NovelToon NovelToon
Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Dijodohkan Orang Tua / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:314
Nilai: 5
Nama Author: chayra

zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.

Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.

Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 12

Albian kembali melanjutkan langkahnya setelah selesai bicara. Ia terlihat begitu acuh pada Brigita kali ini, padahal biasanya gadis itu selalu menempel dengannya. Pulang pun albian yang mengantarkannya.

Kedua tangan Brigita terkepal kuat. Dadanya naik turun setiap kali memikirkan pernikahan albian dengan ziara yang berhasil membuat sikap pemuda itu berubah drastis padanya.

“Kayaknya gue harus cari cara yang lebih lembut,” gumamnya yang masih setia menatap punggung albian yang semakin menjauh.

Sesampainya area parkiran fakultas yang saat itu cukup ramai dengan para mahasiswa yang juga berniat pulang, albian berjalan cepat ke arah motor sport-nya sambil sesekali melemparkan kuncinya. Tiba-tiba kunci motornya terjatuh saat pandangannya mendadak fokus ke arah pemuda berkaos hitam yang tengah berjalan mendekat. Siapa lagi kalau bukan vino?

Tatapannya menyorot tajam vino yang tersenyum angkuh. Sudah bisa ditebak untuk apa senyuman itu diperlihatkan. Tentu karena kemenangan vino dari albian yang pertama kalinya tadi.

Setelah berkali-kali kalah dari albian dan dianggap pecundang, akhirnya ada kesempatan membuat albian merasa terkalahkan.

“Pake kaos aja gak panas tuh? Kasian. Salah sendiri jaketnya dipinjem-pinjemin. Sekarang terima nasib panas-panasan,” sindir albian sambil menunduk mengambil kunci motornya yang jatuh.

Vino tersenyum miring. “Gue gak kepanasan kok. Justru kalo pake jaket malah panas banget. Mendingan gue pinjemin jaket gue buat ziara. Lo sendiri ngapain tadi sok-sokan mau minjemin jaket juga? Bukannya lo benci banget sama dia?”

“Terserah gue dong. Jaket juga jaket gue. Mau gue kasih pinjem sama siapa aja terserah gue lah,” sungut albian sambil berkacak pinggang. “Lo suka ya sama tuh cewek?” tanyanya.

Senyuman vino kembali mengembang. “Terserah gue mau suka sama zia atau enggak. Lo gak usah ikut campur! Mending lo urus tuh cewek lo yang mirip bule nyasar itu.

Jangan kebiasaan gangguin orang! Kalo sekali lagi gue tau Brigita gangguin ziara, bukan Cuma air es yang gue siramin ke mukanya, tapi gue ambilin air comberan sekalian.”

Mata albian terbelalak mendengarnya.

Tak biasanya vino begitu memperhatikan orang lain. Apalagi kali ini seorang gadis.

Di mata albian, vino itu cowok brengsek yang Cuma bisa nge-bully orang yang lebih lemah dari dia.

Kenangan saat albain masih duduk di bangku SMP, sampai hari ini masih melekat kuat di ingatan albian. Bagaimana kejamnya vino dan teman-temannya membully albian yang saat itu bertubuh gendut dan payah hingga dipenuhi luka lebam setiap harinya tak pernah bisa albian lupakan. Dan saat itu lah permusuhan diantara mereka dimulai.

“Gue gak akan biarin lo kalahin gue, apalagi ngerebut yang udah jadi milik gue. Dulu lo emang lebih unggul dari gue, tapi sekarang lo yang ada di bawah gue,” gumam albian sambil menatap kepergian Davino dengan tatapan setajam elang.

Setelah beristirahat sebentar begitu sampai di rumah, ziara yang baru saja menerima telepon dari diana kalau malam ini Mama mertuanya itu lembur kerja hingga malam, memutuskan membantu memasak untuk makan malam.

"Ya Allah, hamba yakin engkau lebih tahu yang terbaik untuk hamba. Meski berat, tapi hamba berusaha ikhlas menerima takdir yang engkau berikan. Hamba yakin, engkau punya rencana yang jauh lebih indah nanti. Hamba akan sabar menunggu hari itu tiba."

Ziara mengusap wajahnya dengan kedua tangan setelah berdoa. Tanpa ia sadari, albian sudah duduk di tepi ranjang memperhatikannya sejak ia masih sholat.

"Udah sholatnya?" tanya albian setelah pandangannya bertemu dengan ziara.

Ziara menganggukan kepalanya pelan. "Udah, bian," jawabnya. "Kamu baru pulang? Udah sholat ashar belum?" tanya ziara melihat tas ransel albian yang masih menggantung di pundak.

"Menurut lo gimana? Gue baru aja sampe rumah, capek," jawab albian ngegas. Pemuda itu masih kesal pada ziara perihal jaket tadi siang. "Gimana tadi pake jaketnya vino?

Bau apek pasti kan?" Ia melepaskan tas ranselnya, lalu dilempar asal ke atas ranjang. Bibirnya cemberut mirip anak kecil minta dibelikan jajan.

Ziara yang tengah mengenakan cadar tak bisa menahan senyuman melihat wajah lucu albian yang tengah kesal. "Kamu masih marah gara-gara jaket tadi ya?" tanyanya sambil berbalik badan.

Tubuh albian seketika mematung melihat senyuman manis ziara untuk pertama kalinya. Diam saja gadis itu terlihat cantik, apalagi saat tersenyum, bukan cuma cantik tapi juga sangat manis.

"U-dah tau masih pake nanya lagi," jawab albian terbata saking gugupnya.

Buru-buru albian bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi sebagai tempat pelariannya. Saking tergesa-gesanya pemuda itu sampai terpeleset saat memasuki kamar mandinya.

Ziara terlonjak kaget mendengar bunyi gedebuk dari arah kamar mandi. Ia segera berlari melihat dan menemukan albian yang sudah tengkurap sambil mencium lantai.

"Bian... Kamu gapapa?" tanya ziara panik dan membantu albian berdiri. Bau apek pasti kan?" Ia melepaskan tas ranselnya, lalu dilempar asal ke atas ranjang. Bibirnya cemberut mirip anak kecil minta dibelikan jajan.

Ziara yang tengah mengenakan cadar tak bisa menahan senyuman melihat wajah lucu albian yang tengah kesal. "Kamu masih marah gara-gara jaket tadi ya?" tanyanya sambil berbalik badan.

Tubuh albian seketika mematung melihat senyuman manis ziara untuk pertama kalinya. Diam saja gadis itu terlihat cantik, apalagi saat tersenyum, bukan cuma cantik tapi juga sangat manis.

"U-dah tau masih pake nanya lagi," jawab Alzian terbata saking gugupnya.

Buru-buru albian bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi sebagai tempat pelariannya. Saking tergesa-gesanya pemuda itu sampai terpeleset saat memasuki kamar mandinya.

Ziara terlonjak kaget mendengar bunyi gedebuk dari arah kamar mandi. Ia segera berlari melihat dan menemukan Alzian yang sudah tengkurap sambil mencium lantai.

"Zian... Kamu gapapa?" tanya ziara panik dan membantu albian berdiri.

“Remuk gini badan gue masih bisa ditanyain gapapa.” Pemuda itu menoleh ke samping, melihat wajah cantik ziara dengan jarak begitu dekat. “Astaga, jantung gue!” Tangannya memegangi dadanya, merasakan jantungnya yang seperti akan melompat.

“Kenapa jantungnya? Kebentur lantai ya?” tanya ziara panik.

Albian buru-buru menjauhkan dirinya dari ziara, kemudian bergegas keluar dari kamarnya secepat kilat sehingga membuat ziara makin bingung melihat sikapnya yang tidak bisa ditebak. Pemuda itu makin salah tingkah hingga memilih kabur dari sana.

“Katanya tadi jantungnya sakit. Kok malah lari-lari?” gumam ziara heran.

Semua makanan untuk makan malam nanti sudah siap dan tertata rapi di atas meja makan. Ziara membantu Bi Asih memasak hingga tangan kirinya terkena cipratan minyak saat menggoreng ayam tadi.

Tak lama kemudian albian turun dengan pakaian santai dan rambutnya yang masih terlihat basah. Bisa ditebak kalau pemuda itu baru saja selesai mandi.

Ziara tersenyum dibalik cadarnya melihat Alzian yang tengah memperhatikan semua hidangan makan malam yang sudah ziara dan Bi Asih siapkan.

“Bi Asih yang masak semua ini?” tanya albian menunjuk semua lauk di atas meja.

“Bukan, Den. Bibi Cuma bantu-bantu tadi. Sebagian besar dikerjakan sama Non zia,” jawab Bi Asih senyum-senyum.

Albian mengangguk-anggukan kepala.

“Kirain gak bisa masak. Lumayan juga masakan kamu. Keliatan menarik. Tapi gak tau juga rasanya enak atau enggak.”

“Dicoba dulu dong, Den. Masakan istri sendiri pasti lebih enak rasanya,” sahut Bi Asih masih setia dengan senyuman yang cerah.

Melihat albian mengambil piring untuk mencoba masakannya, ziara jadi gugup. Ia takut rasa masakan buatannya kurang cocok di lidah albian.

“albian...” Suara panggilan itu menggema dari ruang tamu. Bahkan derap langkah kakinya pun semakin mendekat.

Albian yang sudah mengambil sepotong ayam langsung menoleh cepat ke sumber suara. Lalu menatap ziara yang berdiri di sampingnya.

“Siapa yang datang?” tanya ziara. “Biar aku sembunyi aja ya,” sambungnya.”

Belum sempat albian memberikan jawaban, orang itu sudah lebih dulu tiba di sana.

“Loh... Lagi ada acara makan-makan ya?”

1
shora_ryuuka shoyo
Wow, luar biasa!
Raquel Leal Sánchez
Membuat saya terharu
y0urdr3amb0y
Ayo thor, jangan bikin pembaca kecewa, update sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!