NovelToon NovelToon
Adik Tiri Kesayangan Si Kembar

Adik Tiri Kesayangan Si Kembar

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Sejak bayi, Eleanor Cromwel diculik dan akhirnya diasuh oleh salah satu keluarga ternama di Kota Olympus. Hidupnya tampak sempurna dengan dua kakak tiri kembar yang selalu menjaganya… sampai tragedi datang.

Ayah tirinya meninggal karena serangan jantung, dan sejak itu, Eleanor tak lagi merasakan kasih sayang dari ibu tiri yang kejam. Namun, di balik dinginnya rumah itu, dua kakak tirinya justru menaruh perhatian yang berbeda.

Perhatian yang bukan sekadar kakak pada adik.
Perasaan yang seharusnya tak pernah tumbuh.

Di antara kasih, luka, dan rahasia, Eleanor harus memilih…
Apakah dia akan tetap menjadi “adik kesayangan” atau menerima cinta terlarang yang ditawarkan oleh salah satu si kembar?

silahkan membaca, dan jangan lupa untuk Like, serta komen pendapat kalian, dan vote kalau kalian suka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Pagi itu, langkah Eleanor terasa lebih berat dari biasanya. Begitu ia melewati gerbang sekolah, bisik-bisik langsung terdengar dari berbagai arah.

“Itu tuh… anak baru yang kemarin dijemput sama cowok ganteng naik mobil hitam elegan, kan?”

“Gila, cakep banget tuh kakaknya. Kayak model majalah.”

“Eh jangan-jangan itu pacarnya? Masa langsung dijemput pake mobil mahal begitu…”

Bisikan itu nggak lagi pelan—sebagian malah sengaja dikeraskan biar Eleanor dengar. Ia hanya menunduk, berusaha menahan ekspresi canggungnya.

Bella tiba-tiba merangkul lengannya dari samping. “Lala, lo jadi pusat perhatian lagi nih. Gue sumpah, tiap hari ada aja dramanya.”

Eleanor tersenyum tipis. “Aku nggak minta kayak gini, Bel…”

“Gue tau. Tapi gue seneng, sih. Lo kayak artis yang baru debut.” Bella terkekeh, lalu tiba-tiba matanya melebar. “Eh, liat tuh… the queen datang.”

Dari ujung koridor, Veronica berjalan dengan langkah mantap, rambutnya bergoyang seirama. Seperti biasa, aura percaya dirinya bikin semua siswa otomatis minggir. Ia menatap Eleanor dengan senyum menyebalkan.

“Eh, anak baru,” Veronica membuka suara, kali ini nadanya pura-pura ramah, tapi jelas mengandung racun. “Heboh banget lo kemarin. Semua orang ngomongin. Gue aja sampe pusing dengerin gosipnya.”

Bella langsung pasang muka masam. “Nggak usah sok sibuk ngurusin Lala, Ver. Hidup lo kurang seru apa sampe harus repot ngikutin orang lain?”

Veronica melirik Bella sekilas, lalu kembali fokus ke Eleanor. “Gue cuma heran aja… lo bilang lo anak biasa, tapi tiba-tiba ada cowok ganteng nyamperin pake mobil keren. Jangan-jangan… lo numpang nama keluarga orang kaya ya?”

Bisikan siswa lain makin ramai, sebagian langsung pasang wajah penasaran. Eleanor terdiam, dadanya sesak mendengar ucapan itu.

Bella langsung maju selangkah, nada suaranya meninggi. “Asal lo tau ya, Ver. Lo nggak berhak ngomong sembarangan soal Lala!”

Veronica hanya terkekeh kecil, lalu mendekat sedikit ke Eleanor. Tiba-tiba, tanpa aba-aba, ia menepis kotak jus yang dipegang temannya, lalu isinya tumpah ke seragam Eleanor.

“Ups…” Veronica pura-pura menutup mulut, nada suaranya jelas mengejek. “Maaf ya, anak baru. Kayaknya lo kurang cocok pake seragam putih, mending dikasih warna biar agak menarik.”

Eleanor terdiam, matanya berkaca-kaca. Sebelum sempat bereaksi, Veronica menepuk pipinya pelan—lebih ke tamparan ringan tapi cukup bikin semua siswa yang nonton menahan napas.

“Jangan sok cantik di sini, ngerti?” bisiknya sinis, tepat di depan wajah Eleanor.

Bisikan siswa lain makin ramai, sebagian pasang wajah terkejut, sebagian lagi malah berusaha menahan tawa.

Bella langsung maju, mendorong tangan Veronica. “Lo gila ya, Ver? Jangan main tangan seenaknya! Kalau punya masalah ngomong baik-baik!”

Veronica hanya mendongak, senyum angkuhnya nggak hilang sedikit pun. Ia menunduk sedikit lagi ke Eleanor, berbisik dengan suara rendah yang hanya terdengar oleh mereka berdua.

“Lo boleh punya backingan, tapi jangan kira itu bikin lo diterima di sini. Cepet atau lambat semua orang bakal liat lo itu hanya wanita pengerat…”

Setelah itu, barulah ia berbalik dengan gaya anggun, meninggalkan Eleanor dan Bella di tengah tatapan siswa lain.

Eleanor berdiri kaku, seragamnya basah oleh jus, sementara pipinya masih terasa perih. Semua siswa di sekitar hanya menatap—ada yang kaget, ada yang bisik-bisik, ada juga yang malah tertawa kecil.

Bella langsung meraih tangan Eleanor. “Udah, La… ayo ikut gue. Jangan di sini.”

Tanpa banyak bicara, Eleanor mengangguk pelan. Mereka berdua buru-buru masuk ke toilet wanita. Begitu pintu tertutup, suasana langsung hening, hanya terdengar suara air dari wastafel.

Bella meraih beberapa tisu, lalu mulai menyeka noda jus di seragam Eleanor. “Astaga, La… lo nggak apa-apa? Sakit nggak?”

Eleanor menggeleng pelan, meski matanya mulai berkaca-kaca. “Aku… aku nggak ngerti kenapa dia harus kayak gitu ke aku, Bel…”

Bella mendesah panjang, suaranya penuh amarah yang ditahan. “Itu emang kerjaan Veronica. Dia paling nggak suka kalo ada orang yang dapet spotlight lebih dari dia. Lo cantik, manis, terus tiba-tiba jadi pusat perhatian gara-gara kakak lo yang ganteng itu. Ya udah, pasti lo jadi target dia.”

Eleanor menunduk, bibirnya bergetar. “Aku beneran nggak minta, Bel. Aku cuma pengen sekolah kayak orang lain…”

Bella berhenti mengelap, menatap Eleanor dengan wajah serius tapi lembut. “Denger ya, Lala. Lo nggak salah apa-apa. Justru dia yang salah. Jangan pernah ngerasa lo harus minta maaf karena lo jadi diri lo sendiri.”

Air mata Eleanor akhirnya jatuh, tapi ia cepat-cepat menyekanya. “Aku takut, Bel. Kalo besok-besok dia makin jahat gimana?”

Bella tersenyum miring, meski jelas ia kesal. “Tenang, selama gue ada di sini, nggak akan gue biarin dia macem-macem lagi. Lo nggak sendirian, La.”

Eleanor menatap Bella, lalu tersenyum kecil di balik air matanya. “Makasih, Bel… bener-bener makasih.”

“Yaelah, lebay banget. Gue kan sahabat lo sekarang,” Bella mencoba mencairkan suasana, tangannya mencubit pelan pipi Eleanor. “Lagipula, lo tuh cantik banget, tau. Veronica aja sampe insecure liat lo.”

Eleanor tertawa kecil di antara tangisnya, dan untuk pertama kalinya sejak insiden tadi, ia merasa sedikit lebih kuat.

Jam pelajaran terakhir akhirnya usai. Eleanor dan Bella keluar kelas bersama, berceloteh ringan sambil menenteng tas. Meski kejadian tadi pagi masih membekas, Eleanor berusaha menampilkan wajah tenang di samping sahabat barunya itu.

Begitu mereka tiba di gerbang, suasana mendadak jadi ramai. Banyak siswa berlarian kecil, saling bisik-bisik, bahkan beberapa siswi langsung menjerit histeris.

Sebuah mobil hitam elegan berhenti tepat di depan gerbang. Dari sisi lain, suara knalpot berat mengaum, menandakan sebuah motor besar ikut berhenti tak jauh dari sana.

Daniel keluar dari mobil dengan langkah tenang, jas hitamnya rapi, kemeja putihnya licin tanpa cela. Sedangkan Dominic membuka helm, rambutnya sedikit berantakan, kemeja setengah terlepas dari celana—santai tapi mencolok.

Keduanya sama-sama berdiri, saling menatap tajam.

“Ngapain lo di sini?” Daniel membuka suara lebih dulu, nadanya dingin tapi tetap berwibawa.

Dominic terkekeh kecil, melipat tangan di dada. “Suka-suka gue lah, Dan. Gue mau jemput adik gue sendiri, salah?”

Daniel menghela napas, matanya menyipit. “Lo cuma bikin rusuh. Biarkan aku yang urus Ela.”

“Rusuh? Hah, lucu lo. Gue malah yakin Ela lebih nyaman naik sama gue daripada duduk kaku di mobil lo yang kayak peti mati itu.”

Murid-murid di sekitar mereka langsung heboh, teriak-teriak, sebagian malah ngeluarin HP buat ngerekam.

“ASTAGA, itu si kembar Cromwel Alumni sekolah kan?!”

“Gila… dua-duanya ganteng parah, sumpah.”

“Lo liat nggak? Daniel Ganteng banget!"

“Gue lebih pilih Dominic sih.”

Bella yang sedari tadi berdiri di samping Eleanor, mulutnya ternganga lebar. Ia memegangi kepala sambil berseru lirih, “Gue nggak kuat… gantengnya kebangetan…” Dan dalam hitungan detik, Bella benar-benar pingsan di bahu Eleanor.

Eleanor panik, wajahnya memerah hebat bukan hanya karena harus menopang Bella, tapi juga karena semua orang menatapnya. Ia bisa dengar jelas gosip, bisikan, bahkan celetukan julid yang menusuk telinganya.

“Eh, jangan bilang anak baru itu yang mereka jemput?”

“Serius? Kok bisa? Dia siapa sebenernya?”

“Fix, dia pasti ada main sama keluarga Cromwel!”

“Gilak, anak baru aja udah bikin drama satu sekolah.”

Tangan Eleanor gemetar. Ia buru-buru menepuk-nepuk pipi Bella yang masih pingsan, lalu menundukkan kepala serendah mungkin. Tanpa sepatah kata pun, ia langsung berjalan cepat-cepat menjauhi gerbang, menyeret Bella pelan, berusaha kabur dari sorotan mata ratusan siswa.

Daniel dan Dominic hampir bersamaan bergerak. “Ela!” suara mereka memanggil. Keduanya refleks mengejar adik mereka, meninggalkan seisi sekolah dalam teriakan yang makin menggila.

Eleanor berjalan cepat dengan langkah kecil tapi terburu-buru, tas di bahunya berguncang, satu tangannya masih menopang Bella yang setengah sadar. Nafasnya sedikit memburu, bukan cuma karena lelah, tapi juga karena malu luar biasa.

“Ya Tuhan, Bel… kenapa lo pingsan di saat kayak gini sih…” gumam Eleanor dengan suara pelan, hampir seperti merintih.

Di belakang, suara langkah berat terdengar. Daniel dengan tenangnya menyusul, sementara Dominic malah berlari santai sambil menyalakan sebatang permen karet di mulutnya.

“Ela, tunggu.” Suara Daniel terdengar tenang tapi tegas, bikin kepala beberapa siswa di sekitar yang masih kepo langsung menoleh.

“Eh, jangan kabur gitu aja dong. Malah bikin orang makin curiga,” tambah Dominic dengan nada santai, seakan kejadian di gerbang tadi bukan masalah besar.

Eleanor makin menunduk, wajahnya merah padam. “Tolong… jangan di sini,” suaranya lirih, hampir bergetar. Ia ingin segera lenyap dari semua tatapan itu.

Daniel langsung meraih tas Eleanor dari bahunya dengan gerakan ringan. “Biar aku bawakan,” katanya lembut, seolah tak peduli dengan tatapan orang sekitar.

Sedangkan Dominic sudah meraih Bella dari lengan Eleanor, menggendongnya dengan satu tangan seakan itu bukan beban sama sekali. “Nih, biar gue yang bawa temen lo. Lo tinggal jalan aja.”

Eleanor terdiam, matanya menatap dua sosok kakaknya yang tiba-tiba membuat semua jadi lebih rumit.

Bisik-bisik siswa di sekitarnya makin ramai:

“Gila… dua-duanya peduli banget sama si anak baru itu.”

“Kayak rebutan perhatian deh…”

Eleanor hanya bisa mengatupkan bibir, menahan semua rasa. Malu, bingung, tapi di dalam hatinya ada sedikit kehangatan yang susah ia jelaskan.

Akhirnya, ia berjalan diapit Daniel dan Dominic. Satu sisi elegan, sisi lain santai berantakan. Dan ia di tengah-tengah, jadi pusat perhatian tanpa pernah ia minta.

1
Nanabrum
Ngakakk woyy😭😭
Can
Lanjuuutttt THORRRRR
Andr45
keren kak
mirip kisah seseorang teman ku
air mata ku 😭
Andr45
wow amazing 🤗🤗
Can
Lanjut Thor
Cikka
Lanjut
Ken
Semangaaat Authooor, Up yang banyakk
Ken
Udah ngaku ajaaa
Ken
Jangan tidur atau jangan Pingsan thor😭😭
Ken
Nahh kann, Mulai lagiii🗿
Ken
Wanita Kadal 02🤣🤣
Ken
Bisa hapus karakter nya gak thor🗿
Ken
Kan, Kayak Kadal beneran/Panic/
Ken
Apaan coba nih wanita kadal/Angry/
Vytas
mantap
Ceyra Heelshire
gak bisa! mending balas aja PLAK PLAK PLAK
Ceyra Heelshire
apaan sih si nyi lampir ini /Panic/
Ceyra Heelshire
wih, bikin novel baru lagi Thor
Hazelnutz: ehehe iyaa😅
total 1 replies
RiaChenko♥️
Rekomended banget
RiaChenko♥️
Ahhhh GANTUNGGGGG WOYYY
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!