Janetta Lee, dikhianati saat mengandung, ditinggalkan di jalan hingga kehilangan buah hatinya, dan harus merelakan orang tuanya tewas dalam api yang disulut mantan sang suami—hidupnya hancur dalam sekejap.
Rasa cinta berubah menjadi luka, dan luka menjelma dendam.
Ketika darah terbalas darah, ia justru terjerat ke dalam dunia yang lebih gelap. Penjara bukan akhir kisahnya—seorang mafia, Holdes Shen, menyelamatkannya, dengan syarat: ia harus menjadi istrinya.
Antara cinta yang telah mengkhianati, dendam yang belum terbayar, dan pria berbahaya yang menggenggam hatinya… akankah ia menemukan arti cinta yang sesungguhnya, atau justru terjebak lebih dalam pada neraka yang baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Anak buah Janetta menyeret Anna yang masih dalam kondisi trauma, tubuhnya gemetar hebat, wajah pucat pasi tanpa daya. Alex pun diseret bersama, tubuhnya penuh luka lebam, namun matanya terus menatap panik ke arah dalam rumah.
Janetta berhenti sejenak di ambang pintu, menarik napas panjang. Ia menoleh ke arah korek api yang menyala
Candy dan Jessie semakin histeris, tubuh mereka gemetar hebat, wajah pucat pasi. Bau bensin yang menusuk hidung membuat mereka hampir muntah.
Janetta menoleh, matanya berkilat dingin. Senyum tipis merekah di wajahnya.
“Candy, Jessie… kalian akan menemani kedua orang tuaku di sana.”
Tanpa ragu, ia melemparkan korek api itu ke sofa. Dalam sekejap, api menjalar cepat, merayap ke tirai, lantai, dan perabotan. Nyala merah-oranye memantul di mata Candy dan Jessie, membuat jeritan mereka semakin memilukan.
Janetta berbalik dengan langkah tenang, senyum puas tak lepas dari wajahnya.
“Cantik sekali… lihatlah, rumah ini akan jadi neraka kecil untuk kalian.”
Di luar, Alex meraung, tubuhnya memberontak. “TIDAAAKK!!” teriaknya parau meski mulutnya tersumpal kain. Ia mencoba maju, namun anak buah Janetta menahan dan menendangnya hingga darah keluar dari mulut. Tubuhnya terhempas ke tanah, namun matanya tetap memaksa melihat ke arah dalam rumah yang mulai dilahap api.
Air matanya jatuh deras, melihat ibunya dan adiknya berjuang sia-sia melawan ikatan. Jessie tersandung, tubuh kecilnya jatuh ke lantai, sementara Candy mencoba merangkak menghampiri anaknya, namun api semakin mendekat, mengepung mereka berdua.
Janetta menatap Alex yang terkapar, lalu menunduk sedikit dengan senyum dingin.
“Alex Yang… ini balasanmu. Aku tidak akan membiarkanmu mati. Kau dan kekasihmu akan hidup, tapi bukan untuk bahagia. Kalian akan hidup dalam penyesalan dan ketakutan, setiap hari… setiap saat. Jangan mati cepat, itu terlalu mudah untukmu.”
Api mengamuk, suara kayu dan kaca yang terbakar bercampur dengan jeritan Candy dan Jessie yang semakin melemah. Janetta memalingkan wajahnya, menyalakan sebatang rokok dengan tenang, seolah-olah kobaran neraka di belakangnya hanyalah pertunjukan pribadi yang ia tunggu selama ini.
“Pa, Ma… aku telah membalaskan dendam untuk kalian.” Batinnya bergemuruh di tengah cahaya api yang menari di balik punggungnya. “Mengenai Alex Yang dan Anna, aku sengaja membiarkan mereka hidup. Anna sudah hancur, dia akan hidup dalam ketakutan sepanjang hidupnya. Sedangkan Alex Yang… dia akan mengingat kejadian malam ini sampai mati. Ibu dan adiknya dibakar hidup-hidup tepat di depan matanya. Aku ingin mereka lebih menderita dan tersiksa dariku.”
Janetta menoleh ke arah mantan suaminya yang masih meronta. Senyum dingin terbit di wajahnya.
“Lepaskan kain itu,” perintah Janetta.
Salah satu anak buahnya segera menarik keluar kain yang menyumpal mulut Alex.
“Aaahhh!!!” teriak Alex histeris, suaranya pecah, parau bercampur tangis. Matanya terbelalak menyaksikan ibunya dan Jessie dikelilingi api, jeritan mereka menembus malam.
“Selamatkan mereka! Tolooong, selamatkan mereka!!” teriak Alex hingga urat lehernya menegang.
Janetta menunduk, menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.
“Kau memohon padaku?” Ia terkekeh pelan, getir. “Aku justru senang melihatmu seperti ini. Sama persis seperti aku dulu… saat aku terjebak dalam kebakaran. Aku juga memohon padamu waktu itu, tapi kau tidak peduli. Kedua orang tuaku tergeletak, sekarat, lalu meninggal. Dan kau… kau memilih membela wanita lain daripada aku.”
Air mata bercampur darah mengalir dari sudut bibir Alex. “Aku mohon… selamatkan mereka…” tangisnya lirih namun penuh putus asa.
Janetta mendekat, lalu menepuk pipinya keras-keras, membuat kepala Alex terhuyung.
“Tidak! Buka matamu! Lihat baik-baik bagaimana mereka dibakar sampai mati! Rasakan sakitnya di hatimu! Menyenangkan, bukan?” ucapnya dengan senyum sinis, suaranya bagaikan racun.
Candy dan Jessie menjerit semakin lemah, tubuh mereka mulai tak berdaya saat api menjilat kulit. Aroma daging terbakar memenuhi udara, membuat Alex semakin histeris, namun ia dipaksa tetap menatap oleh anak buah Janetta.
Janetta lalu berdiri tegak, matanya penuh kepuasan.
“Bawa mereka ke rumah sakit jiwa. Pastikan mereka tidak bisa kabur. Kurung bersama pasien gila lainnya. Aku ingin mereka hidup… tapi dengan otak yang hancur!” perintahnya dingin.
“Janetta… anak kita masih hidup!” teriak Alex dengan suara serak penuh tangis, tubuhnya gemetar ditahan anak buah Janetta. “Tolong… selamatkan Mama dan Jessie. Anak kita tidak meninggal… sama sekali. Aku bersumpah, dia masih hidup…”
Ucapannya membuat langkah Janetta terhenti seketika. Matanya yang tadinya dingin dan penuh api dendam perlahan melebar. Rokok yang terselip di tangannya hampir jatuh, napasnya tercekat.
Ia membalikkan tubuhnya perlahan, menatap Alex dengan tatapan tajam bercampur ragu. Kata-kata itu bagaikan petir yang menyambar dadanya.
“Apa yang kau katakan barusan?” suara Janetta rendah namun bergetar, seolah menahan badai dalam hatinya.
Alex berusaha berbicara sambil menahan sakit, wajahnya penuh air mata dan darah. “Aku tidak berbohong… aku mohon, percaya padaku. Anak kita masih hidup, Janetta. Mereka menyembunyikannya darimu… aku tidak membunuhnya."
Janetta terdiam, dadanya naik turun cepat. Dalam pikirannya, suara tangisan bayi yang pernah ia impikan kembali bergema, bercampur dengan jeritan orang tuanya yang tewas terbakar.
Plotwist nya dah di spill meski sedikit, tp gk pp 🤗