Seorang gadis mafia yang harus merenggangkan nyawanya usai di tembak mati oleh ayah angkatnya. Perkara ia mengetahui kejahatan ayah angkatnya yang melampaui batas. Meskipun ia hidup di dalam kehidupan keras, berbahaya dan penuh kejahatan, ia masih memiliki hati nurani.
Pasalnya ia tidak setuju dengan kejahatan ayah angkatnya yang memperdagangkan anak-anak kecil. Bukan hanya menjualnya, mereka juga menyiksa anak-anak itu dan beberapa anak-anak tewas.
Pada akhirnya ia pun mati di tembak saat ia ingin menyelamatkan anak-anak itu dari cengkraman ayah angkatnya itu.
"Papa, jika ada kehidupan lain dan bertemu denganmu lagi, aku tetap melakukan hal yang sama, yaitu menyelamatkan anak-anak kecil itu. Aku juga tidak akan membiarkan Papa berhasil atas kejahatan Papa yang melampaui batas ini! Jika ada kehidupan selanjutnya, aku akan balas dendam atas semua kejahatan yang Papa lakukan!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
"Akhhhhh!" teriak Hendra kesakitan, lemparan yang sangat kuat itu membuat Hendra langsung terpental keluar rumah.
Mereka semua terkejut, tidak percaya bahwa Greland memiliki tenaga yang sangat kuat. Jia dan anak-anak mereka berlari keluar rumah untuk membantu Hendra, yang tergeletak di tanah dengan wajah yang penuh dengan kesakitan.
"Greland, apa yang kamu lakukan?! Kamu tidak bisa melakukan ini!" teriak Jia, mencoba untuk menenangkan Greland.
Tapi Greland tidak peduli, ia terus mengusir mereka dengan cara kasar. Ia melemparkan barang-barang mereka keluar rumah, dan tidak membiarkan mereka masuk lagi.
"Kalian tidak bisa tinggal di sini lagi! Pergi!" teriak Greland, dengan mata yang penuh dengan kemarahan.
Hendra yang masih kesakitan, mencoba untuk berdiri dan menghadapi Greland. "Kamu... kamu tidak bisa melakukan ini, Greland," kata Hendra dengan nada yang lemah.
Tapi Greland tidak mau mendengarkan, ia terus mengusir mereka dengan cara kasar.
"Ayo giliran siapa lagi yang mau ku lempar," ucap Greland bersiap-siap, mata yang tajam dan senyum sinis menghiasi wajahnya.
"Tidakkkkkkkkkkk!" teriak mereka bersamaan, Jia, Hendra, dan anak-anak mereka berlari keluar dari rumah Greland dengan terpaksa, tidak ingin menjadi korban berikutnya dari kemarahan Greland.
Mereka semua keluar dari rumah dengan wajah yang penuh dengan kekecewaan dan kesedihan. Hendra yang masih kesakitan karena lemparan sebelumnya, terhuyung-huyung keluar dari rumah, sementara Jia mencoba untuk membantu anak-anak mereka yang ketakutan.
"He he he he, selamat tinggal dan selamat bersenang-senang di luar sana!" ucap Greland menutup pintu rumah dengan kasar, suara pintu yang tertutup keras membuat mereka semua terkejut.
Bammm!
Greland tersenyum puas setelah berhasil mengusir mereka semua dari rumahnya. Ia merasa lega dan bebas dari kehadiran mereka yang selama ini dianggapnya sebagai gangguan.
Saat itu, Ranti, Yanto, Hendra, Jia, dan para anak-anak mereka berdiri di depan pintu menatap daun pintu yang tertutup rapat itu. Mereka semua terdiam seribu bahasa sambil memegang baju mereka, hanya suara angin yang melintas di telinga mereka.
Mereka semua terkejut dan tidak percaya bahwa Greland bisa melakukan hal seperti itu. Hendra masih kesakitan karena lemparan Greland sebelumnya, sementara Jia mencoba untuk menenangkan anak-anak mereka yang ketakutan.
Ranti dan Yanto saling memandang, keduanya tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Mereka semua diusir dari rumah tanpa persiapan apa pun, dan tidak tahu kemana mereka harus pergi.
Hendra memandang pintu yang tertutup rapat itu dengan mata yang penuh dengan kebencian. "Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Greland," kata Hendra dalam hati, ia sudah tidak sabar untuk membalas dendam kepada Greland.
Sementara itu, Jia mencoba untuk menenangkan anak-anak mereka yang terlihat sedih. "Jangan khawatir, kita akan menemukan tempat lain untuk tinggal," kata Jia dengan nada yang lembut untuk menenangkan anak-anaknya.
"Mama, barang ku masih ada tertinggal di dalam," ucap Herlina, adik Gemini yang sekolah SMP kelas 3 itu, dengan mata yang berkaca-kaca karena khawatir.
Ranti pun maju ke depan dan menggedor-gedor pintu rumah tersebut dengan keras. "Greland! Cepat buka pintunya, barang anak-anak ku masih tertinggal di dalam!" teriak Ranti dengan nada yang keras dan penuh dengan kekhawatiran, meski rasa sakit di tubuhnya tidak ia rasakan lagi karena kecemasan akan barang-barang anak-anaknya.
Pintu rumah tetap tertutup rapat, tidak ada tanda-tanda bahwa Greland akan membuka pintu dan mengembalikan barang-barang mereka. Ranti terus menggedor-gedor pintu, berharap Greland akan mendengar dan mengabulkan permintaannya.
Tapi, Greland tidak muncul. Ia hanya diam di dalam rumah, membiarkan Ranti dan anak-anaknya menunggu di luar.
...❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹...
semangat up banyak"ceritanya bagus