Andini kesal karena sang ayah tidak menghadiri acara kelulusannya, ia memilih jalan sendiri dari pada naik mobil jemputannya
sialnya lagi karena keisengannya dia menendang sebuah kaleng minuman kosong dan tepat mengenai kening Levin.
"matamu kau taruh dimana?" omel Levin yang sejak tadi kesal karena dia dijebak kedua orang tua dan adik kembarnya agar mau dijodohkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arfour, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Nyaman Yang Sama
Benny terkekeh mendengar perkataan putrinya, selama ini ucapannya mungkin terlalu keras pada putrinya, padahal Andini hanya ingin perhatiannya, di sekolah dia juga murid yang tidak bermasalah, bahkan boleh dibilang berprestasi hingga bisa masuk perguruan tinggi negeri tanpa perlu di test.
Setelah apa yang Maman katakan, Benny sadar kalau putrinya hanya ingin memiliki ayah seutuhnya tapi dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, Benny bersikap seperti itu bukan tanpa sebab, setelah istrinya meninggal sebagian hidupnya ikut pergi, hingga akhirnya untuk melupakan kesedihannya dia lebih memilih menyibukan diri dengan pekerjaannya dan lupa bahwa dia punya seorang Putri yang butuh perhatian dan kasih sayangnya.
“Kamu mau kemana An?” Tanya Benny ketika Andini berdiri dari kursi meja makan.
“Kekamar, memangnya kenapa?” Tanya Andini heran.
“Beneran memangnya kamu mau pergi ketempat temanmu?” Tanya Benny berpikir kalau Andini berbohong.
“Temen apa Pacar? kenalin dong sama Papi,” pinta Benny, bagaimanapun dia tetap seorang ayah ikatan batinnya dengan seorang anak tetap ada.
Andini menghentikan langkahnya, lalu berjalan balik menuju ayahnya dan duduk dipangkuan sang ayah, sama persis ketika kecil, jika di pagi hari sebelum Benni berangkat kerja sang istri akan menaruh andini di pangkuan sang ayah hingga Andini kelas 3 sekolah dasar dia terbiasa melakukan itu, namun ketika ibunya tiada semua berubah, ayahnya menjadi pemurung dan cepat marah dan dia akan pergi pagi dan pulang ketika Andini sudah terlelap tidur , hingga kemarin ketika dia meminta ayahnya untuk datang ke acara wisuda kelulusannya, ayahnya lupa malah membuat janji dengan rekan kerjanya hal itu tentu saja membuat Andini kecewa.
“Papi ingat tidak dulu aku sering seperti ini sebelum pergi sekolah?” Ujar Andini sambil memandang ayahnya
“Hahaha tentu saja Papi ingat sayang,” ujar Benny sambil membelai rambut putrinya.
“Tapi tidak seberat ini kan?” Ujar Andini kembali bertanya, Benny terkekeh.
“Ya tentu saja tidak, karena kau sudah menjadi gadis remaja,”ujar Benny lagi.
“Bukan gadis remaja lagi Papi, tapi aku sudah dewasa, tiga bulan lagi aku berumur 19 tahun jadi wajarkan kalau aku punya pacar?” Ujar Andini yang membuat Benny terdiam memandang wajah putrinya yang lebih banyak miripnya dengan dia daripada sang istri.
“Sekarang aku mungkin masih bisa duduk di pangkuan papi, tapi 3 atau 4 tahun kedepan mungkin juga akan ada orang lain yang memangkuku seperti ini, yaitu suamiku, jadi maaf kalau Papi Akan kehilangan momen seperti ini,”ujar Andini melingkarkan tanganya di tubuh sang ayah lalu memeluknya, tak terasa air mata Benny menetes, putrinya sudah dewasa bukan anak kecil lagi dan ia kehilangan momen masa kecil dan remajanya hanya karena keegoisan dirinya sendiri dan jangan pernah salahkan Andini jika suatu saat Andini lebih memilih pergi mengikuti suaminya dari pada bersamanya.
“Maafkan Papi An, maafkan Papi,” Benny menangis dan ini untuk pertama kalinya ayahnya menangis padahal ketika sang istri pergi untuk selama-lamanya Benny terlihat tegar walaupun entah jika dia sedang sendiri.
“Andini sudah maafin Papi kok dari setiap Papi ingkar janji, karena Mbok Isah dan pak Maman tidak pernah mengajarkan Andini menjadi pendendam, maaf kalau Andini sering mengajak Papi bertengkar dan merajuk,” ujar Andini lagi membuat Benny memeluk erat putri semata wayangnya itu.
“Papi berhutang banyak pada Mbok isah dan Pak Maman dan Papi juga beruntung memiliki mereka yang sudah mendidikmu dengan baik,” ujar Benny memandang wajah putrinya.
“Kalau kata Mbok Isah aku baik karena memiliki Papi dan Mami yang baik juga,”ujar Andini tersenyum.
“Papi main golf gih sana, Andini mau pacaran dulu,” ujar Andini sambil berdiri dari pangkuan sang ayah.
“Kamu gak pengen kenalin pacar kamu sama Papi?” Tanya Benny merajuk.
“Nanti kalau Aku sudah yakin, kalau dia bisa menggantikan kedudukan Papi maka aku akan mengenalkan pada Papi,” ujar Andini sambil tersenyum.
“Baiklah kalau begitu, tapi kamu janji bisa jaga diri dengan baik ya?” pinta Benny sambil tersenyum.
“Siap Papi, kalau dia macam-macam berarti dia bukan orang yang bisa menggantikan kedudukan Papi,”ujar Andini kembali memeluk Benny.
“Andini sayang Papi,” ujarnya masih dalam pelukan Benny.
“Papi juga sayang sama Andini,” ujarnya sambil mengelus rambut putri.
“Ya sudah, Andini mau siap-siap, Pak Maman… nanti antar aku ya?” Ujar Andini pada supirnya itu.
“Kenapa gak Papi aja yang antar, sekalian Papi main golf?” Ujar Benny menawarkan diri.
“Gak ah, nanti Papi kepo lagi hehehe,” ujar Andini meledek ayahnya.
“Bukan gitu sih Pi, mobil Papi kan bagus dan muahall, aku gak mau pacaran sama orang karena dia melihat aku anak siapa, tapi aku mau punya pacar karena dia mencintaiku dari sini,” ujar Andini menunjuk dada ayahnya.
“Baiklah kalau begitu, Papi percaya padamu,” ujar Benny lalu mengecup kening putrinya itu.
“Papi juga jangan dirumah, main golf aja sana gih, siapa tau ketemu calon mami yang cantik dan baik hati,” ujar Andini tertawa lalu berlari menuju tangga menaiki setapak demi setapak untuk menuju kamarnya, entah mengapa hatinya merasa damai dan lega.
“Kok ke gedung perkantoran Non, gak janjian ketemu di Mall gitu?”ujar Maman ketika melihat gedung yang ada didepanny adalah gedung perkantoran bukan Mall seperti biasa jika Andini bertemu dengan teman-temannya.
“Ini kantor pacarku Pak, dia ada kerjaan yang harus diselesaikan, jadi kami gak bisa kencan di mall sebagai gantinya kami kencan disini saja, calon istri yang baik kan harus berusaha memahami kesibukan suaminya Pak, bukan begitu?” Perkataan Andini membuat Maman terkekeh.
“Non sudah dewasa ternyata, baiklah bapak mengerti Non, yang penting Non jaga diri dengan baik ya, orang dihargai jika dia bisa menghargai dirinya sendiri,” ujar Maman tersenyum.
“Terima kasih Pak sudah mengingatkan saya, saya akan selalu ingat Pak yang bapak katakan,” Andini lalu keluar dari mobil sambil kembali mengucapkan terima kasih.
“Aku sudah di lobi Mas,” andini mengirim pesan pada Levin.
“Tunggu sebentar aku akan turun,” ujar Levin lalu berjalan keluar ruangannya. Walaupun hari sabtu suasana di kantor Levin lumayan ramai, masih ada yang bekerja karena ada bagian operator yang harus bekerja shift melayani customer jika mengalami permasalahan dengan. Jaringan internetnya.
“Selamat siang Nona ada yang bisa aku bantu?” Ujar seorang sekuriti menghampiri Andini.
“Saya mau bertemu Pak Levin,” ujar Andini tersenyum ramah.
“Sudah buat janji?” Tanyanya lagi.
“Sudah,” kembali Andini menjawab.
“Kalau begitu silahkan ke resepsionis dulu mbak,” ujarnya sambil menunjuk meja panjang dengan tiga orang berdiri disana menyambut tamu yang datang.
Namun pintu lift terbuka bersamaan dengan Levin yang keluar dari dalamnya.
“Andini,” panggil Levin yang membuat tubuh tinggi semampai itu memalingkan tubuhnya ke arah suara yang sangat ia kenal.
“Tidak perlu ke resepsionis, ayo ke ruanganku,”ajak Levin sambil mengambil tangan andini untuk dia genggam.
“Oh iya silahkan,” ujar petugas resepsionis sambil memandang ke arah mereka. Beberapa orang berbisik, tidak pernah dia melihat Levin menyambut langsung tamu wanita, bahkan jika bukan urusan bisnis dan memiliki janji dengannya petugas dilarang mengizinkan mereka masuk.
“Siapa dia? Apakah dia kekasih Pak Levin wah cantik sekali,” ujar karyawan yang kebetulan berada disana.
“Spek bidadari, apalah atuh kita cuma remahan rengginang,” ujarnya sambil tertawa.
“Untuk Mbak aya gak ada kalau ada bisa nangis guling-guling dia hahaha,” ujarnya merasa puas karena Anya selalu yakin kalau Levin menyukainya dan akan menjadikan dirinya sebagai istri. Karena kesibukan Levin maka pernikahan mereka ditunda. Dia berani mengatakan itu karena Levin pernah membawanya kerumah sakit, akibat tidak sarapan sehingga dia pingsan. Hal ini dilakukan oleh Levin karena semua karyawan sibuk dan Anya yang dalam kondisi tidak fit memaksakan diri untuk masuk, jadilah terpaksa Levin membawa kerumah sakit karena jika terjadi apa-apa dia malah repot nantinya. Oleh karena itu Anya berpikir tidak ada perempuan yang diperlakukan istimewa oleh Levin kecuali dirinya, itu dia yakin kalau bosnya itu mencintainya dan sedang mencari waktu yang tepat untuk melamarnya. Walaupun gosip itu menyebar dengan cepat namun tidak ada satupun yang percaya kecuali teman-teman dekat Anya.
“Aku pikir jika weekend seperti ini kantormu sepi mas? ternyata masih rame juga,” ujar Andini ketika mereka sudah masuk ke dalam lift.
“Namanya juga perusahaan pelayanan, weekend tetap saja ramai terutama untuk bagian operator dan juga customer service karena kita harus melayani mereka 24 jam dan mereka bekerja secara shift-shift an,” ujar Levin menjelaskan.
“ Oh begitu,” ujar Andini mengerti Kalau pekerjaan kekasihnya itu liburnya bisa kapan saja tidak harus setiap weekend.
“Betul sekali sayang, jadi aku bisa libur tidak harus di hari Sabtu. Tapi aku janji akan selalu berusaha untuk memberikan waktu untukmu,” ujar Levin Lalu mereka keluar dari lift
Beberapa karyawan yang berada di balik ruangan berkaca melihat ke arah datangnya Levin beserta Andini, mereka sangat penasaran dengan wanita yang datang dengan Bos besarnya itu.
“Jadi ini yang membuat bosku tidak konsentrasi ketika berada di London?” ujar Ayu begitu Levin dan Andini hendak masuk ke ruangannya.
“Sudah sana kembali bekerja. Jangan menggangguku,” ujar Levin sambil mendorong pundak Ayu pelan, lalu dia kembali berjalan sambil menggenggam tangan Andini.
“Cantik, namaku Ayu. Jika pacarmu itu macam-macam laporkan saja padaku, nanti aku yang akan memberi pelajaran padanya,” ujar Ayu Sambil tertawa membuat Levin mengacungkan tinjunya ke arah Ayu, namun Ayu malah tertawa lalu kembali masuk ke ruangannya.
“Tadi siapa Mas?” tanya Andini karena sepertinya antara Ayu dan Levin Tidak ada batas.
“Dia itu sahabatku sejak SMA, orangnya memang seperti itu tapi pekerjaannya bisa diandalkan, walaupun terkadang dia sangat menyebalkan,” ujar Levin menceritakan tentang sosok Ayu.
“Jangan memandangku seperti itu baby, aku tidak pernah jatuh cinta dengan makhluk aneh tersebut dan bisa-bisa sahabatku akan mengamuk kalau istrinya berani aku ganggu,” ujar Levin yang membuat Andini langsung membulatkan mulutnya mengerti mengapa Levin sangat dekat dengan Ayu.
Levin lalu menutup pintu ruangannya dan menghampiri Andini yang masih berdiri lalu dia memeluknya.
“Sehari saja mas tidak bertemu denganmu, rasanya kangen banget,” ujar Levin kemudian Andini membalas pelukannya, rasanya sangat nyaman sama dengan halnya ketika tadi pagi ayahnya memeluk dirinya, bahkan tadi pagi pelukan ayahnya sama dengan Levin saat ini, yang berbeda jika bertemu Levin perasaannya selalu campur aduk, hatinya selalu bergetar dan terasa dag dig dug.
Terkadang perutnya juga merasa menjadi sangat mulas, padahal dia sama sekali tidak sedang sakit perut, sementara dengan ayahnya dia merasa menemukan kenyamanan dan juga merasa aman. Andini berharap Levin bisa menggantikan posisi ayahnya walaupun Benny dulu sempat mengabaikannya dia tahu kalau ayahnya sebenarnya sangat menyayanginya, seperti apapun yang diinginkan oleh Andini, Benny akan selalu memenuhinya.