"Aku ingin besok pagi kau pergi dari rumah ku!"
"Bawa semua barang-barang mu aku tidak ingin melihat satu barang mu ada di rumahku!"
"Ingat Olivia...tak satu jejak mu yang ingin aku lihat di rumah ku ini. Pergilah yang jauh!"
Kata-kata kasar itu seketika menghentakkan Olivia Quinta Ramírez. Tubuhnya gemetaran mendengar perkataan suaminya sendiri yang menikahi nya lima bulan yang lalu.
"T-api...
Brakkk..
"Kau baca itu! Kita menikah hanya sementara saja, syarat untuk mendapatkan warisan orang tua ku!"
Bagai disambar petir, tubuh Olivia gemetaran menatap tak percaya laki-laki yang dicintainya itu. Seketika Pandangannya menggelap.
Bagaimana dengan Olivia? Mampukah ia mempertahankan pernikahannya?
Yuk ikuti kelanjutan Kisah Olivia "Istri Yang Terbuang".
Semoga suka. JANGAN LUPA TINGGALKAN SELALU JEJAK KALIAN DI SETIAP BAB YA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PALUNG HATI OLIVER
Malam semakin larut, langit kota Houston terlihat hitam pekat tak nampak satu bintang pun malam ini. Hanya tetesan air hujan yang membasahi kota itu.
Oliver masih berkutat dengan pekerjaan di ruang kerja kantor nya. Sejak keributan sore tadi dengan Claudia yang berakhir Oliver memutuskan hubungan mereka yang sudah terjalin selama lima tahun dengan tegas di hadapan Claudia langsung. Meskipun Claudia menolak dengan tegas keputusan itu tapi tidak membuat hati Oliver mengendur. Ia sudah memutuskan. Keputusannya sudah bulat untuk mengakhiri hubungan dengan Claudia.
Setelah nya Oliver meminta Javier dan Liana membawa semua berkas yang harus dia baca dan tandatangani. Oliver membenamkan dirinya dengan pekerjaan. Sampai-sampai pandangan matanya menjadi buram akibat terlalu banyak membaca tanpa jeda.
Dihadapannya terdapat tiga cangkir kopi pahit yang sudah kosong di minumnya.
Sesekali Oliver merenggangkan tangannya, dan menggerakkan lehernya hingga terdengar suara gemeretukan tulang tubuhnya.
Oliver mencari kacamata bacanya, yang biasanya ia letakkan di meja kecil di samping kursinya, namun tak menemukannya di sana.
Oliver membuka laci meja kerja di sisi sebelah kanan, yang di cari nya ada di sana. Tapi netra silver itu justru melihat yang lain, sebuah foto. Foto Olivia yang tertinggal di kamar, yang di berikan Javier kepadanya beberapa hari yang lalu.
Oliver mengambil foto itu. Oliver menatap lekat wajah polos Olivia di foto tersebut. Senyum dengan lesung pipi di wajahnya. Oliver memperhatikan setiap jengkal wajah cantik istrinya. Mata bulat sempurna dengan pupil berwarna hitam pekat begitu indah kontras dengan rambut berwarna hitam panjang bergelombang. Oliver ingat betul harum rambut indah itu.
Tatapan Oliver berakhir pada hidung mancung dan bibir merah muda Olivia yang selalu merekah alami tanpa memakai lipstik. Wajah itu cantik alami tanpa polesan make-up.
Tiba-tiba perasaan Oliver bergejolak. Oliver merasakan perasaan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Perasaan yang begitu dalam. Lebih tepatnya perasaan rindu yang begitu besar, yang tak bisa terlukiskan. Tak bisa di bandingkan dengan apapun, dengan luasan samudera ataupun tingginya gunung Everest.
Dada Oliver terasa begitu sesak. Rasanya mau meledak. "Ah Shitt kenapa aku selalu memikirkan mu Olivia", ucap Oliver menyandarkan kepala sambil memejamkan matanya.
Tiba-tiba Oliver ingin merasakan tangan Olivia memeluknya. Ia juga ingin mendengar suara istrinya di dekatnya. Bukan itu saja... sekarang Oliver juga ingin mendengar untuk yang pertama kali de*ahan Olivia.
Hal yang selalu Oliver larang saat mereka bercinta setelah pernikahan. Oliver melarang Olivia memeluk tubuh nya. Oliver juga melarang Olivia mengeluarkan suara. Oliver mengatakan membenci sentuhan dan suara Olivia, apalagi de*ahan Olivia. Sangat menjijikkan bagi Oliver waku itu. Tidak ada bantahan dari Olivia, ia menuruti semua permintaan suaminya. Olivia melayani Oliver dalam diam.
Tapi...
Tidak untuk sekarang, ia sangat menginginkan semuanya. Oliver sekuat tenaga berusaha menolak perasaan itu namun sekarang semakin mendalam.
"Maafkan aku Oliv, ternyata memendam perasaan seperti ini sangat menyiksa. Aku tahu sekarang, kau sangat tersiksa saat aku melarang mu meluapkan perasaan mu ketika aku menjamah mu. Maafkan aku", ucap Oliver sambil mengusap lembut wajah Olivia di foto yang ada di tangannya.
"Mungkin waktu lah yang akan mengembalikan mu padaku Olivia".
"Aku terlambat menyadari rasa ini. Ketika kau pergi, aku tahu perasaan ku ini. Terlebih aku mengetahui kau tidak pernah meminum obat itu. Bagaimana kalau kau hamil anak ku, Oliv. Aku tidak pernah bisa saat bercinta dengan mu mengunakan pengaman sialan itu, tidak seperti aku melakukannya pada wanita manapun Claudia sekali pun".
Oliver memijat keningnya. Kepalanya terasa pusing. Oliver menekan tombol intercom yang terhubung dengan sekertaris dan asisten nya Javier yang masih berada di luar ruangan nya. Oliver meminta di bawakan aspirin untuk nya.
Tak berapa lama Javier datang membawakan Oliver, obat sakit kepala.
"Tuan, apa sebaiknya tuan memeriksakan diri ke dokter Ryan atau tuan pulang saja dan istirahat saja dulu sekarang. Dari kemarin tubuh tuan tidak fit. Bahkan merasa mual dan tidak bisa tidur. Saya kuatir kesehatan tuan semakin menurun", ujar Javier kuatir melihat kondisi atasannya itu. Karena yang ia tahu Oliver sangat rajin menjaga stamina tubuh nya dan rutin berolahraga.
Oliver menaruh gelas keatas meja. "Aku tidak apa-apa".
"Javier.."
"Iya tuan?"
"Aku ingin kau mencari keberadaan istri ku mulai sekarang. Perintah kan juga pelayan memindahkan barang-barang istri ku ke kamar ku sekarang. Aku ingin barang-barang istri ku ada di kamar ku sebelum aku pulang ..!"
Javier terdiam mendengar perintah bos-nya itu, namun ia tidak berani bertanya-tanya. "Baik tuan".
"Keluar lah, aku ingin sendirian", perintah Oliver sambil memejamkan matanya sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
...***...
To be continue
Tinggalkan komentar kalau mau dilanjut ya 🙏