarang ayo, katanya elo ulang tahun,"

Cika tersenyum miring. "Acaranya ada di ruangan khusus." Kata Cika.

Kening Arfira berkerut samar, ingin bertanya lagi urung saat tangannya sudah di tarik terlebih dahulu oleh Cika.

"Udah santai aja, elo cuman perlu nikmati pesta yaNg udah gue buat. Apalagi elo udah effort banget, datang jauh-jauh dari Jakarta."

Cika membawa Arfira menuju ke sebuah ruangan yang memang sudah di sewa oleh Cika.

Sepanjang perjalanan menuju ruangan yang di maksud oleh Cika, Arfira menahan nafas, berbagai macam hal dirinya lihat, sampai Arfira harus memejamkan matanya.

Cika tersenyum melihat itu, dan sampai di sebuah ruangan yang di maksud ol

Eh Cika, Cika langsung mengajak Arfira masuk dan di sana telah ramai orang-orang.

Arfira masuk dengan canggung, beberapa teman Cika langsung berbisik-bisik menatap Arfira,

"Cik, bawa ustadzah elo?" Celetuk salah satu temannya sambil menatap Arfira dari ujung bawah sampai atas.

Cika tertawa renyah. "Bukan urusan elo." Lalu Cika mengambil sebuah minuman yang ada di atas meja sana dan memberikannya pada Arfira.

"Minum, Fir."

"Ini nggak ada–"

"Nggak lah. Ini jus apel. Gue emang pesen satu, karena tau elo nggak mungkin mabuk." Sela Cika cepat.

Arfira mengangguk, dirinya juga haus. Tanpa pikir panjang Arfira menenggak minuman itu, hingga tandas.

Dan Cika tersenyum miring melihat itu...

*

"Ahh" tubuh Arfira tiba-tiba terasa panas, dirinya bahkan bergerak gelisah.

"Elo kenapa Fir?" Cika datang menghampiri.

Arfira menoleh, wajahnya bahkan sudah memerah. "Gue nggak tau. Tapi kayaknya gue mau pulang aja."

"Oh yaudah, tapi hafalkan jalannya?"

"Hafal."

Tanpa mengatakan apapun lagi Arfira berjalan sempoyongan keluar dari ruangan itu. Di perjalanan, beberapa pria menggodanya, sampai ada seorang pria berperut buncit menghadang jalannya.

"Hei, ukhti, malam sama saya yuk."

Bahkan dengan kurang ajar tangan pria itu menyentuh tangan Arfira. Namun Arfira mencoba menepisnya, tapi entah mengapa respon tubuhnya malah aneh.

"Jangan sentuh saya, a-h."

Pria itu tersenyum miring. "Udah men-de-sah aja, ayo dong"

"Lepas!"

"Tolong"

Pria berperut buncit itu tertawa, "tidak akan ada yang menolong kamu, kamu milik saya malam ini"

Arfira menggelengkan kepalanya, meronta-ronta, dirinya mencoba menyadarkan dirinya, namun tenaga pria itu kalah, dan di sana tidak ada yang mau menolongnya.

Sampai sebuah keajaiban datang, dengan tiba-tiba pria berperut buncit itu jatuh tersungkur ke lantai sana akibat bogeman mentah seseorang.

Arfira dengan nafas yang terengah-engah berlari ke arah seorang pria yang habis memukul pria itu.

Pria berperut buncit itu tampak takut, dan langsung pergi.

Sedangkan pria tampan yang telah menolongnya itu mengerutkan keningnya saat sebuah tangan kecil melingkar di tubuh tegapnya.

"Lepas! Kamu–"

"Tolong saya, tuan... Jika tuan menolong saya, saya akan memberikan tuan uang..."

1
Julia and'Marian
hallo semuanya, ini kisah Arfira yang menjebak Gus Fauzan ya. Nanti aku bakalan buat cerita abangnya juga... selamat membaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!