NovelToon NovelToon
Berjaya Setelah Terluka

Berjaya Setelah Terluka

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kebangkitan pecundang / Persahabatan / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Demi menikahi wanita yang dicintainya, Arhan Sanjaya mengorbankan segalanya, bahkan rela berhutang banyak dan memenuhi semua keinginan calon mertuanya. Terbelenggu hutang, Arhan nekat bekerja di negeri seberang. Namun, setelah dua tahun pengorbanan, ia justru dikhianati oleh istri dengan pria yang tak pernah dia sangka.

Kenyataan pahit itu membuat Arhan gelap mata. Amarah yang meledak justru membuatnya mendekam di balik jeruji besi, merenggut kebebasannya dan semua yang ia miliki.

Terperangkap dalam kegelapan, akankah Arhan menjadi pecundang yang hanya bisa menangisi nasib? Atau ia akan bangkit dari keterpurukan, membalaskan rasa sakitnya, dan menunjukkan kepada dunia bahwa orang yang terbuang pun bisa menjadi pemenang?

Karya ini berkolaborasi spesial dengan author Moms TZ.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Keraguan Nurmala

.

Setelah keluar dari warung Arhan, Fadil melampiaskan amarahnya pada Nurmala.

"Kamu ini kenapa sih, Nur? Kok malah bengong gitu lihat si Arhan tadi? Kamu masih ada rasa sama dia?" bentak Fadil ketika mereka telah sampai di restoran. Fadil menghempaskan bobot tubuhnya di atas kursi ruang kerjanya dengan Nurmala. Pria itu menatap ke arah Nurmala dengan raut tidak suka.

Nurmala terkejut mendengar tuduhan Fadil. "Apa sih, Mas? Aku cuma kaget aja lihat dia. Aku juga kesal kenapa dia membuka warung di dekat dengan restoran kita."

Nurmala ikut duduk sambil memalingkan wajahnya, selalu berpura-pura bermain HP. Yang sebenarnya dia merasakan sesuatu yang lain ketika melihat Arhan saat ini. Mantan suaminya itu terlihat lebih dewasa dan lebih gagah dari saat masih menjadi suaminya.

"Benar hanya itu?" potong Fadil curiga. Sejak awal Nurmala adalah pacarnya. Dia menyuruh wanita itu mendekati arahan dengan satu alasan yang tak diketahui oleh Nurmala. Dia tidak rela jika Nurmala benar-benar menyukai Arhan.

"Sudah, Mas. Jangan bahas itu lagi. Aku capek," jawab Nurmala sambil memalingkan wajah ke jendela.

"Capek? Kamu capek aku lebih capek, Nur! Restoran kita makin sepi gara-gara dia! Kamu nggak lihat apa?"

"Aku lihat, Mas. Tapi kita bisa apa?“ balas Nurmala yang suaranya mulai meninggi.

"Aku jadi penasaran,” ucap Fadil sambil mengetuk-ngetuk janggutnya. "Apa yang membuat warung sekecil itu bisa ramai? Apa jangan-jangan dia pakai penglaris!"

Nurmala terbengong, sedetik kemudian tertawa tergelak. "Helloooo… serius ini kamu yang ngomong seperti itu, Mas? Ini zaman modern loh. Dan kamu masih percaya dengan hal-hal seperti itu? Jangan ngaco deh!"

Nurmala menggelengkan kepala tak habis pikir dengan pria yang kini telah menjadi suaminya, walaupun mereka menikah secara siri.

Fadil terdiam. Ia juga tak tahu apakah pemikirannya itu benar atau salah. Tapi tetap saja ia curiga Bagaimana mungkin warung sekecil itu yang tidak sebanding dengan restoran yang saat ini ya kelola bisa seramai itu.

*

Sementara itu, di warungnya, Arhan sedang berbincang dengan Budi.

“Ngapain dua cecunguk itu datang kemari?" tanya Budi yang masih berkacak pinggang. Pria itu kebetulan datang ke warung tadi bersama dengan Laras sepulang kerja, tapi Laras sudah pulang sebelum kedatangan Fadil dan Nurmala

"Nggak tahu juga aku," jawab Arhan. “Aku aja tadi juga sempat kaget pas ngelihat mereka. Tapi kalau menurut pemikiranku mungkin mereka datang ke sini untuk menyelidiki warung ini.”

Budi mengangguk. "Mungkin juga sih," ucapnya. “Yang aku tahu belakangan ini restoran mereka memang sepi. Apa jangan-jangan mereka punya niat lain ya, datang ke sini?”

Arahan membuang nafas kasar. “Biar saja, aku nggak takut. Aku siap bersaing secara sehat," jawabnya nada percaya diri.

"Bagus! Aku dukung kamu, Han. Aku yakin kamu bisa mengalahkan mereka," kata Budi sambil menepuk pundak Arhan. "Walaupun aku nggak yakin mereka akan menggunakan cara sehat juga,” lanjutnya.

"Apapun itu, aku siap menghadapinya! Makasih, ya, Bud. Tanpa dukungan kamu, aku nggak akan bisa sampai di sini," balas Arhan dengan senyum tulus.

"Santai aja, Han. Kita kan sahabat," kata Budi.

*

*

Malam telah tiba, Nurmala masih termenung di kamarnya. Fadil pergi entah ke mana. Dan entah kenapa ia juga mulai tak peduli.

"Apa aku sudah salah pilih, ya? Apa seharusnya aku tidak mengkhianati Arhan," gumamnya dalam hati.

Ia mulai mengingat masa lalu, saat ia dan Arhan masih bersama. Arhan adalah seorang pria yang sangat rajin bekerja dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya. Jika Arhan diberi kesempatan, Arhan pasti bisa sukses. Terbukti selama dua tahun di Korea, hutang bank mereka lunas, dan bisa merenovasi rumah. Selain itu semua uang Arhan utuh diberikan padanya.

"Mungkin saja Arhan akan sukses. Dia kan memang orang yang selalu punya kemauan kuat," pikir Nurmala.

"Kalau Arhan sukses, aku akan memikirkan untuk kembali padanya. Aku bisa hidup enak lagi. Aku bisa punya mobil mewah, rumah mewah, dan semua yang aku inginkan," pikir Nurmala dengan mata berbinar.

"Tapi,,,” wanita itu mengusap perutnya. "Bagaimana dengan anak ini? Ini kan anaknya Fadil? Apa Arhan mau menerimanya? Ah gampang. Tinggal berikan saja pada Fadil begitu dia lahir.”

Ia terus berpikir dan merenung hingga akhirnya ia tertidur dengan membawa impiannya yang setinggi langit. Ia bahkan tersenyum dalam tidurnya.

*

Matahari bersinar cerah menyambut Arhan pagi itu. Dengan mengendarai mobil milik Budi ia mengambil barang-barang yang telah dipesannya.

Arhan kini telah memiliki pedagang langganan sendiri, sehingga tidak perlu lagi repot-repot mengantri dengan pembeli lainnya. Sebelum ke pasar dia telah lebih dulu mengirim pesan yang bertuliskan keperluannya kepada beberapa pedagang yang menjadi langganannya.

Dengan cara ini, Arhan bisa menggunakan waktunya dengan efektif dan seefisien mungkin.

"Sudah pulang, Han?” tanya Budi yang sedang berolahraga di halaman.

"Iya, Bud. Enak juga kalau sudah punya langganan seperti ini. Jadi, aku tinggal kirim pesan ke mereka, lalu datang ke sana untuk mengambilnya," jawab Arhan.

"Ya sudah, sarapan dulu sana! Aku bikin nasi goreng telur ceplok tadi.”

"Makasih, ya, brow," ucap Arhan seraya mengedipkan matanya menggoda sahabatnya.

“Ihh, jijay. Aku masih normal, Han.” Budi bergidik.

Arhan tertawa tergelak sambil memegangi perutnya.

Dengan cekatan, dia menurunkan beberapa plastik kontainer dari mobil Budi yang telah dengan sengaja dilepas kursinya agar muat banyak barang. Arhan selalu menggunakan kontainer, agar air ataupun darah dari ayam dan ikan tidak mengotori jok.

Budi langsung turun tangan membantu sahabatnya itu, menurunkan barang-barang dari mobil.

“Oh, iya, Han. Ada yang aku lupa kemarin," ucap Budi ketika mereka selesai menurunkan belanjaan.

"Ada apa Bud?" tanya Arhan tanpa menoleh. Ia sibuk mencuci ayam yang telah dipotong-potong dan ikan yang harus dibersihkan dari semua kotoran.

"Begini, Han. Ada dua orang OB di kantor tempatku bekerja. Dan perusahaan tidak melanjutkan kontrak kerja mereka karena sedang memangkas anggaran.”

Arhan menoleh. Dua OB yang terpaksa dirumahkan? Kenapa Budi menceritakan itu padanya?

"Apa kamu mau menerima mereka kerja di warungmu?" tanya Budi penuh harap karena dia merasa kasihan kepada dua OB itu.

Arhan mengerjapkan matanya bingung. Menerima OB sebagai pekerja?

“Aku lihat warungmu semakin ramai. Sepertinya sudah waktunya kamu mencari orang untuk membantumu agar kamu tidak kewalahan," lanjut Budi.

Arhan termenung. Apa memang sudah saatnya dia mempekerjakan seseorang untuk membantunya?

1
RMQ
cerita ini diawal memang bagus, saya tunggu sampai tamat dlu baru baca🤭🤭🤭
〈⎳ FT. Zira
pikiran orang yg gak mau usaha ya gini🤧
Hasanah Purwokerto
Bagus bgt filosofinya mam...👍👍👍👍
Hasanah Purwokerto
Kasiaaaannnn...Fadil...umpanmu tdak termakan...hahahahaaaaa
Hasanah Purwokerto
Sudah benar apa yg kamu lakukan Arhan,,tidak ada gunanya mempertahankan wanita seperti Nurmala...
Hasanah Purwokerto
skak mat...
Hasanah Purwokerto
Cinta yg membabi buta,,jika terluka bs menjadi benci yg membabi buta juga..
Hasanah Purwokerto
Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..
Sunaryati
Wah dengan adanya ibu dan adik kamu mungkin menambah lariis warungmu, karena masakan ibumu
Hasanah Purwokerto
Betul kata pak tua..yuk bangkit yuk..kamu bisa Ar...💪💪💪💪
Hasanah Purwokerto
Ini orang berdua ya,.bukannya sadar diri malah menjadi jadi..
Hasanah Purwokerto
Smg karma segera datang pd kalian..
Hasanah Purwokerto
Ga akan pernah..justru kamu yg akan menangis dan memgemis di bawah kaki nya Arhan...
Hasanah Purwokerto
Yang sabar,,yg kuat ya Ar...
Gusti mboten sare...
Hasanah Purwokerto
Kok ky penjahat kelas kakap aja,,cm diinterogasi masa tangannya diborgol kebelakang begitu..
Hasanah Purwokerto
Cn Arhan punya bukti perselingkuhan mereka ya,,minimal sblm dihajar udah di poto dl...
Hasanah Purwokerto
Bener" uedaaaannn....
orang tua macam apa seperti itu...
Hasanah Purwokerto
Oalah...wong tuo kucluk...
membiarkan anaknya melakukan dosa...🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Hasanah Purwokerto
Arhan patah hati sepatah patahnyaaaaa
Hasanah Purwokerto
Kli memang wanita terhormat,,apapun yg terjadi,,selama ditinggal suami ya akan menjaga kehormatannya...
bukan malah menyalahkan org lain..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!