NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:803
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ceri

Liana tahu kalau ceritanya membuat Kenzo janggal, raut wajahnya sudah terlihat bahwa dia seperti meminta Liana untuk menceritakan semua yang ia tahu.

Sebelum Kenzo bertanya tentang hal yang tidak bisa di jawab sebaiknya ia pergi, Liana tidak ingin mereka tahu tentang dirinya yang hidup kembali.

"Kau–"

"Kenzo, aku harus mengerjakan skripsi ku dahulu untuk soal proyek pembangunan aku akan ikut besok! Jadi aku akan menyelesaikan setengahnya sekarang, sampai jumpa!"

Liana pergi dari kamar.

Kenzo masih berdiri tidak bergerak sedikitpun, ia masih memikirkan ucapan Liana.

-

Liana menghela nafas setelah di kamar, untung saja Kenzo tidak mencegahnya kalau sampai itu terjadi ntah apa yang akan ia lakukan.

"Kenapa aku terus mengatakan hal yang aneh?! Jika sampai Kenzo tahu, apa yang akan terjadi nanti? Kalau begini, Kenzo semakin curiga setiap melihat ku," gelisah Liana sambil menggigit ujung jarinya.

"Tidak, aku harus melakukan sesuatu agar Kenzo tidak curiga. Yang pertama bersikap tenang dan tidak terjadi sesuatu," Liana menarik nafas dalam-dalam kemudian ia hempaskan keluar.

"Kedua, lakukan sesuatu yang membuat Kenzo melupakan kejadian ini. Aku yakin, dia akan mengingat kata-kata orang dengan sangat baik jadi alihkan perhatian selain mencari alasan, seperti ...." berpikir.

Ia tidak tahu cara apa yang harus dilakukan ketika membujuk orang lain, kalau ia membujuk Ayahnya yang ngambek masih bisa walaupun cuma sebuah pelukan. Tapi kali ini pria lain?

Liana tak sengaja melirik dirinya di pantulan cermin, terlihat bekas merah di leh3rnya yang banyak sampai bagian dad4. Das4r Kenzo!

Tunggu. Membicarakan soal bekas cup4ng, Liana jadi kepikiran sesuatu.

"Apa aku alihkan dengan itu?" seketika tanpa sadar.

"AH TIDAK, TIDAK, TIDAK! KENAPA AKU JADI MESVM BEGINI, LIANA?!"

-

-

Kini Liana sedang fokus pada laptopnya yang ia bawa dari rumah Kevin kemarin, ia menggunakan kacamata agar tidak merasa sakit dan bisa fokus, ia duduk di atas kasur sambil bersandar.

Liana berhenti mengetik dan berpikir lagi sebelum mengetik.

𝘛𝘰𝘬~

𝘛𝘰𝘬~

𝘛𝘰𝘬~

"Liana, apa kau di dalam?"

Itu suara Revan.

"Ya~ masuklah!"

Pintu terbuka dan benar saja Revan, pria yang menggunakan kaos pendek itu berjalan mendekatinya.

"Ada apa?"

"Apa kau tidak makan siang?"

"Oh, lagi tidak ingin,"

"Jangan sampai telat makan!"

"Iya, nanti kalau lagi pingin aku turun kok," Liana kembali mengetik.

"Kau sibuk sekali, ya?"

"Emm, di bilang sibuk ya tidak di bilang tidak ya sibuk,"

"Plin-plan sekali,"

Liana terkekeh, Revan ini memang memiliki wajah yang seperti yang lain sama seram dan tajam namun Revan tertutupi oleh sikapnya yang lembut padanya.

Pantas saja dulu ia menyukai Revan karena dia lembut tidak seperti yang lain, kasar.

"Baiklah kalau sibuk, aku keluar dulu. Aku datang cuma dari tadi kau tidak turun, jadi aku mengecek keadaan mu,"

"Tidak apa, Revan. Terima kasih sudah mengingatkan ku," senyum Liana membenarkan kacamatanya.

"Tapi aku meminta sesuatu boleh?"

"Apa?"

Revan mendekat kemudian menunjuk bib1rnya, Liana tahu maksud Revan. Liana menggelengkan kepalanya kemudian menc1um bib1r Revan.

"Nah, sudah! Sana!" Liana malah malu sendiri.

Revan terkekeh dan mengusap rambut Liana.

"Jangan terlalu banyak melihat laptop, istirahat 'kan mata mu agar tidak sakit atau lelah,"

"Hmm," deham Liana.

Revan pun pergi dan menutup pintu kembali.

Liana menutup wajahnya malu dan sedikit tantrum.

-

-

Malam telah tiba.

Liana sudah selesai dari tadi bahkan sore tadi dia sudah selesai mengerjakan skripsinya, maksudnya masih dicicil sisanya besok lagi. Liana beristirahat sebentar yaitu tidur sampai malam, tumben mereka tidak memangilnya? Atau membangunkan nya.

Liana membuka lemari pendingin untuk minum, setelah itu ia kembalikan botol minuman.

Liana melihat buah-buahan di mika besar yang berisi Ceri.

"Loh, Non? Non sudah makan belum?" tanya Bi Desfa.

"Oh, belum,"

"Kenapa malah makan buah? Kalau sakit perut bagaimana?"

"Aku lagi tidak ingin makan, aku ingin ngemil," senyum kaku.

"Kalau ingin mengemil, makan saja jajanan dan jangan buah dulu,"

"Tapi 'kan cuma sedikit,"

"Iya sedikit, sampai habis 1 mika besar itu,"

Liana nyengir menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Apa Non ingin makan mie instan saja?"

"Mie instan?"

"Ya, daripada tidak makan nanti sakit perut,"

Liana berpikir, "Boleh deh, tapi jangan yang kuah,"

"Baik, Non. Non tunggu sebentar, Bibi masakin dulu,"

Liana mengangguk kemudian ia duduk di kursi, kenapa suasana di sini sepi? Kemana yang lain?

"Bi, yang lain kemana?"

"Tidak tahu Non, setelah makan malam mereka langsung pergi,"

"Pergi keluar?"

"Sepertinya tidak, tadi Bibi keluar mobil mereka masih ada di garasi,"

“𝘈𝘱𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘩?” batin Liana.

"Kenapa aku tidak dibangunin untuk makan malam?"

"Tadi Tuan Arion naik ke atas untuk memanggil Non, tapi katanya Non sedang tidur jadi Tuan Arion membiarkan Non istirahat,"

Pantas saja.

Lalu Bi Desfa datang membawa sepiring mie goreng di depan Liana.

"Makasih, Bi,"

"Sama-sama, Non. Apakah Non ingin toping irisan daging? Bibi tadi habis memanggang ayam kecap dan masih ada 2 potong pah4 ayam yang di sisakan oleh Tuan Kenzo untuk Non,"

"Hmm, boleh Bi, Liana mau,"

"Sebentar," ia mengambil piring di tempat simpanan khusus untuk makanan.

"Bibi potong-potong dulu,"

"Tidak usah, biar begini saja,"

"Oh, ya sudah. Cuma ambil satu pah4nya?"

"Iya, simpan saja untuk besok,"

"Baiklah,"

Liana membawa piringnya ke ruang tengah, memakan mie sambil menonton TV sepertinya seru. Liana menyalakan TV mencari siaran bagus.

"Kartun saja deh biar terhibur,"

Liana makan mie sambil menonton kartun, kedua kakinya di atas sofa dan piringnya di depan dad4 dan pah4nya. Liana tertawa melihat kartun yang baginya lucu.

Ting.

Bunyi lift menandakan ada seseorang yang akan turun, rupanya Edgar. Pria itu fokus pada ponselnya tapi langsung teralihkan pada seorang gadis yang duduk sendirian sambil menonton TV, ia kira Liana masih tidur.

"Liana?"

Liana menoleh sambil menggigit pah4 ayam.

"Edgar?"

"Aku kira kau tidur,"

"Ya, tapi terbangun,"

Edgar memasukan ponsel ke saku celananya dan memilih duduk di samping Liana.

"Kau mau kemana tadi?" tanya Liana.

"Aku ingin mencari udara segar, aku tidak bisa tidur," Edgar menatap Liana.

"Tidur?" Liana menatap jam dinding, padahal masih jam 9 kurang, tumben sudah mau tidur biasanya mereka tidur di waktu larut malam seperti jam 2.

"Karena kau tidur jadi untuk apa kami masih membuka mata? Kami memutuskan untuk tidur awal, aku yakin mereka juga tidak bisa tidur,"

Liana mengangguk paham kemudian kembali menonton TV sambil menghabiskan makanannya.

"Kau mau?"

Edgar melirik piring Liana yang sudah tinggal sesuap.

"Kau yakin memberikan makanan yang cukup untuk anak kecil?"

"Hehehe, siapa tahu kau mau soalnya tadinya aku juga tidak selera makan dan mau buah saja tapi langsung tidak dibolehkan sama Bi Desfa. Jadi ya, dibuatkan mie instan saja,"

"Itu bagus, sebelum makan buah makan dulu nasi atau makanan lainnya sebagai mengisi perut kosong mu,"

Liana tersenyum mengangguk, Liana menghabiskan mie yang tinggal sesuap. Lalu ia taruh piringnya yang kosong hanya tinggal tulang-tulang ayam saja.

Liana mengusap bib1rnya dengan tissue lalu meneguk minuman, Edgar terus menatap Liana tanpa berpaling. Memang secandu itu setiap melihat Liana yang banyak aktivitasnya, dari makan, minum dan berbicara, tatapan Edgar selalu mengarah pada bib1r Liana.

"Kau mau Ceri?" Liana menunjukkan mika besar yang berisi buah Ceri.

"Tidak, kau makan saja,"

"Baiklah," Liana membuka mika yang di rapatkan oleh Staples.

Liana mengambil satu Ceri dan memakannya, ia memisahkan biji serta tangkai Ceri di piring bekas mie tadi.

Tangan Edgar mengambil Ceri yang di mika Liana, Liana menoleh.

"Katanya gak mau?"

"Tidak mau jika makan menggunakan tangan,"

"Hah? 'Kan makan pakai mulvt,"

"Iya, mulvt mu,"

Edgar menaruh Ceri yang ia ambil ke bib1r Liana kemudian ia makan langsung dari bib1r Liana sekalian 𝘬𝘪𝘴𝘴. Modusnya bisa saja sih, cuma Edgar benar-benar!

Ceri yang digigit Edgar mengeluarkan air hingga mengalir ke luar bib1r Liana, tanpa rasa ragu Edgar menggunakan lid4hnya untuk menj1l4t air Ceri yang ada di bawah bib1r Liana.

"Apa yang kau lakukan?!" Liana sedikit menjauh menutup bib1rnya dengan tangan.

"Menurut mu?" senyum Edgar menj1l4t b1birnya sendiri.

"Jangan lakukan itu lagi!"

"Tapi aku menginginkan nya,"

Wajah Liana memerah kemudian ia bergeser dari Edgar. Edgar terkekeh melihat tingkah malu Liana, ia pun memposisikan miring kemudian menidurkan kepalanya di pah4 Liana.

"Sekarang apa lagi?!" Liana menunduk melihat Edgar tidur di pah4nya.

"Aku hanya ingin tidur," senyumnya.

"Tidur di kamar mu saja!"

"Boleh, tapi kau juga ikut,"

"Jangan melantur!"

Edgar terkekeh lalu menutup matanya.

Liana tidak bisa bergerak karena Edgar, benar-benar pria yang menyebalkan! Mereka semua selalu membuatnya kesal kadang juga membuat jantungnya berdetak kencang.

Sebenarnya apa sih keinginan mereka? Cara mereka berbasa-basi selalu akan menuju keinginan mereka.

Liana melirik ke bawah, wajah Edgar yang tenang saat menutup matanya. Jidat paripurna, hidung mancung, bib1r tipis yang sedikit terbuka, rahang tegas serta mata runcing bagian ujung matanya semua sempurna. Beda lagi saat membuka mata, dia adalah pria mesvm yang ingin ini-itu.

Tidak hanya Edgar saja, semua sama saja. Semua pria sama saja!

Liana tidak menghabiskan buah Ceri, saat ingin meletakkan mika Ceri Edgar menahan tangannya.

"Aku mau Ceri,"

"Kau ini! Bukannya kau tidur?!"

"Bagaimana aku bisa tidur kalau kau duduk?"

"Ya sudah kau duduk saja biar tidak tidur!"

Edgar tertawa kecil, "Suapi aku Ceri,"

"Makan sendiri!"

"Aku bisa menerkam mu malam ini di sini loh, kebetulan kita hanya berdua,"

"Jangan mengarang! Baiklah, baiklah, buka mulvt mu!" Liana kesal.

Edgar tersenyum puas dan membuka mulvtnya, Liana memasukan Ceri ke dalam dengan perasaan kesal, ini pria tua-tua menyebalkan juga. Rasanya ia ingin memasukan mikanya sekalian ke dalam mulvt Edgar. Untung saja ia tidak ada niatan begitu, dengan bosan Liana terus menyuapi Edgar dan mengambil biji Ceri dari mulvtnya sampai Ceri habis.

Sebelum Liana menarik tangannya kembali, Edgar menj1l4t tangan Liana yang bekas air Ceri.

Bulu kuduk Liana langsung berdiri.

"APA YANG KAU LAKUKAN LAGI, EDGAR!"

•••

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!