Truth Or Dare?
Permainan yang sudah tidak asing lagi kita dengar.
Lalu bagaimana jika yang dipilih adalah tantangan dan isi tantangan nya adalah "Menaklukkan Hati Seorang Pembunuh"?
Itulah yang di alami oleh Barbara Alexio. Di malam acara perpisahan kampusnya, ia terjebak dalam permainan yang menguji adrenalin itu dan mendapatkan tantangan yang tidak masuk akal.
Ia diberi waktu tiga bulan oleh teman-teman nya.
Mampukah ia menyelesaikan tantangan tersebut?
Atau justru dirinya yang terjebak dalam permainan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Frans Lagi
"Hei, lepaskan aku." Barbara berteriak sambil meronta.
Namun tangannya dicengkeram dengan sangat kuat.
Bukk
Barbara menabrak punggung pria yang menariknya, saat pria tersebut berhenti tiba-tiba.
"Ini Tuan." Barbara ditarik lalu didorong kedepan dengan pelan oleh pria yang menariknya.
"Frans." Barbara berucap kesal saat melihat yang berdiri didepan nya adalah Frans dan pria yang menariknya adalah suruhan Frans.
"Hai sayang." Frans menyapa Barbara sambil mengayunkan pisau ditangan sebagai tanda ganti lambaian tangan.
"Mau ngapain?" Barbara bertanya kesal.
"Mau kamu." Frans menjawab santai.
Frans kemudian menyimpan pisau nya, dan meraih rokok dari saku dalam jas nya.
"E eh, nggak usah ngerokok didepan aku. Aku mati entar." Barbara menghampiri Frans dan merebut rokok nya lalu membuang nya pada tempat sampah di dekat Frans.
Sigap, Frans meraih pinggang Barbara hingga Barbara jatuh kedalam pelukan nya.
"Nafsu banget ya liat aku?" Barbara bertanya menantang.
Frans menyeringai.
Frans menyibak rambut Barbara yang menutupi dada nya.
Mata Frans membulat saat melihat tanda merah dikulit putih Barbara.
"Oh, jadi si Felix udah ngebuka kamu?" Frans menyindir halus.
"Terus apa salahnya?" Barbara kembali bertanya menantang.
Frans kemudian membawa paksa Barbara kedalam sebuah kamar.
Gedung megah tempat berlangsungnya acara ternyata adalah sebuah hotel bintang lima.
"Woo pake dibawa masuk ke kamar lagi." Barbara rasanya ingin habis kesabaran menghadapi Frans.
Frans tidak peduli, ia malah berjalan santai dan duduk di atas ranjang kemudian membuka jas nya dan melonggarkan dasi nya.
Tidak lupa ia membuka dua kancing atas kemeja nya.
Barbara mendelik tajam pada nya. Ia berbalik dan hendak keluar, namun saat mencoba membuka pintu, ternyata Frans sudah mengunci nya.
"Frans buka pintunya." Barbara memerintah.
Frans tersenyum meremehkan.
"Nih ambil." Frans melingkarkan lingkaran gantungan kunci pada jari nya dan mengangkat tangannya dihadapan Barbara.
Barbara segera mendekati nya dan berniat mengambil kunci itu, namun secepat kilat Frans menghindar dengan cara berbaring hingga Barbara jatuh diatas nya.
"Sial." Barbara memaki Frans.
Barbara hendak bangkit, namun Frans menahannya.
"Frans lepasin." Barbara meronta kesal.
Jika Barbara seorang karnibal, pasti Frans sudah menjadi makanan empuk untuk nya.
"Jangan gerak Bar. Kamu bisa bahaya." Frans mengancam.
Barbara memilih jalan lain. Ia seketika menyatukan bibir nya dengan Frans membuat Frans melotot tajam.
Barbara tidak berhenti, satu tangannya mulai membuka kancing kemeja Frans.
Frans yang merasakan pergerakan itu langsung mendorong Barbara hingga kembali berdiri.
"Kenapa Frans? Kan itu yang kamu mau kan?" Barbara bertanya sambil tersenyum menggoda.
"Jangan berlebihan Bar." Frans kesal.
Frans benar-benar menyadari sekarang, Barbara bukan perempuan sembarangan yang akan tunduk takut pada nya begitu saja.
"Jangan takut sayang. Aku pasti pelan-pelan kok." Barbara kembali mendekati Frans dengan gerakan menggoda.
Frans dengan cepat menghindar.
"Sial." Frans memaki saat ia merasakan dirinya menegang karena pergerakan Barbara yang begitu menggoda.
Frans berusaha sekuat tenaga untuk menahan diri nya.
"Sini." Barbara kemudian diam ditempat berpura-pura hendak melepaskan pakaian nya.
Dengan cepat Frans berlari dan memeluk nya.
"No Bar. Tidak perlu semudah ini. Berikan aku sedikit tantangan buat dapatin kamu." Frans meminta pada Barbara.
Barbara membalas pelukan nya dengan gerakan sensual lalu tangannya naik hingga dapat menjambak ringan rambut Frans.
"Buka pintunya. Cepat." Barbara memerintah dengan kasar.
Frans terpaksa menurut.
Dia benar-benar tidak mengira Barbara bukan hanya pemberani tapi juga nekat.
"Aku pasti akan mendapatkan kamu Bar." Frans berucap sambil memandang Barbara dari atas sampai bawah.
"Haha. Coba aja, kalo bukan kamu yang kalah nanti nya." Barbara meremehkan nya.
Barbara pun langsung meninggalkan Frans. Barbara tidak jadi ke toilet, syukur nya tadi dirinya hanya ingin memperbaiki riasan wajah nya saja tapi menjadi tidak mood gara-gara Frans.
Barbara mencoba mencari Felix, dan ternyata Felix sudah duduk di bangku meja juri. Felix juga ternyata menjadi juri utama untuk acara itu.
Barbara celingukan mencari tempat duduk yang bisa ia duduki. Akhirnya pandangan nya jatuh pada dua kursi kosong yang berada di barisan paling belakang dan paling pojok.
Barbara pasrah dan akhirnya duduk di bagian dalam. Setelah duduk cukup lama sambil mengamati acara yang sedang berlangsung, tiba-tiba ia merasa tangan nya dipegang oleh seseorang.
"Frans?" Barbara lagi lagi kesal karena pelakunya lagi-lagi adalah Frans.
Frans sepertinya sangat suka mencari masalah dengan nya.
Lampu yang menerangi tempat mereka duduk tiba-tiba padam, padahal beberapa lampu didepan mereka dan lampu yang lain masih menyala terang.
Frans memang sengaja merencanakan itu sebelum ia duduk di samping Barbara tadi.
"Sayang." Tangan Frans meraba paha Barbara.
"Frans jangan keterlaluan." Barbara mengingatkan.
Sialnya Frans semakin menjadi, ia mencium, menjilat, bahkan menggigit kecil leher Barbara.
Hati Barbara menolak, tapi tubuh nya tidak sejalan dengan hati nya.
"I want you." Frans terus menggoda Barbara.
"Frans akh.." Barbara mendesah kecil saat ciuman Frans pada lehernya semakin ganas.
Frans tidak ingin meninggalkan jejak, dia tidak ingin Barbara mendapat masalah atau hukuman dari Felix yang akan membuat Barbara membencinya.
"Frans no." Barbara berusaha menghentikan pergerakan tangan Frans yang berusaha menyelinap masuk kedalam celah paha nya.
"Be mine, Barbara." Frans meminta.
Frans melepaskan tanganya dari paha Barbara karena Barbara menolak.
Ia meraih tengkuk leher Barbara lalu mencium Barbara dengan ganas.
"Um Frans.." Barbara berusaha melepaskan tautan mereka sedangkan tubuhnya seakan menuntut lebih.
"I love you Bar." Frans mengungkapan cinta pada nya.
Barbara mendorong kuat tubuh Frans untuk menjauh. Frans melepaskan Barbara dan sedikit menjauh.
Ia memandangi mata Barbara yang sudah sayu dan Barbara menggigit bibir bawah nya seakan menahan sesuatu.
"You need more babe." Frans berucap.
Ia kemudian menarik Barbara keluar dari ruangan itu.
Barbara terpaksa mengikuti pergerakan nya. Tubuhnya benar-benar seperti tersengat listrik saat Frans menyentuh nya.
Frans membawa Barbara kembali ke kamar tadi. Ia kemudian membaringkan Barbara.
Barbara hanya menatap nya sayu.
Frans semakin bergairah saat melihat Barbara diam tidak melawan.
Ia kembali mencumbu Barbara dan mendapat balasan.
Tiba tiba Barbara mendorong nya kuat dan air mata Barbara menetes. Bukan takut, tapi entah kenapa.
"Nggak Frans. Aku nggak bisa." Barbara menolak Frans.
Frans seketika merasa bersalah saat melihat air mata Barbara menetes.
"Kamu masih virgin?" Frans bertanya serius pada Barbara.
Frans tahu perempuan yang pernah berhubungan intim tidak akan mudah menolak sentuhan pria yang sudah membuat nya terbang ke awan. Walau sebagian besar bisa menolak juga.
Barbara mengangguk lemah.
"Maaf Bar. Maafin aku." Frans kemudian membawa Barbara kedalam pelukan nya.
"Aku kira kamu udah pernah." Frans mengingat tanda merah dikulit dada Barbara.
Barbara hanya menggeleng lemah.
"Maaf sayang. Maafin aku." Frans kembali meminta maaf. Barbara hanya mengangguk.
Frans kemudian menuntun Barbara keluar dari kamar itu setelah membantu Barbara merapikan penampilan nya.
Mereka berpapasan dengan Felix di depan lorong tersebut.
Felix menatap tajam pada Barbara.
Untuk pertama kalinya Barbara merasa takut melihat tatapan Felix.
...~ **To Be Continue ~...
*******
Like dan komentar jangan lupa.
Makasih**.