NovelToon NovelToon
Kukira Cinta Tak Butuh Kasta

Kukira Cinta Tak Butuh Kasta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Perjodohan
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Ziyanada Umaira, biasa dipanggil Nada jatuh cinta untuk pertama kalinya saat dirinya berada di kelas dua belas SMA pada Abyan Elfathan, seorang mahasiswa dari Jakarta yang tengah menjalani KKN di Garut, tepatnya di kecamatan tempat Nada.
Biasanya Nada menolak dengan halus dan ramah setiap ada teman atau kakak kelas yang menyatakan cinta padanya, namun ketika Abyan datang menyatakan rasa sukanya, Nada tak mampu menolak.
Kisah mereka pun dimulai, namun saat KKN berakhir semua seolah dipaksa usai.
Dapatkan Nada dan Biyan mempertahankan cinta mereka?

Kisahnya ada di novel ''Kukira Cinta Tak Butuh Kasta"

Selamat membaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tekad dan Ketegaran

Abyan berdiri di hadapan kakeknya, sosok yang selama ini menjadi penentu banyak keputusan penting dalam hidupnya. Matanya menatap tegas, namun penuh hormat.

"Abyan tidak bisa menerima perjodohan ini, Kek," ucapnya pelan namun mantap.

Pak Akbar meletakkan cangkir tehnya perlahan. Wajah tuanya menunjukkan raut tenang, tapi matanya menajam.

"Kau akan mempermalukan keluarga ini hanya karena seorang gadis cleaning service, Abyan?" Abyan menarik napas panjang. Akhirnya sang kakek tahu siapa gadis yang dicintainya dan apa pekerjaannya, memang itu bukanlah hal yang sulit, hanya dengan jentikan jari kakek Akbar bisa dengan mudah mendapat semua informasi tentang Nada.

Terbersit kekhawatiran di hati Abyan setelah sang kakek mengetahui perihal Nada.

“Ini bukan soal statusnya, Kek. Ini tentang pilihan hidup Abyan. Tentang seseorang yang membuat Abyan ingin jadi pria yang lebih baik.”

“Indira adalah gadis terhormat. Ayahnya sahabat kakek sejak muda. Perjodohan ini bukan hanya tentang kalian berdua, tapi tentang mengikat dua keluarga yang sudah lama saling percaya.” Abyan menunduk sebentar, lalu kembali menatap kakeknya.

“Abyan menghormati semua keputusan kakek. Tapi untuk yang satu ini, izinkan Abyan memilih. Abyan ingin bahagia, dan kebahagiaan Abyan… tidak bisa dipaksakan.” Tuan Akbar menghela napas berat.

"Kau pikir cinta cukup untuk menjamin masa depan?"

“Tidak,” jawab Abyan pelan.

“Tapi mencintai orang yang tepat bisa membuat kita kuat menghadapi apa pun di masa depan.”

Sore itu, langit Jakarta murung. Abyan memutuskan pergi ke hotel tempat Nada bekerja. Setelah semua perdebatan dengan keluarganya, ia hanya ingin melihat wajah itu—wajah yang selalu memberi ketenangan tanpa banyak kata.

Nada sedang menyapu halaman samping ketika Abyan datang. Ia mengenakan seragam hotel berwarna biru laut, wajahnya berkeringat, tapi senyumnya tetap ramah ketika melihat Abyan mendekat.

Walau pun sudah menjadi kepala cleaning service namun Nada tak sungkan turut menjaga kebersihan area yang menjadi tanggung jawabnya.

"Bang Byan?" sapanya, sedikit terkejut. Nada mengedarkan pandangannya takut ada yang mendengar sapaannya pada Abyan.

“Tumben Abang ke sini jam segini.” Abyan tersenyum lemah.

“Aku butuh oksigen. Dan kamu… kamu sumber oksigenku.” Nada tertawa kecil.

“Gombalnya tetap tidak berubah.”

Mereka duduk di bangku taman hotel. Hening beberapa saat, hanya suara angin dan kendaraan yang lalu lalang di kejauhan.

"Aku menolak perjodohan itu," ucap Abyan tanpa basa-basi. Nada memilih diam mendengarkan kelanjutan cerita Abyan.

"Tapi kakek tetap bersikeras. Bahkan tadi pagi beliau bilang akan bertemu langsung dengan keluarga Indira di sini…" Nada menatapnya sebentar, lalu menunduk sambil membenarkan posisi sapu yang masih dipegangnya.

“Aku sudah menduganya.”

Abyan melanjutkan,

"Aku tahu ini tidak mudah. Tapi aku ingin kamu tahu, Nad… aku memperjuangkan kamu. Sekalipun kamu memilih untuk tidak menungguku, aku tetap ingin kamu tahu bahwa kamu layak untuk diperjuangkan.”

Nada mendongak. Ia menatap Abyan, mata beningnya tenang.

“Aku nggak pernah minta diperjuangkan, Abang,” ucapnya lembut.

“Aku cuma ingin Abang bahagia. Kalau Abang yakin aku adalah bagian dari kebahagiaanmu, maka aku akan diam di tempat, bukan untuk menunggu… tapi untuk terus menjadi diriku sendiri.” Abyan menatapnya lama.

“Aku tidak butuh dunia yang menyetujui kita. Cukup kamu tidak menyerah.” balas Abyan mantap, Nada tersenyum.

“Aku tidak pernah menyerah. Tapi aku juga tidak akan memaksakan diriku masuk ke dalam hidup Abang." Keduanya terdiam dengan pemikiran dan tekad masing-masing.

Walau Nada tak memberinya kepastian, namun tak menyurutkan semangat Abyan untuk melanjutkan perjuangannya.

Beberapa hari kemudian, Indira muncul di lobi hotel. Dengan tas selempang mahal dan kacamata hitam bertengger di atas kepala, ia melangkah percaya diri ke resepsionis.

“Saya mencari Pak Abyan Elfathan. Katanya hari ini dia sedang datang ke sini.” Nada yang berdiri tak jauh sedang membersihkan vas bunga. Ia mendengar jelas nama itu.

Indira menoleh ke arah Nada dan menghampirinya.

“Kamu kerja di sini?” tanyanya sambil menaikkan satu alis. Nada mengangguk sopan.

"Betul, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?”

“Hmm… kamu yang namanya Nada, ya?” tanya Indira sambil meneliti wajah Nada dari atas ke bawah.

Dia sudah tahu perihal Abyan yang menolak dijodohkan dengannya karena mencintai gadis lain yang merupakan salah satu pegawai di hotel milik keluarga Abyan. Hanya berbekal foto yang diberikan orang kepercayaannya, Indira langsung mengenali Nada dari penampilannya.

“Calon pacar rahasia Abyan?” Nada tetap tersenyum.

“Saya tidak punya hubungan apa pun yang layak disebut dengan embel-embel ‘rahasia’. Tapi kalau maksud Mbak ingin bertemu Pak Abyan, saya bisa bantu menunjukkan ruangan beliau jika Mbak berkenan.” Indira tertawa kecil.

“Lucu ya, kamu ini. Tenang sekali. Padahal saingan kamu berdiri di depan kamu.” Nada tetap tenang, tak sedikit pun berubah ekspresi.

"Saya nggak bersaing dengan siapa pun, Mbak. Hati bukan panggung adu kuat. Kalau memang Mbak yang dipilih, berarti bukan saya yang ditakdirkan.” Indira kehabisan kata untuk menjawab kata-kata Nada.

Seketika suara langkah kaki terdengar dari arah pintu masuk. Abyan datang—dan di belakangnya, tampak Tuan Akbar berjalan perlahan dengan tongkatnya. Mereka berhenti melihat Indira dan Nada yang berdiri saling berhadapan.

“Oh… akhirnya kamu datang juga,” kata Indira sambil menghampiri Abyan. Ia menyentuh lengan pria itu dengan santai.

“Kita udah ditunggu di restoran.” Abyan melepas tangannya dari Indira, sekilas menatap Nada yang tak menunjukkan reaksi apapun.

Nada hanya menunduk sedikit.

“Silakan Mbak, kebetulan Pak Abyannya sudah datang.”

Abyan ingin bicara, tapi Pak Akbar sudah lebih dulu bersuara.

“Jadi benar kamu bekerja di sini?” tanya kakek itu dingin, menatap Nada dari kepala sampai kaki.

“Iya, Pak. Saya cleaning service,” jawab Nada sopan, menatap langsung tanpa gentar. Pak Akbar menyeringai tipis.

"Kau gadis yang membuat cucuku lupa akan martabat keluarganya.”

“Maaf, Pak. Saya tidak pernah meminta Pak Abyan untuk memilih saya. Tapi jika dia tetap memilih, bukan berarti dia melupakan martabat. Mungkin dia sedang menemukan definisi martabatnya sendiri.”

Suasana hening sejenak. Indira melipat tangan, tampak jengah. Kening Pak Akbar tampak berkerut, tidak menyangka gadis itu akan menjawab dengan lugas. Nada sendiri sebenarnya tengah menahan kegugupan dan ketakutannya, pikirannya sudah melanglang buana, setelah ini kemungkinan dia akan dipecat sangatlah besar.

Abyan akhirnya bicara, suaranya tegas.

“Kek, aku minta maaf. Tapi Nada bukan seperti yang Kakek pikirkan. Dia perempuan paling kuat yang pernah aku temui.”

“Kau masih akan menolak Indira?”

“Aku sudah bilang dari awal, Kek. Aku tidak ingin hidup dalam pernikahan yang dipaksakan.”

Pak Akbar mendekat ke cucunya, menatapnya lama.

“Kalau begitu, jangan datang ke rumah sampai kau sadar apa itu tanggung jawab dan loyalitas pada keluarga.” Abyan hanya mengangguk pelan.

“Baik, Kek. Jika itu yang kakek inginkan.”

Setelah itu, kakek dan Indira melangkah pergi. Indira sempat menoleh ke belakang dan berkata lirih pada Nada,

“Kamu pikir dia akan tetap memilih kamu setelah dibuang keluarganya? Kita lihat saja nanti.” Nada tersenyum kecil.

"Saya nggak berharap dipilih. Saya hanya mendoakan yang terbaik, untuk semuanya.” Indira memutar bola matanya, lagi-lagi tak bisa menjawab kata-kata Nada.

"Permisi, Pak." Nada pergi tanpa menunggu jawaban Abyan yang masih berdiri di tempatnya.

Malam harinya, Abyan kembali ke hotel. Ia berdiri di taman kecil di dekat tempat sampah belakang, tempat di mana ia biasa menemukan Nada menyendiri saat istirahat.

Nada datang dengan jaket lusuh dan secangkir teh dalam termos kecil.

“Harusnya Abang nggak usah menemui aku terus,” katanya lembut.

"Aku nggak mau jadi alasan Abang menjauh dari keluarga.” Abyan menerima teh itu.

"Aku ke sini bukan karena kamu. Aku ke sini karena aku butuh orang yang membuatku tetap jadi manusia.” Nada duduk di sebelahnya.

"Aku tahu ini berat buat Abang. Tapi Abang nggak sendiri. Aku akan tetap jadi aku. Di sini, di tempat ini, kalau tidak dipecat, hhee..." Abyan menatapnya tajam, tidak suka mendengar perkataan Nada.

"Dan kalau suatu hari Abang kembali… aku masih orang yang sama.” Abyan menatapnya lama.

“Kenapa kamu bisa setegar ini, Nad?” Nada tersenyum.

“Karena aku tahu cinta yang sehat nggak menuntut, tapi mendoakan. Kalau Abang bahagia, aku ikut senang. Kalau Abang terluka, aku akan tetap ada. Tapi aku tidak akan pernah menjadikan luka itu alasan untuk menjatuhkan siapa pun.”

Malam itu, mereka duduk lama dalam diam. Tak ada pelukan, tak ada janji, hanya dua hati yang sama-sama saling menguatkan dalam diam yang tulus.

Dan di hari-hari berikutnya, meski Abyan tak lagi datang sesering dulu, Nada tetap bekerja seperti biasa. Ia tidak menanti di lobi. Tidak menengok ke luar jendela berharap Abyan muncul.

Ia hanya bekerja, belajar, dan berdoa. Sebab ia tahu, cinta yang sejati tidak selalu harus dimiliki. Tapi cinta yang tulus… akan selalu tahu bagaimana caranya bertahan—tanpa menyakiti, tanpa menuntut.

1
Kuntar Retno Rukmini
Ceritanya bagus. Ada nilai2 kehidupan yg bisa jadi teladan. Ada pemikiran2 gadis muda yg bersikap dewasa. Tetapi penyebutan nama kadang2 keliru.
Rahmawati
abyan terlalu lemah, tuh Indira lagi mantau kalian, entah apa lagi yg dia rencanakan
Rahmawati
Indira sampai nyari nada ke garut hanya utk nyelakain nada
Yhanie Shalue
semoga Indira gagal nyakitin nada,, dan abyan segera tahu rencana liciknya,, nada segera sembuh dan bs kerja lg
terimakasih double up nya kak🥰
Nurhartiningsih
lama update nya
Yhanie Shalue
kak Laila,, ditunggu up nya ya kak🥰
Yhanie Shalue
nada mulai goyah ni,, jangan ya nada ya, abyan sudah rela jd garda terdepan buatmu,, hargai usaha dia untuk memilikimu😌
Rahmawati
aduh gimana sih nada, cintamu jgn bercabang ke arfan ya.
kira kira apa lagi rencana indira
Lita
*yang
Rahmawati
pak walikota perhatian bgt sama nada, apa masih menyimpan rasa sama nada
Yhanie Shalue
duch2 pak abyan hrs extra hati2, sainganmu x nie tdk bisa diremehin ga cm jd walikota tp dia jg susah py rasa dari waktu msh sekolah,, semangat mengejar cinta sejati 😍
lanjut kak
Rahmawati
kasian nada jd korban kebencian indira
Teh Fufah
novel author yang satu ini kata2 nya begitu indahhh
Yhanie Shalue
indira2 sekuat ap kamu akan menghancurkan nada,, tapi dia orang baik pasti dia bakal dikelilingi orang2 baik juga
adelina rossa
lanjut kak semangat buat nada semoga orang yang bikin fitnah segera ketahuan...
Indri anti
nada keren meski orang tak punya semangat dan pemikirannya is the best
Rahmawati
indira mau jebak nada ya, nada km harus hati-hati
Rahmawati
nadaa bergerak dalam diam, tetap semangat nada
Rahmawati
kakek akbar jg sebenarnya kagum sama nada
nurjen
lanjut tetap semangatt aku mau /Smile//Smile//Smile//Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!