Karena pengaruh obat, Atharya sampai menjadikan gadis desa sebagai pelampiasan nafsunya. Tanpa di sadari dia telah menghancurkan masa depan seorang gadis cantik, yaitu Hulya Ramadhani.
Akan kah Hulya ihklas menerima ini semua? Apakah Atharya akan bertanggung jawab?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Gelap Atharya
"Alhamdulillah kembar sepertinya, tapi kita cek lagi nanti setelah 4 bulan, ini vitaminnya_" Dokter Dina menjelaskan panjang lebar pada Hulya dan Athar.
Pasangan pengantin itu mengangguk menuruti perintah dokter Dina. "Terima kasih dok, Alhamdulillah sehat sehat ya dek, anak-anak papah." Ucap Atharya.
Hati Hulya terenyuh melihat suaminya yang mendoakan anak anak mereka. Alana juga berpesan, supaya mereka tak melakukan hubungan dulu karena kondisi kehamilan Hulya.
Dokter Dina menjelaskan tentang kehamilan. Ia juga menjelaskan apa makanan yang harus di hindari selama hamil. Athar dan istrinya mendengarkan dengan seksama.
Selesai dari sana, keduanya kembali pulang. Selama di jalan Hulya tak berhenti tersenyum sambil mengusap ngusap perutnya.
Tangan Athar juga mengusap perut istrinya. "Sehat sehat ya anak anak papah. Mamahnya juga harus sehat, harus happy."
"Iya papah."
-
-
Kini Athar dan istrinya sedang diperjalanan menuju rumah baru mereka. Mereka akan pindah beberapa hari lagi, Athar merenovasi sedikit kamar mereka. Ia juga meminta kamar anaknya tersambung ke kamarnya agar mudah mengawasinya.
Keduanya sudah sampai rumah baru mereka "Ini rumah siapa mas?" Tanya Hulya.
"Rumah kita, ayo turun sayang."
Athar menggenggam tangan sang istri untuk melihat rumah impian mereka. Mata Hulya berbinar ketika melihat rumah itu, jelas saja rumahnya tak kalah mewah dengan punya rumah keluarga suaminya.
"Masya Allah mas, besar sekali. Sama seperti rumah mas."
Athar tersenyum hangat dan membawa istrinya melihat lihat rumah itu. "Mas, pasti aku bakal capek banget bersihinnya." Keluh Hulya.
"Emang siapa yang bakal nyuruh kamu bersihin? Tenang aja, mas udah siapkan pelayan dan supir disini. Kamu hanya perlu melayani mas aja, udah jangan pikir aneh aneh. Ingat kamu lagi hamil, harus happy." Ucap Athar dengan memeluk istrinya.
Hulya sangat terharu atas perlakuan suaminya ini, ternyata memang Athar sangat sangat bertanggung jawab. Disaat mereka sedang mengecek isi rumah, tiba tiba ponsel Athar bergetar.
Panggilan masuk temannya, Raffi "Iya kenapa, Fi?" Tanya Athar.
Athar melirik ke istrinya dan sedikit menjauh dari istrinya. "Jadi udah ketemu siapa dalangnya?"
"Sudah boss, kita bisa eksekusi sekarang, ditempat biasa." Jawab Raffi.
"Oke, aku antar Hulya dulu."
Athar menutup ponselnya dan mendekati istrinya lagi. "Siapa mas?" Tanya Hulya.
"Eum Arjuna. Sayang, aku harus ke cabang baru sama Arjuna mau ada penerimaan trainee baru, kamu tunggu dirumah enggak apa-apa kan? Ada Anna sama mamih kok." Ucap Athar.
"Oh iya mas boleh, yuk mas."
"Maaf kan aku sayang harus berbohong. Aku akan memberi pelajaran pada orang yang sudah membuatku menghancurkan kamu di malam kelam itu."
-
-
-
BRAK
Atharya membuka pintu basecamp tempat dia dan anak buahnya bermarkas disana. Rafi orang kepercayaan Athar mengantar bossnya itu ke dalam ruang bawah tanah.
BYUR
Rafi mengguyur lelaki yang sudah ditangkapnya. Athar melihat wajah pria itu, dia sama sekali tak mengenalnya.
Tangan Athar mencengkram pria yang diduga telah memasukan obat perangs*ng pada minumannya. Hingga Athar sampai menodai Hulya malam kelam itu.
Dia menelisik wajah pria itu. Dan satu bogeman keras menghantam hidung lelaki itu tanpa ampun hingga lelaki asing itu tersungkur.
Tidak ada lagi wajah Athar yang lembut, hanya ada sorot mata tajam penuh amarah dan dendam bak singa yang akan memangsa lawannya.
Rafi memberi kode pada kedua anak buahnya untuk memegangi pria itu, dia membawa bara api yang siap dimasukan kedalam mulut lelaki itu.
"Siapa yang membayarmu?" Tanya Athar dengan suara beratnya yang menusuk tak lupa tatapan matanya yang ingin menerkam.
Pria itu terkekeh mengejek Atharya "Hahahaha Atharya kau bahkan sama sekali tidak mengingatku. Padahal kita sering bertemu dulu." Seringai pria bernama Hiro.
Dahi Athar mengernyit dia mendekati wajah Hiro "Maksudmu?" Tanyanya.
"Kau itu sombong, anak mamih hahahha! Kau selalu menganggap dirimu paling pintar, tapi kau bodoh."
Hiro makin mengejek Atharya, namun yang diejeknya sama sekali tak gentar, Athar menunjukan sikap tenangnya dengan tatapan tak terbaca.
"Tuan Atharya Dewantara yang terhormat, kau selalu ingin menjadi nomor satu. Kau bahkan tak memberikan kesempatan untukku! Sungguh kau tidak ingat siapa aku? Aku membencimu BRENGSEK!!! Harusnya aku yang menjadi juara, bukan anak mamih sepertimu!"
BUGH BUGH BUGH
Tiga kali bogeman mendarat lagi ke muka Hiro. "Yah! Aku mulai ingat! Kau seorang pengecut ulung!"
"Hahahah pengecut katamu? Bagaimana dengan dirimu yang sudah menikmati tubuh seorang gadis hah? Bagaimana jika semua orang tahu kelakuan bejad dirimu tuan Atharya Dewantara? Kau pasti akan menjadi aib ba_"
BUGH DOR DOR
Belum selesai Hiro bicara, tangan Athar sudah mengeluarkan benda mematikan itu dari saku jaketnya. Dia men*mbaki kaki dan tangan Hiro.
"ARGH BRENGSEK!" Teriak Hiro kesakitan, wajahnya meringis karena banyak dar*h yang keluar dari kaki dan tangannya.
Darah Atharya semakin mendidih ketika Hiro membahas malam kelam itu. Jadi Hiro yang sudah memasukan obat itu ke dalam minuman Atharya saat malam reuni SMA.
Hiro menjadi pendendam ketika dia merasa dikalahkan terus menerus oleh Athar semasa SMA. Memang Athar anak yang pintar, baik di bidang olahraga maupun pelajaran. Dia menjadi anak lelaki idaman para gadis kala itu. Selain pintar, pastinya Athar keturunan Dewantara.
"Urus sisanya!" Ucap Athar pada Rafi, ia pun kembali pulang.
-
-
-
Athar menyerahkan sisanya pada Raffi. Ia pergi dari sana lalu kembali pulang. Namun saat di mobil, ponselnya berdering. Ternyata Maira menghubunginya lagi.
"Ada apa lagi, Maira?" Ucap Athar sedikit kesal.
"Kak... Aku rindu sama kakak... Apa di hati kakak tidak ada ruang sedikit pun untuk ku?" Lirih Maira di sebrang telepon.
"Aku sudah menikah, Mai. Apa belum cukup kamu sudah membuat istriku salah paham hah?" Atharya sangat marah sekali pada Maira.
Terdengar isak tangis Maira dari telepon. Atharya mematikan sambungan telepon itu. Ia melanjutkan lagi mobilnya kembali pulang.
Sampai dirumah, papih Al menyuruh Athar ke ruang kerjanya. "Ada apa pih?"
"Hiro!" Ucap papih Al singkat.
Athar menghela nafasnya sebelum menjelaskannya. Jelas saja papihnya tahu. Mau tak mau Athar menceritakan semuanya pada papihnya. "Tidak ada jejak kan?"
"Aman pih."
"Oke! Tetap waspada, mungkin beberapa temannya sedang mengincar kamu. Jangan dulu pindah dari sini. Papih khawatir sama Hulya." Lanjut papih Al.
Atharya mengangguk, ia pun pamit dari sana dan menemui istrinya yang di dapur bersama mamihnya. Sedari tadi Hulya sangat bingung memakai peralatan di dapur rumah suaminya.
"Masak apa mih?" Tanya Athar yang baru datang.
"Ini ayam goreng sayang. Hulya loh yang masak."
"Tapi tadi aku enggak bisa nyalain kompornya mas. Soalnya di kampung ku bukan yang seperti ini." Lirih Hulya.
Athar dan mamihnya tertawa kecil, mereka gemas sekali dengan kepolosan Hulya.
"Aku akan menjaga dan melindungi mu Hulya."