Pangeran Senja

🍂🍂🍂🍂🍂

"Pangeran--," ucap Senja yang kaget bercampur senang sebab belum hilang sosok pria itu dari ingatannya kini justru tiba-tiba ada di depannya.

"Baru mau makan?" tanya Pangeran setelah ia melirik sekilas ke meja yang masih kosong.

Senja mengangguk pelan dengan senyum terukir dari ujung bibirnya yang merah muda tipis, dalam hati ia berdoa agar Pangeran mau menemaninya dan...

"Bisa kita makan bersama?"

"Hah? eh.. iya, bisa," jawab Senja yang mulai salah tingkah.

Keduanya pun kini sudah duduk saling berhadapan lalu mulai memesan makanan sesuai selera masing-masing. Sambil menunggu, Pangeran membuka obrolan tak hanya untuk menutupi debaran hatinya tapi juga ingin membuat Senja nyaman saat mereka tengah berdua saja.

"Sudah lebih baik? kok udah ke kantor?" tanya Pangeran lagi, ia bisa menebak itu karna melihat pakaian Senja.

"Aku bosan di rumah."

"Tumben, sejak kapan?" ledek Pangeran sebab ia tahu jika gadis itu jarang keluar rumah jika bukan untuk hal yang penting.

"Hem, sejak tadi, lumayan kan' bisa bertemu denganmu," kekeh Senja dan hal serupa pun di lakukan oleh Pangeran.

Andai 7 tahun lalu semua seperti ini, mungkin Pangeran adalah laki-laki paling bahagia sedunia seakhirat. Tapi apalah daya, sebab Tuhan justru seolah sedang mempermainkan perasaan dua insan tersebut.

"Apa kamu merindukanku?" pancing Pangeran.

"Seperti nya begitu, boleh kan?"

Deg..

Gadis cantik itu ternyata tak berubah sama sekali, ia selalu terbuka dengan perasaannya. Saat tak suka ia akan lantang menolak dan sebaliknya saat kini ia rindu ia katakan juga dengan penuh percaya diri.

"Aku tak punya hak melarangmu, Sen," jawab Pangeran pelan.

Makanan yang sudah tersaji sudah mulai mereka nikmati sambil tetap mengobrol tentang banyak hal, tapi tak pernah menyerempet ke hal yang sifatnya sangat pribadi. Jujur, Senja menunggu Pangeran untuk bercerita apapun tentangnya tapi Pangeran justru seolah masih ingin menyembunyikan apapun tentangnya. Karna, lagi dan lagi rasa nyaman mengalahkan segalanya..

"Akhir bulan ini aku kembali, pekerjaan ku sudah selesai disini," ujarnya yang langsung membuat Senja diam, ia tak pernah menduga Pangeran punya keputusan seperti ini.

"Maksudmu, kamu disni hanya sementara?" tanya Senja dengan suara parau, hatinya kacau dengan jantung yang berdetak tak beraturan.

"Tak juga," jawab Pangeran. Perusahaan Bramasta ada di dalam dan luar negeri dan Pangeran memang sedang memimpin yang jauh disana sebab disini sudah ada Sang Daddy, Andra.

Senja diam tak tahu harus berkata apalagi, napsu makannya tentu tak seenak tadi bahkan rasanya kini ia mual dan ingin memuntahkan semua yang sudah masuk ke dalam perutnya tersebut.

Pertemuan setelah perpisahan panjang di pikir akan berakhir bahagia dan bersama, tapi nyatanya rindu seakan sedang melambai di depan mata.

Pangeran bisa merasakan kegelisahan wanita di depannya. Namun ia tak bisa menjanjikan apapun pada Senja yang masih bertahta dalam hatinya sedari 10 tahun lalu.

"Hem, semoga kamu sukses ya, aku do'akan dari sini semua yang terbaik untukmu. Kabari aku jika sudah waktunya nanti kamu pergi agar aku siap," pinta Senja dengan tatapan sendu, sorot mata itu benar benar membuat hati Pangeran mencelos sebab baru kali ini Pangeran melihatnya.

"Doaku pun sama untukmu, bahkan akan selalu sama," jawab Pangeran.

"Kamu mendoakanku, apa?" tanya Senja.

.

.

.

Doaku cukup melihatmu baik dan bahagia serta di cintai oleh pria pilihanmu...