Hal yang paling di nantikan bagi wanita lajang yaitu melanjutkan hubungan dengan pria yang ia cintai ke jenjang pernikahan. Louisa dan Morgan, dua insan yang saling mencintai.
Setelah sekian lama berhubungan mereka akhirnya memutuskan untuk menikah. Namun satu hari sebelum pernikahan, Louisa melakukan sebuah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Ia tanpa sengaja melakukan one night stand dengan pria yang tidak ia kenal. Merasa dirinya tidak pantas untuk Morgan, ia memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka.
Bagaimana reaksi Morgan ketika Louisa membatalkan pernikahan? Sementara segala persiapan pernikahan sudah siap.
Bagaimana reaksi Morgan saat ia tahu Louisa menghabiskan malam bersama musuh bebuyutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda FK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Kau Ingat Sentuhanku?
Roy mempersilahkan Louisa untuk masuk ke dalam apartemen. Ia mengajak Louisa untuk duduk di sofa, sebelumnya ia memberikan mangkuk besar berisi soup kepada Roy. Roy merasa nyaman ketika ia menghirup aroma tubuh Louisa.
Rasa pusing dan mual yang ia rasakan mendadak hilang, Louisa masih belum mengetahui apabila Roy lah pria yang bersamanya malam itu.
"Kita pernah bertemu Nona?" tanya Roy yang tidak pandai berbasa-basi.
"Iya, Tuan saya wanita ceroboh tempo hari yang kesalahannya tidak kau maafkan," ketus Louisa kembali mengingat kejadian dimana Roy tidak mau memaafkan kesalahannya tempo hari.
Roy pikir Louisa akan mengingat hari di mana mereka menghabiskan malam bersama. Namun ternyata wanita itu tidak mengingat kejadian malam itu.
Tak lama kemudian Wilona menghampiri mereka setelah selesai mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.
"Kau sudah datang?" tanya Wilona lalu Louisa menjawab dengan anggukan kepala.
Wilona tersenyum ketika melihat soup yang dibawa oleh Louisa. Louisa benar-benar sangat perhatian, Wilona berjalan menuju lemari pendingin mencari minuman untuk mereka. Namun ternyata di dalam lemari es tidak ada apapun. Ia lupa apabila ia belum berbelanja.
"Astaga, aku lupa kalau aku tidak memiliki apa-apa," ucap Wilona.
Ia bergegas memakai jaket, dan membawa tas kecilnya. Ia lalu menghampiri Louisa dan Roy yang sejak tadi saling menatap tanpa berbicara.
"Aku pergi keluar sebentar untuk membeli obat dan minuman untuk kita. Jangan kemana-mana ya, ku titip kakakku!" ucap Wilona lalu pergi begitu saja dari apartemennya.
Louisa menghela nafas kasar ketika ditinggalkan berdua dengan pria dingin ini. Ia lalu bangkit dari duduknya untuk membuat minuman hangat.
Louisa berjalan menuju dapur, ia sudah begitu akrab dengan Wilona sehingga ia tidak merasa canggung berada di dalam apartemen sahabatnya.
Tiba-tiba saja Louisa merasakan sepasang lengan kekar yang memeluknya dari belakang. Ia terkejut karena pelukan itu berasal dari Tuan Walker kakak sahabatnya. Ia semakin terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Roy, Roy mengecup leher Louisa membuat Louisa kembali mengingat kejadian malam itu.
Malam di mana ia melepaskan mahkotanya untuk pria yang tidak ia kenal dan ia ingat hingga sekarang. Louisa melepaskan pelukan Roy lalu menghadap kearahnya. Ia menatap Roy dengan tatapan menyelidik, Roy tersenyum menyeringai.
Ia memberanikan diri mencium bibir Louisa agar Louisa mengingat siapa pria yang bersamanya malam itu. Tak lupa Roy memberikan sentuhan memabukkan pada tubuh Louisa membuat Louisa kini mengingat semuanya.
Louisa mengingat sentuhan ini, ia mengingat bibir yang menciumnya penuh gairah malam itu. Ia melepaskan ciuman Roy dengan mendorong tubuh Roy sedikit menjauh darinya.
"Apa kini kau mengingat sentuhanku?" tanya Roy.
Louisa membelalakkan kedua matanya ketika ia mengingat wajah Roy yang saat itu berada di atas tubuhnya. Louisa menutup mulutnya dengan kedua tangannya seolah ia tidak percaya dengan semua ini. Takdir benar-benar mempermainkannya, ia memberikan mahkotanya kepada pria yang ia benci.
"Tidak mungkin?" Louisa menggelengkan kepalanya.
"Apa yang tidak mungkin? Kau masih mau menyangkal Nona? Aku mencarimu kesana kemari, namun begitu sulit menemukan dirimu. Aku memang pria jahat, namun aku bukan pria bejat yang pergi begitu saja setelah melakukan kesalahan," jelas Roy panjang lebar.
"Maksudmu?" tanya Louisa tidak mengerti maksud ucapan Roy.
"Aku ingin bertanggungjawab dengan menikahi mu," jawab Roy tanpa basa-basi.
"Lalu? Kau pikir aku mau menikah denganmu?" tanya Louisa dengan ketus.
"Malam itu kita melakukannya berkali-kali hingga dini hari, entah berapa banyak bibir premiumku yang tertanam dalam rahimmu saat itu. Atau mungkin kini dia sedang on the way menjadi janin," bisik Roy membuat Louisa meremang.
Ia merasakan hembusan nafas Roy di telinganya membuatnya kembali mengingat betapa bergairahnya mereka malam itu. Oh astaga, Louisa merasa frustasi harus melakukan apa.
Roy kembali duduk dengan wajah dinginnya sambil kembali fokus pada layar ponselnya setelah mendengar suara Wilona yang hendak masuk. Sementara wajah Louisa saat ini memerah karena mengingat adegan panasnya dengan Roy.
"Sejak tadi kalian hanya diam saja tidak mengobrol?" tanya Wilona. Namun ia memicingkan matanya ketika melihat wajah Wilona yang merah seperti tomat rebus.
"Hey, wajahmu kenapa? Apa kakakku bersikap galak kepadamu?" tanya Wilona langsung menatap tajam kepada sang kakak.
"Kenapa kau selalu berpikiran jelek tentang kakakmu?" protes Roy dengan tatapan tak lepas dari ponselnya.
"Kakak kan memang begitu, semua temanku selalu pergi begitu bertemu dengan kakak," timpal Wilona sambil memasukkan belanjaannya ke dalam lemari pendingin.
Louisa kembali duduk setelah ia selesai membuat kopi untuknya. Setelah merapikan barang belanjaannya Wilona memberikan obat untuk kakaknya.
"Aku tadi bertanya kepada penjaga apotik tentang penyakit yang dialami kakak. Kau percaya apa yang dikatakan oleh penjaga apotik itu kak?" tanya Wilona membuat Roy penasaran.
"Apa?" tanya Roy singkat.
"Dia mengatakan gejala yang kau alami seperti gejala seorang suami yang sedang mengalami sindrom kehamilan simpatik, dimana pria yang mengalami mual dan ngidam wanita hamil," cerocos Wilona.
Deg!
Tiba-tiba Louisa tersedak karena mendengar ucapan Wilona. Ia dan Roy pun saling menatap, apakah benar kini ia sedang mengandung anak dari pria yang saat ini berada di depannya.
Sumpah demi apa ini semua semakin rumit, apabila benar ia hamil itu artinya ia harus menerima tawaran Roy untuk menikah dengannya. Ketika Louisa hendak kembali meminum kopinya, Roy dengan cepat merebut gelas kopi tersebut.
"Kau tidak boleh meminum kopi," larang Roy dengan sorot mata yang tajam.
"Hey, itu kopi favoritku Tuan," protes Louisa kesal.
"Iya, Kakak mengapa melarang Louisa meminum kopi? Ia sangat menyukai kopi, ia selalu pusing apabila belum minum kopi," bela Wilona merasa aneh dengan sikap sang Kakak.
"Kopi tidak baik untuk kesehatan, lebih baik kau minum jus saja," saran Roy.
Keduanya saat ini saling menatap dengan tatapan tajam, Wilona tidak menyadari suasana mencekam antara keduanya. Ia memilih mengambjl cemilan untuk mereka berdua di dapur.
"Sudah ku katakan apabila saat ini di dalam perutmu sudah ada pewaris keluarga Walker," bisik Roy membuat Louisa bergidik ngeri.
Belum pernah ia membayangkan hal itu, ia dengan cepat pamit kepada Wilona. Ia tidak mau berada di dekat Roy terlalu lama.
"Kenapa dia pulang?" tanya Wilona merasa aneh dengan sikap Louisa.
"Biar Kakak antar dia," ucap Roy membuat Wilona semakin aneh dengan sikap mereka.
Pertama kalinya Roy ingin mengantarkan orang lain dan lagi pula untuk apa ia mengantarkan Louisa sementara apartemen Louisa hanya berbeda satu lantai darinya.
Roy mengejar Louisa yang baru saja sampai di depan lift. Louisa menatap pria yang ingin ia hindari malah terus mengikutinya.
"Kau mau kemana?" tanya Louisa dengan sinis.
"Memastikan kau tidak melakukan hal bodoh untuk mencelakai pewarisku," jawab Roy dengan santai.
"Kau ini selalu berburuk sangka kepada setiap orang, lagipula masih perkiraan belum terbukti apabila aku hamil atau tidak," sewot Louisa kesal karena sejak tadi Roy terus mengikutinya.
"Kalau benar, bagaimana?" tanya Roy.
"Kalau benar, tentu saja aku tidak akan menolak. Aku tidak mungkin tega mencelakai darah daging ku sendiri meskipun ia hadir tanpa sengaja," pungkas Louisa.
"Kalau begitu mari kita periksa ke dokter untuk memastikan semuanya," ajak Roy menarik Louisa kembali masuk ke dalam lift.
Ia menekan tombol menuju basement, tak lama kemudian mereka telah sampai di tempat parkir. Roy membawa Louisa masuk ke dalam mobilnya.
"Aku bisa periksa sendiri, tidak perlu pergi bersamamu," ketus Louisa.
"Jangan keras kepala, atau kau ingin aku cium lagi," ancam Roy entah ajaran dari siapa ia menjadi semesum ini.
Louisa auto menutup mulutnya rapat-rapat ketika mendengar ancaman Roy. Roy melajukan kendaraannya menuju rumah sakit. Setengah jam dalam perjalanan kini mereka telah sampai di rumah sakit.
Kai sempat melihatnya ia hendak menyapa Roy namun Roy dengan cepat membawa Louisa masuk ke dalam ruangan dokter kandungan. Sebelumnya ia sudah menghubungi dokter kandungan terlebih dahulu sehingga ia tidak perlu mengantri begitu sampai di rumah sakit.
"Dokter kandungan? Lalu siapa wanita yang masuk bersamanya? Apa Roy menghamili wanita itu? Atau ia sudah menikah?" Kai bermonolog dalam hatinya.
Sesampainya di dalam dokter mulai memeriksa Louisa, mereka merasa bingung ketika melihat sesuatu di dalam layar yang di tunjukkan oleh dokter.
"Itu bayi kalian, usianya kini memasuki empat minggu. Di jaga kandungannya ya Bu," ucap Dokter tersenyum ramah.
"Jadi? Saya hamil Dok?" tanya Louisa seolah masih tidak percaya.
"Iya, Bu. Kalian akan menjadi orang tua, selamat ya!" ucap Dokter tersebut memberi selamat.
Sementara Roy masih terpaku sambil menatap layar yang menunjukkan adanya pewaris keluarga Walker dalam rahim Louisa. Benar dugaannya apabila Louisa saat ini tengah mengandung anaknya.
........
Jangan lupa like komen dan vote bestie 💕 Calangheyo 🤗
ngerasa kehilangan kan
wilona wilona penculikan membawa nikmat ya