Demi menghindari kekasihnya yang overprotective, kasar, dan pemarah, Cathleen terpaksa menjebak seorang pria di sebuah club malam. Dia bermaksud untuk mendesak dan meminta pertanggung jawaban orang itu untuk menikahinya setelah kejadian tersebut.
Pria yang dijebak oleh Cathleen adalah Gerald Gabriel Giorgio. Seorang pria berhati dingin yang masih mencintai sang kekasih yang sudah lama menghilang akibat sebuah insiden.
Namun, tak disangka, rencana Cathleen tidak sesuai dengan harapannya.
.....
“Berapa harga yang harus ku bayar untuk tubuhmu?”
“Aku bukan wanita malam yang bisa dibayar menggunakan uang!”
“Lalu, apa yang kau inginkan?”
“Kau harus menikahiku!”
“Tidak!”
Gerald menolak permintaan Cathleen dengan tegas. Mampukah Cathleen memperjuangkan agar rencana awalnya bisa tercapai? Ataukah dia harus melanjutkan hidup dengan sang kekasih yang overprotective, kasar, dan pemarah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NuKha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
Gerald masih bergelung di atas ranjang kala dihubungi oleh Daddy George. Dengan mata terpejam, ia mencari keberadaan ponsel yang sejak tadi terus berbunyi.
Benda berlayar enam koma tujuh inch itu telah berada dalam genggaman Gerald. Ia membuka sedikit kelopak mata untuk membaca tulisan yang ada di layar kecil tersebut.
Karena yang menghubungi orang tuanya, Gerald langsung menggeser tombol bulat berwarna hijau. Lalu menempelkan ponsel ke daun telinga, tanpa memegangi benda tersebut. “Ada apa, Dad?” Pertanyaan tersebut keluar dengan suara parau.
“Pulang ke mansion, sekarang juga! Ada masalah penting yang harus kita selesaikan di sini!” Tanpa basa-basi terlebih dahulu, Daddy George langsung memberikan perintah secara tegas.
“Masih pagi, Dad, nanti sore saja kita bicarakan. Aku ngantuk sekali,” balas Gerald. Ia mencoba bernegosiasi karena mata masih terasa berat, baru juga tidur selama dua jam.
“Sekarang! Atau ku seret paksa ke sini jika masih membantah!” Daddy George mulai mengeluarkan ancaman.
Walaupun Gerald terkesan seperti seorang pria dingin, tapi tetap saja dia kalah jika melawan orang tuanya. Tuan Giorgio bisa lebih tak berperasaan lagi dibandingkan Gerald, meskipun itu pada anak sendiri. Tapi, hal itu hanya terjadi ketika keturunannya tidak bisa mempertanggung jawabkan setiap perbuatan yang sudah dilakukan.
Tuan dan Nyonya Giorgio memang membebaskan setiap anak-anaknya untuk memilih jalan hidup masing-masing. Mereka tidak memiliki aturan yang berbelit, asalkan berani tanggung jawab atas akibat dari semua yang sudah dilakukan. Jika tidak, maka Daddy George dan Mommy Gabby akan bertindak tegas.
Gerald berdecak malas, helaan napas kasar keluar dari bibir. “Iya, aku mandi dulu.”
“Tidak perlu, kau datang saja apa adanya. Terlalu lama jika harus menunggumu bersiap.”
“Ya!” Gerald menutup panggilan telepon.
Gerald memiliki paras tampan, walaupun kini senyum yang dahulu sering menghiasi wajah itu telah pudar terganti raut tak banyak ekspresi. Dia tak tahu hal sepenting apa yang ingin dibicarakan oleh orang tuanya, sampai tidak memberikan waktu untuk membersihkan tubuh.
Gerald hanya mencuci muka. Bahkan tak mengganti pakaian. Ia turun menuju basement dengan boxer dan kaos hitam.
Salah satu keturunan keluarga Giorgio itu mengendarai mobil dengan santai. Ia malas kebut-kebutan. Sebab, tiap kali menyusuri jalan, pasti mata sembari mengamati seluruh kondisi sekitar. Siapa tahu, secara tak sengaja menemukan sang kekasih yang telah lama menghilang saat pesta.
Tapi, sampai kendaraan roda empat itu berhenti di depan bangunan utama mansion Giorgio pun tak melihat sosok wanita yang mirip sang kekasih.
Gerald turun dari mobil. Mengayunkan kaki tanpa memiliki firasat apa pun. Bahkan ia tak peduli saat melihat ada kendaraan roda empat dengan plat nomor paling beda sendiri di sana. Ia terus saja berjalan.
Gerald tidak menengok ke kanan ataupun kiri. Pandangan terus lurus ke depan, hingga tak melihat kalau keluarganya sedang berkumpul di ruang tamu. Pria itu main menyelonong saja masuk ke dalam.
“Gerald!” panggil Daddy George.
Orang yang merasa namanya baru saja disebutkan pun berhenti dan berbalik ke arah sumber suara. Ia tidak melontarkan apa pun, justru menaikkan sebelah alis kala mendapati seorang wanita yang tidak dia harapkan berada di sekeliling anggota keluarganya.
“Berkedip, Ge! Jangan menatap wanita cantik seperti itu, nanti dia takut padamu,” ejek Geraldine saat kembarannya terlihat tidak suka dengan keberadaan Cathleen. Ia menghampiri Gerald untuk ditarik paksa duduk di sofa.
...*****...
...Geraldine, kalo Gerald melotot sama Cathleen, colok aja matanya biar kapok wkwkwk...
😆😆😆😆😆😆
jgn semua lu embat