Agam menyusup ke dalam organisasi rahasia bernama Oscuro. Sebuah organisasi yang banyak menyimpan rahasia negara-negara dan juga memiliki bisnis perdagangan senjata.
Pria itu harus berpacu dengan waktu untuk menemukan senjata pemusnah masal yang membahayakan dunia. Apalagi salah satu target penyerangan adalah negaranya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Sulit
“Aku mau kamu membunuh Perdana Menteri Inggris.”
“Apa? Siapa yang menginginkan kematiannya?”
“Aku tidak bisa membocorkan. Kamu tahu kalau kerahasiaan klien kita harus terjaga.”
“Kenapa harus aku?”
“Anggap saja itu sebagai penebusan karena sebelumnya kamu gagal menjalankan tugas yang kuberikan.”
Ilsa hanya bisa menghela nafas panjang. Dia memang pernah mengecewakan Ortega. Kala itu Ilsa ditugaskan untuk membunuh sebuah keluarga kerajaan Qatar. Ilsa membatalkan eksekusi karena melihat kedatangan anak dari targetnya. Dan di saat bersamaan para penjaga targetnya muncul lalu membawanya pergi. Ortega menganggap kalau misi itu bocor dan Ilsa yang membocorkannya. Karenanya Ortega tidak mempercayainya lagi. Sekarang sepertinya pria itu tengah mengujinya. Memastikan kecurigaannya benar atau salah kalau Ilsa adalah seorang mata-mata yang menyusup ke Oscuro.
“Di mana aku harus membunuhnya?”
“Tiga hari lagi Perdana Menteri akan berkunjung ke Manchester. Dia berada di sana untuk menghadiri pertemuan dengan beberapa pengusaha di sana. Saat dia memberikan sambutannya, kamu harus membunuhnya.”
“Baiklah. Di mana lokasi tepatnya.”
“Hotel Grand Luxury.”
“Oke.”
“Dan Ilsa, aku tidak mau kamu gagal lagi.”
Tidak ada reaksi apapun dari Ilsa. Wanita itu bergegas meninggalkan ruangan Ortega. Tak berapa lama kemudian Jerry menyusul masuk. Pria itu juga dipanggil oleh Ortega.
“Aku mau kamu berangkat ke Manchester. Aku menugaskan Ilsa membunuh Perdana Menteri Inggris. Kalau dia tidak bisa melaksanakan tugasnya, bunuh dia.”
“Baik.”
Selesai berbicara dengan Jerry, Ortega menghubungi Fellipe. Meminta pria itu mencari Agam lalu diminta ke ruangannya. Sepuluh menit kemudian Agam muncul. Ortega mempersilakan pria itu untuk duduk.
“Aku akan berangkat ke Manchester untuk mengurus bisnis. Aku akan berangkat dengan Ayumi. Aku minta kamu menemani ku ke sana.”
“Baiklah. Kapan kita berangkat?”
“Lusa. Besok kamu kawal Fellipe ke Abu Hamad. Sudah waktunya mengambil bahan logistik.”
Hanya anggukan kepala yang diberikan Agam. Setelah tak ada yang perlu dibicarakan, pria itu keluar dari ruangan Ortega.
***
Malam cukup larut ketika Agam kembali ke kamarnya. Oscuro memang memberikan setiap anggotanya kamar untuk ditempati sendiri. Hanya saja kamar mandi tetap berada di luar. Agam mengambil tasnya lalu mengeluarkan sebuah ponsel yang disimpan di dalam kaleng permen. Ponsel ditaruh di bagian bawah dan lolos dari pemeriksaan ketika pertama kali pria itu masuk ke Oscuro.
Ponsel itu digunakan untuk menghubungi Zyan atau Armin. Jika berada di markas Oscuro, Agam hanya mengirimkan pesan saja agar tidak ada kecurigaan. Itu pun dilakukan pada malam hari, di saat dirinya sudah berada di dalam kamar, seperti sekarang. Agam tengah mendengarkan hasil sadapannya seharian ini.
Usai mendengarkan semua pembicaran yang berhasil disadap dan otomatis terekam di ponsel Agam, pria itu segera mengirimkan pesan pada Zyan. Selain pada Zyan, dia juga mengirimkan pesan pada Armin.
[Malam Kolonel, Oscuro ada niatan melakukan pembunuhan pada PM Inggris. Rencana akan dilakukan di Manchester, ketika PM ada kunjungan kerja ke sana. Mohon arahan apa yang harus dilakukan.]
Pandangan Agam tidak lepas dari layar ponselnya. Nampak Zyan tengah mengetik pesan balasan. Tak lama kemudian pesan dari Zyan masuk.
[Pihak British pasti meminta bukti untuk ancaman ini. Kita tidak bisa melakukan apapun untuk mencegahnya. Bertindak saja sesuai situasi di sana. Sebisa mungkin cobalah untuk menggagalkan hal itu tanpa membongkar penyamaran mu.]
[Siap, Kolonel. Apa ada aset di sana yang bisa membantu?]
[Aset kita tidak ada. Tapi aku akan menghubungi kenalan ku. Nanti dia yang akan menghubungi mu.]
[Siap, Kolonel.]
[Tetap berhati-hati dan jaga keselamatan.]
Pertukaran pesan antara Zyan dan Agam berakhir. Kini Agam mengirimkan pesan pada Armin.
[Pak, bisa retas cctv di sekitar hotel Grand Luxury, Manchester. Terutama gedung-gedung di sekitarnya yang memungkinkan sniper melakukan aksinya.]
[Oke. Besok akan aku kirimkan.]
[Mulai besok, bisa tolong pantau kondisi di sana? Bisa kirimkan rekamannya langsung ke hape ku?]
[Oke.]
[Terima kasih, Pak. Salam buat Khanza.]
[Habis misi ini buruan nikah. Atau jangan-jangan kamu nunggu Alya atau Khanza besar?]
[Hahaha.. aku bukan pedofil, Pak.]
[Jangan lupa sambil menjalankan misi, tetap pasang mata, cari jodoh.]
Agam hanya membalas dengan memberikan stiker dengan tanda jempol. Pria itu hanya menggelengkan kepalanya saja membaca pesan terakhir dari Armin. Sudah berulang kali pria itu selalu menanyakan perihal jodohnya.
***
Dua hari kemudian Agam sudah berada di Manchester bersama dengan Ortega dan Ayumi. Ortega perlu membawa Ayumi karena calon konsumen mereka berasal dari Perancis. Dia memerlukan Ayumi sebagai penerjemah. Ilsa dan Jerry juga sudah berangkat ke Manchester secara terpisah. Ilsa tidak tahu kalau Ortega memerintahkan Jerry untuk mengawasinya.
Agam beruntung karena dirinya hanya dijadikan supir saja oleh Ortega. Dengan begitu dia bisa mempelajari situasi di sekitar Hotel Grand Luxury. Armin sudah meretas beberapa kamera cctv yang berada di sekitar hotel. Agam memperhatikan gedung-gedung yang bisa dijadikan tempat untuk Jerry atau Ilsa melakukan eksekusi.
Dari kaca jendela resto, Ortega terus memperhatikan Agam yang tengah serius melihat ponselnya. Diam-diam pria itu meminta Immanuel untuk meretas ponsel Agam. Sebuah pesan masuk ke ponsel Ortega yang berasal dari Immanuelle.
[Dia sedang melihat berita perkembangan politik di negaranya.]
Ortega melihat lagi pada Agam. Pria itu masih serius melihat layar ponselnya. Apa yang dilakukan Agam sejalan dengan yang dilaporkan Immanuelle. Pria itu kembali melanjutkan pembicaraan dengan calon kliennya.
Seorang wanita mengenakan rok mini datang menghampiri Agam dengan membawa nampan. Di atas nampan terdapat beberapa gelas kecil yang berisikan beberapa minuman. Wanita itu menawarkan Agam untuk mencobanya.
“David mengutus ku. Dia sudah melakukan apa yang diminta Zyan. Nama ku Annette.”
“Mario.”
“Ada empat gedung yang bisa digunakan untuk eksekusi.”
“Gedung mana saja?” tanya Agam seraya mengambil salah satu gelas kemudian meminumnya.
“Gedung bercat merah, gedung kantor telekomunikasi, gedung olahraga dan gedung pertunjukkan musik.”
“Bisakah kamu mengawasi keempat gedung itu? Aku akan mengirimkan dua foto. Aku yakin mereka akan mendatangi salah satu gedung itu.”
“Oke, kamu bisa mengirimnya ke nomor ku. Apalagi yang kamu butuhkan?”
“Cake.”
“What cake?”
“Apa saja, yang penting bisa menjangkau lebih jauh.”
“Kemana aku harus mengirimnya?”
“Hotel La Premiere, sewakan kamar di lantai 15 di sebelah timur. Bisa melakukan itu untuk ku?”
“Tentu saja.”
Selesai berbicara, Annette pun bersiap pergi. Sebelumnya dia memberikan kartu namanya pada Agam. Tak lupa dengan bersikap genit seraya mengedipkan matanya. Bahkan ketika pergi, agen wanita itu menyempatkan mencium pipi Agam. Gayung bersambut, Agam pun membalas akting Annette. Dia menepuk bokong wanita itu saat menjauh darinya. Apa yang dilakukan Agam dan Annette diperhatikan oleh Ortega dan Ayumi dari dalam resto.
“Cih, dasar buaya buntung,” gumam Ayumi pelan. Tiba-tiba saja dia merasa kesal melihat sikap genit Agam.
“Well aku pikir dia berbeda. Ternyata dia tetap seorang bajingan,” Ortega tertawa pelan. Setidaknya itulah yang dipikirkan tentang Agam.
***
Semua informasi yang diinginkan Agam sudah dikirimkan oleh Annette. Armin juga terus mengirimkan rekaman cctv di sekitar Hotel Grand Luxury. Jerry dan Ilsa mengambil tempat eksekusi dari empat gedung yang ditunjukkan Annette kemarin. Jerry mengambil gedung pertunjukkan musik, sementara Ilsa mengambil gedung kantor telekomunikasi.
Lima belas menit sebelum eksekusi, Annette kembali menemui Agam. Dia sudah mengatur semua yang diinginkan Agam. Dia datang untuk mengantarkan kunci kamar hotel.
“Kamar 1508.”
“Apa pemerintah mu akan mengambil tindakan?”
“Saat ini masih belum ada perintah. Aku juga tidak tahu alasannya.”
“Ini menyangkut keselamatan Perdana Menteri kalian. Bukankah aneh kalau mereka masih belum melakukan apa-apa?”
“Entahlah. Atasan ku bilang kalau kami masih membutuhkan bukti kongkrit. Aku serahkan semuanya pada mu. Aku tidak bisa membantu mu. Ada tugas yang harus ku lakukan.”
“Oke, thanks.”
“Good luck.”
Annette membalikkan tubuhnya. Ketika hendak pergi, sudut matanya menangkap Ayumi keluar dari lobi hotel. Wanita itu membalikkan tubuhnya lagi lalu mendekati Agam. Tanpa mengatakan apapun, dia langsung mencium bibir Agam. Tidak lama ciuman yang dilakukan olehnya, setelahnya wanita itu langsung pergi.
Sepeninggal Annette, Agam yang hendak masuk ke hotel, melihat Ayumi yang hendak masuk ke dalam. Sekarang dia mengerti kenapa tadi Annette tiba-tiba menciumnya. Sambil berlari kecil Agam mendekati Ayumi yang sudah masuk ke dalam hotel.
“Ayumi, sebentar.”
“Ada apa?”
“Apa kalian masih akan bertemu dengan klien?”
“Ya. tapi tidak lama. Kesepakatan sudah terjadi. Kami hanya tinggal menanda tangani perjanjian saja.”
“Setelah itu kita akan langsung kembali ke markas?”
“Ya.”
“Bisakah kamu mengulur waktu untuk ku?”
“Tidak mau.”
“Ayumi, ayolah. Tolong ulur waktu untuk ku. Berikan aku waktu satu jam atau setengah jam. Please.”
Ayumi hanya berdecak saja. Dalam pikirannya sekarang, pasti Agam memintanya mengulur waktu karena ingin menghabiskan waktu dengan wanita yang dilihatnya tadi. Namun melihat Agam yang terus memohon, akhirnya wanita itu mengalah.
“Baiklah, hanya setengah jam.”
“Oke, terima kasih.”
“Pergilah.”
Agam segera keluar dari lobi hotel. Namun lima menit kemudian dia kembali ke hotel menggunakan pintu lain dan tentunya area yang tidak tertangkap kamera cctv. Pria itu sudah berganti pakaian. Mengenakan pakaian serba hitam dan topi berwarna senada.
Dengan langkah santai Agam berjalan menuju lift, lalu naik ke lantai lima belas. Pria itu sengaja memilih hotel tempatnya beraksi di hotel yang sama tempatnya menginap. Jarak hotel ini dengan hotel Grand Luxury sekitar 1500 meter. Dia segera menuju kamar 1503. Di dalam kamar, tepatnya di depan jendela sudah terpasang senapan runduk.
Agam meneliti senapan runduk yang sudah disiapkan untuknya. Rupanya Annette menyediakan senapan Barret M98B. Senapan ini jenis senapan runduk bolt action yang memiliki jangkauan 1500 meter bahkan lebih. Pria itu memposisikan tubuhnya di belakang senapan runduk. Dia mulai mencari target yang diincarnya.
***
Kira² Ayumi itu agen atau bukan ya?🤔
tepat apa yg di katakan dr Liam..... emangnya ajang pencarian bakat .....disini gk ada senior atw junior.....yg penting sigap , siaga dlm nanganin korban dgn cekatan.....menolong nyawanya biar selamat itu aja .....percuma kalo tingkatannya udah tinggi tp hanya di panjang untuk di banggakan buat apa ...gkda guna /Proud/