"Tidak heran ini disebut Jurang Neraka, aku sudah jatuh selama beberapa waktu tapi masih belum menyentuh dasar..." Evindro bergumam pelan, dia tidak mengingat sudah berapa lama dia terjatuh tetapi semua kilas balik yang dia lakukan memakan waktu cukup lama.
Evindro berpikir lebih baik dia menghembuskan nafas terakhir sebelum menghantam dasar jurang agar tidak perlu merasa sakit yang lainnya, tetapi andaikan itu terjadi mungkin dia tetap tidak merasakan apa-apa karena sekarang pun dia sudah tidak merasakan sakit yang sebelumnya dia rasakan dari luka yang disebabkan Seruni.
Evindro akhirnya merelakan semuanya, tidak lagi peduli dengan apapun yang akan terjadi padanya.
Yang pertama kali Evindro temukan saat kembali bisa melihat adalah jalan setapak yang mengeluarkan cahaya putih terang, dia menoleh ke kanan dan kiri serta belakang namun hanya menemukan kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hendrowidodo_Palembang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Mandi Di Danau
"Oh, kau pernah melihatnya? Aku mendapatkan beberapa dari pendekar yang jatuh, cincin itu kosong dan pemilik sebelumnya sudah mati. Kau teteskan darahmu dan cincin itu akan mengenalimu sebagai tuannya. Selain dirimu tidak ada yang bisa menggunakannya. Selain itu ruang di dalamnya akan bertambah luas seiring dengan jumlah tenaga dalam yang kau miliki."
Evindro menatap cincin itu sekali lagi, tidak menduga Evindro akan semudah itu memberikan pusaka yang tidak ternilai kepadanya. Sekarang Evindro mengerti alasan Nacha mengatakan Pedang Penguasa Malam merupakan pedang pusaka yang cukup bagus, karena Nacha pernah melihat pedang yang jauh lebih baik.
Evindro tertawa pelan, kepalanya terasa kosong sekarang. Dia tidak bisa menerima bahwa Pusaka Penguasa Dunia yang membuat dunia persilatan menjadi kacau selama puluhan tahun ternyata bukanlah sesuatu yang istimewa di dunia lain.
"Senior, anda yakin memberikan cincin ini untukku?"
"Tentu, lagipula itu tidak berguna untukku. Kau bisa menyimpan makanan atau sesuatu yang kau temukan nanti di dalam sana."
Evindro masih sulit percaya, dia akhirnya meneteskan darahnya pada cincin itu dan tidak bisa berhenti mengelus cincin tersebut sambil tersenyum lebar.
Nacha tertawa kecil ketika melihat sikap Evindro, "Kau laki-laki tetapi suka dengan perhiasan..."
Evindro ingin berkata sesuatu tetapi mengurungkan niatnya, dia sadar tidak salah seseorang seperti Nacha menganggap Cincin Samudra sebagai hiasan belaka.
"Evindro, berhenti melihat cincin itu dan selesaikan makananmu. Kita masih harus membersihkan tubuh dan pakaianmu di danau."
Perkataan Nacha membuat Evindro tersadar, setelah semua yang terjadi Evindro lupa tubuhnya bersimbah darah siluman kelinci yang dibunuhnya. Tubuhnya mengeluarkan aroma amis yang kuat, darah siluman memang memiliki aroma darah yang jauh lebih kuat daripada darah manusia atau hewan biasa.
"Senior, apa kau harus menggendongku lagi untuk menuju danau itu?"
"Coba tebak, menurutmu?" Nacha tersenyum lebar.
Evindro menelan ludahnya, kebahagiaannya karena mendapatkan Cincin Samudra segera menghilang. Dia menatap bongkahan daging kecil yang ada di tangannya, semakin ragu untuk menghabiskannya.
Pada akhirnya Evindro hanya bisa pasrah saat Nacha mengangkat kerahnya dan membawanya seperti anak kucing. Evindro menghela nafas panjang sebelum menarik nafas dalam-dalam dan berusaha tidak kehilangan kesadaran.
Nacha bergerak lebih pelan daripada sebelumnya, mungkin karena dia tidak ingin Evindro kehilangan kesadaran seperti sebelumnya.
Dalam perjalanan tersebut, keduanya bertemu dengan beberapa siluman tetapi Evindro tidak bisa melihat dengan jelas wujud siluman-siluman tersebut karena kecepatan geraknya.
Beberapa saat kemudian Nacha dan Evindro tiba di sebuah danau berukuran besar.
"Apa ini sebuah danau?"
Evindro sepertinya tidak bisa berhenti terkejut sejak tiba di dunia ini, danau di hadapannya begitu luas sampai dia tidak bisa melihat ujung dari danau tersebut.
Evindro bahkan bisa melihat garis cakrawala, andaikan Nacha tidak mengatakan ini sebuah danau maka Evindro akan berpikir lokasinya berdiri adalah tepi laut.
"Cobalah kau minum airnya, rasanya tidak asin." Nacha menunjuk ke arah danau itu.
Evindro mengangguk pelan sebelum meminum air dari danau, bukan hanya air itu tidak asin bahkan airnya terasa sedikit manis serta sangat menyegarkan.
Nacha kemudian mengayunkan tangannya, seketika muncul dua ember besar di hadapannya. "Kau bisa menggunakan ini untuk membersihkan diri."
Meskipun danau tersebut luas, Evindro tidak bisa langsung berendam atau mencuci pakaiannya yang penuh darah karena bisa mencemari air danau. Evindro hanya mengisi dua ember besar tersebut dengan air sebelum membawanya ke balik semak-semak untuk mencuci pakaian itu.
Evindro membilas tubuhnya dengan air danau dari satu ember, sementara ember yang lain digunakan untuk merendam jubahnya. Biasanya noda darah sulit untuk dibersihkan tetapi air danau ini dengan mudah memisahkan darah dari jubah Evindro.
'Hem... Danau ini sepertinya bukan danau biasa... Evindro pernah mendengar di dunia persilatan terdapat beberapa sumber air yang memiliki khasiat penyembuhan ketika seseorang berendam di dalamnya. Salah satu cirinya air yang dihasilkan terasa sedikit manis serta selalu dingin dan menyegarkan.
Ketika Evindro membilas tubuhnya dengan air danau, dia bisa merasakan sensasi kenikmatan yang sulit dijelaskan dan rasa pegal yang sebelumnya ada ditubuhnya menghilang begitu saja.
Evindro merenung sambil menunggu jubahnya kering, memandangi Cincin Samudra dan Permata Siluman yang ada ditangannya. Evindro mencoba menyimpan permata siluman, seketika permata siluman itu menghilang dari pandangan dan dapat dirasakan Evindro berada dalam Cincin Samudra.
Dengan fikirannya, Evindro mengeluarkan permata siluman dari Cincin Samudra, setelah mencoba beberapa kali, Evindro bisa dikatakan sudah menguasai cara kerjanya.
'Enam ribu lingkaran tenaga dalam ya...' Evindro kembali teringat syarat yang harus dipenuhi untuk bisa kembali ke dunia asalnya.
Evindro menghela nafas panjang, setelah mengetahui tempat ini dihuni oleh begitu banyak siluman, dia menyadari bukan mustahil mencapai enam ribu lingkaran tenaga dalam menggunakan permata siluman.
Di sisi lain, Evindro ternyata begitu lemah sampai tidak akan bisa bertahan hidup satu hari saja di tempat ini kalau bukan karena keberadaan Nacha.
'Jika aku ingin mengumpulkan enam ribu lingkaran tenaga dalam, mengandalkan permata siluman tidak akan cukup, aku harus mencari sumber daya berkualitas tinggi seperti Lobak Sungai Es...' Evindro menggaruk kepalanya, dia bahkan kewalahan menghadapi satu ekor kelinci saja, kalau dia ingin mengumpulkan lebih banyak sumber daya, dia harus mencapai tingkat pendekar yang lebih tinggi seperti Pendekar Raja atau Pendekar Suci.
Lamunan Evindro terhenti ketika menyadari jubahnya telah kering, dia memakai jubah itu dan kembali ke tepi danau.
"Eh, dimana Senior Nacha?" Evindro mengerutkan dahi ketika tidak menemukan seorang pun di sana, dia menoleh ke kanan dan kiri sampai menemukan jubah pengantin merah yang biasa dipakai Nacha tergeletak di tanah.
Evindro buru-buru meraih jubah tersebut dan memeriksa kondisinya, "Apa yang terjadi dengan Senior Nacha?!"
Evindro tidak menemukan bercak darah atau bau amis dari jubah tersebut, seolah jubah itu dilepaskan dengan sukarela. Ketika Evindro masih berusaha memahami situasinya, tiba-tiba permukaan air danau yang tenang bergelombang.
Evindro melompat mundur dan menarik pedangnya, meningkatkan kewaspadaannya. Dia melihat kepala dengan rambut putih keperakan perlahan-lahan timbul dari air.
"Ah, Evindro, kau sudah selesai membersihkan pakaianmu?"
"Senior! Ah!" Evindro memalingkan wajahnya ketika Nacha naik dari danau dalam keadaan tanpa busana.
"Hmm? Evindro, tidak perlu malu-malu. Kita sama-sama pria, suatu hari kita bisa mandi bersama." Nacha tertawa.
"Senior jangan bercanda, apa maksud..." Evindro mematung.
'Pria? Senior Nacha bilang kami sama-sama pria?' Evindro menoleh dan menemukan Nacha sedang berdiri tanpa busana dan basah sambil menatap dirinya sambil tersenyum lebar.
Mulut Evindro terbuka lebar saat melihat sesuatu yang bergantung diantara kedua kaki Nacha.