Ratusan tahun setelah kemenangan Kaisar Xiao Chen, di sebuah dunia fana yang terpencil, sebuah legenda baru mulai bersemi dari benih yang telah ia tanam.
Xuan Ye adalah seorang yatim piatu, dibuang saat lahir dan dianggap "sampah" karena tidak memiliki akar spiritual. Dia tumbuh di bawah hinaan dan penindasan, tidak menyadari bahwa di dalam darahnya tertidur dua garis keturunan agung: kekuatan ilusi Mata Ungu dari Keluarga Xuan kuno, dan darah Phoenix dari ibunya, seorang bidadari suci dari Aliran Suci. Ibunya, yang dibutakan oleh harga diri sektenya, telah membuangnya karena dianggap sebagai aib dan berbohong pada suaminya bahwa putra mereka telah meninggal.
Di titik terendahnya, Xuan Ye secara "tidak sengaja" menemukan sebuah warisan jiwa yang ditinggalkan oleh Kaisar Xiao Chen. Kesempatan ini membangkitkan Mata Ungu Ilusi miliknya dan memberinya teknik kultivasi jiwa dasar, memberinya kunci untuk memulai perjalanannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34: Gerbang Kenaikan
Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Tuan Kota Lei Qiankun dan putranya, Xuan Ye meninggalkan Kota Api Langit. Dia tidak lagi seorang pengembara tanpa tujuan. Dengan statusnya sebagai Alkemis Peringkat Tiga dan teman dari Tuan Kota, perjalanannya melintasi Benua Angin Jatuh menjadi jauh lebih mudah.
Dia menghabiskan beberapa bulan berikutnya melakukan perjalanan ke utara. Ini adalah perjalanan penempaan dan observasi. Dia melihat kemegahan kerajaan-kerajaan besar dan penderitaan desa-desa kecil. Dia bertarung melawan binatang-binatang iblis di pegunungan terpencil untuk mengasah keterampilan tempurnya, dan setiap malam dia akan bermeditasi, memantapkan fondasi Ranah Soul Formation-nya yang baru. Dunia yang luas ini perlahan-lahan membentuk kembali pandangannya.
Akhirnya, setelah perjalanan yang panjang, dia tiba di ujung utara benua. Di hadapannya, menjulang sebuah barisan pegunungan yang puncaknya tertutup salju abadi dan menembus lapisan awan tertinggi. Pegunungan Puncak Surga.
Di puncak tertinggi dari pegunungan ini, terdapat sebuah fenomena alam yang agung dan menakutkan: Gerbang Kenaikan.
Itu bukanlah sebuah gerbang buatan. Itu adalah sebuah pusaran energi spiritual raksasa yang berputar-putar dengan ganas di langit, menghubungkan dunia fana yang rapuh ini dengan alam yang lebih tinggi—Dunia Bumi. Tekanan spiritual di sekitarnya begitu kuat hingga membuat para ahli Core Formation biasa pun kesulitan bernapas.
Di sekitar kaki gunung, Xuan Ye melihat banyak kultivator lain. Mereka semua adalah para ahli di puncak Ranah Nascent Soul, para leluhur agung dari berbagai faksi di seluruh benua. Mereka semua ada di sini dengan tujuan yang sama: mencoba untuk naik.
"Hati-hati, anak muda," kata seorang pria tua di dekatnya, melihat Xuan Ye yang masih muda. "Gerbang Kenaikan bukanlah jalan yang mudah. Ini adalah sebuah ujian. Badai spasial di dalamnya akan merobek tubuhmu, dan tekanan spiritualnya akan menghancurkan jiwamu. Dari sepuluh orang yang mencoba, mungkin hanya satu yang berhasil."
Xuan Ye melihat ke atas, ke arah pusaran yang bergejolak itu. Dia melihat seorang ahli Nascent Soul yang sombong, yang tidak sabar, terbang ke dalam. Sesaat kemudian, terdengar jeritan yang mengerikan, dan seberkas cahaya dari jiwa yang hancur padam di dalam pusaran.
Dia tidak merasa takut. Sebaliknya, matanya yang ungu bersinar dengan tekad yang membara. Dunia fana ini terlalu kecil. Jawaban yang ia cari tidak ada di sini.
Setelah mengamati selama satu hari penuh, mempelajari pola dari badai di dalam pusaran, dia akhirnya bergerak. Dia tidak menunggu lebih lama lagi.
Dia mengambil napas dalam-dalam dan melesat ke langit, terbang lurus ke dalam Gerbang Kenaikan yang mengamuk.
Saat dia masuk, dia langsung disambut oleh neraka. Bilah-bilah angin spasial yang tak terlihat menebasnya dari segala arah. Tekanan jiwa yang luar biasa mencoba untuk meremukkan lautan kesadarannya.
Tetapi Xuan Ye telah siap.
Tubuh Tulang Giok Es-nya yang telah ditempa, kini sekeras artefak tingkat tinggi, dengan mudah menahan serangan-serangan fisik dari badai.
Dan jiwanya... jiwanya berada di Ranah Soul Formation, satu ranah penuh di atas para ahli Nascent Soul lainnya. Tekanan spiritual yang bagi mereka fatal, baginya hanyalah sebuah beban yang berat.
Di dalam lautan kesadarannya, Cacing Sutra Es Pembeku Jiwa mengeluarkan aura dingin, menciptakan lapisan pertahanan tambahan di sekitar jiwanya.
Dia berjuang keras, mendorong maju melewati badai yang tak berujung. Perjalanan ini adalah sebuah baptisan api dan es, menempa kembali jiwa dan raganya.
Setelah apa yang terasa seperti keabadian, dia akhirnya melihatnya. Sebuah cahaya putih yang terang dan murni di ujung terowongan yang kacau.
Dia mengerahkan sisa kekuatannya dan menerjang ke arah cahaya itu.
Dia terlempar keluar dari pusaran, tubuhnya yang babak belur jatuh dan mendarat dengan keras di atas tanah yang solid.
Dia terbatuk, merasakan sakit di sekujur tubuhnya, tetapi dia hidup.
Dia berjuang untuk bangkit. Dia mengambil napas pertamanya di dunia baru ini. Seketika, matanya melebar karena syok. Udara di sini... terasa sangat berbeda. Qi spiritual di sini setidaknya sepuluh kali lebih padat dan lebih murni daripada di dunia fana. Hukum alam di sini terasa lebih berat, lebih kokoh. Dia bisa merasakan kekuatan di dalam tubuhnya ditekan oleh dunia baru ini.
Dia melihat ke langit, tetapi tidak lagi melihat langit biru yang familiar dari dunia fana. Langit di sini tampak lebih tinggi, lebih agung.