Aldena Faradila tak menyangka akhirnya harus kembali ke tempat yang paling dihindarinya selama lima tahun ini. Dena harus kembali karena saudara kembarnya yang jatuh sakit dan juga wasiat dari Vania, almarhum ibunya.
Kembalinya Dena ke rumah almarhum maminya membuat keluarga papinya tak suka dan mencoba mengusirnya kembali.
Sayangnya, Dena lima tahun yang lalu sudah berubah dan kini bersiap membalaskan dendam dan sakit hatinya.
Rupanya semua tak berjalan semulus apa yang direncanakan oleh Dena. Dia harus menikah sebelum usianya dua puluh lima tahun dengan lelaki yang sudah dipilihkan oleh almarhum maminya.
Apakah Dena bersedia menikah dengan Gara, atau lebih memilih kehilangan harta warisannya? Lalu bagaimana jika ternyata Dena masih belum bisa melupakan masa lalunya yang ternyata keponakan dari Gara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_W, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sutedjo
Dena menatap cermin, di terlihat cantik dalam balutan kebaya rose gold. Rambutnya ditata membentuk sanggul sederhana.
Sebentar lagi, lelaki itu akan datang melamarnya. Jodoh yang diwasiatkan mami untuknya.
Siapa dia?
Dena sampai saat ini belum bisa mempercayai jika dia akan dinikahkan dengan lelaki yang tak dikenalnya.
Bagaimana rupa atau wataknya, Dena tak tau. Tante Dita yang sedari tadi sibuk membantunya bersiap pun tak menjawab pertanyaannya tentang calon suaminya.
"Kamu nggak usah khawatir, mami kamu terlalu menyayangi kalian berdua. Dia sudah mempersiapkan yang terbaik, jauh sebelum dia berpulang."
Hanya itu yang Tante Dita katakan saat Dena mengungkapkan kekhawatirannya yang belum sanggup memulai kisah baru dengan lelaki lain. Ada rasa takut di hati Dena.
Bagaimana jika lelaki yang menjadi suaminya ini seperti papinya atau bahkan lebih parah dari Evan.
Dena sendiri masih belum seratus persen menghilangkan rasa cintanya pada Evan. Tapi kini logikanya lebih jalan dibanding perasaannya.
Lelaki yang berselingkuh biasanya akan mengulanginya kembali di kemudian hari.
Dena mendengar suara mobil yang sepertinya berhenti di depan pagar rumahnya. Sepertinya calon suaminya sudah datang.
"Calon suami kamu itu ganteng dan gagah. Tante Dita aja sempat terpesona kalau nggak ingat umur." ucap Tante Dita yang mencoba mengalihkan rasa gelisah Dena.
Gadis itu sedikit lega...ya sedikit.
Karena mendengar lelaki yang akan menikahinya adalah lelaki tulen, bukan seperti Lulu.
"Om kamu sempat pundung, waktu Tante ngobrol sama calon kamu." lanjutnya lagi yang terkekeh geli menampilkan gigi gingsul nya.
Dena menatap Dita, istri om nya ini memang masih terlihat cantik walaupun sudah tak muda lagi. Ditambah aura positif wanita itu yang selalu memberikan kehangatan bagi orang sekitarnya.
"Om Albert itu memang cemburuan, padahal udah tua." sahut Dena yang mulai relaks.
"Om kamu nggak pernah marah kalau Tante ngobrol sama Unggung. Tante malahan sempat khawatir kalau kamu dijodohkan sama Unggung." ucapan Tante Dita sontak membuat Dena bergidik ngeri.
Membayangkan dirinya bersanding dengan Unggung... Oh...No
Dena sangat mengenal Unggung, sudah separuh dari usianya mereka bersama.
Dena bahkan tau jika Unggung punya kebiasaan menggaruk-garuk punggung ke pinggiran dinding. Alasannya, tangannya gak sampai buat garuk punggungnya.
Dan herannya punggung Unggung itu sering banget gatalnya. Tiap hari malahan.
"Beda kali Tante, Unggung itu baru ketemu aja udah bikin orang ilfill." kata Dena yang mengingat kelakuan aneh Unggung yang banyak sekali.
"Anak itu baik, cuma nggak cocok jadi suami kamu. Kalian cocoknya jadi teman, sahabat. Dia bisa buat kamu tertawa tapi belum tentu bisa buat kamu nyaman hidup bersamanya."
Dena terdiam mendengar kata-kata Tante Dita, lalu apakah calon suaminya bisa membuat hidupnya nyama kelak.
Entahlah....
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan di pintu kamar Dena membuat kedua perempuan itu menatap siapa yang masuk ke dalam kamar.
"Mbak Dena, disuruh turun sama pak Tedi." kata Bik Yun
"Iya Bik, bentar lagi kami turun. Dena udah siap." kata Tante Dita yang mulai sibuk memperhatikan sanggul, make up, kebaya, bahkan mendengus aroma tubuh Dena.
"Ish... Tante apaan sih?" ucap Dena yang risih dengan kelakuan absurd tantenya.
"Tante cuma mastiin, aroma badan kamu itu bau sangit atau nggak. Jangan sampai calon kamu ilfeel gara-gara BB kamu." kata Tante Dita yang mengambil botol parfum di atas meja rias dan ingin menyemprotkan ke tubuh Dena.
"Eeeh.... Nggak ya Tan, mana ada sejarahnya aku bau badan..... Ini parfum jangan disemprotin lagi, ah.... Nanti malah dikirain aku kembang setaman, Tan." Dena segera beranjak menjauhi tantenya yang baru saja ingin menyemprotkan parfum Doer yang harganya selangit.
Karena melihat Dena yang sudah menuju pintu, Dita pun menyimpan parfum itu dan segera menyusul keponakannya.
Mereka berdua pun turun menemui calon suami Dena.
Sementara di bawah, raut ketegangan jelas terpancar orang-orang di ruang tamu itu.
Ruangan itu sudah dikosongkan alias tak ada lagi furniture karena sudah 'dibuang' Dena dan ditampung di rumah Evan.
Mereka duduk beralaskan permadani yang harganya standar karena bukan impor dari Turki. Permadani hasil pinjaman dari ibunya Unggung.
Dena bukan tak mampu membeli, hanya saja saat ini rumahnya masih berstatus sengketa. Kemarin sore saja, Kana mengamuk saat orang yang ditugaskan untuk 'membersihkan' rumah itu datang.
Katanya tulus, hatinya bak malaikat. Baru segitu aja udah mengamuk sampai pak RT datang.
Apalagi kalau nanti Dena memulai rencana lainnya. Bisa-bisa Kana berdemo di depan kantor Gubernur.
Tedi, selaku papi Dena terlihat diam saja sambil menatap tajam pada lelaki yang menjadi calon suami putrinya.
Dia sudah pernah bertemu Anggara, tapi di tak sempat mengobrol banyak. Jujur saja dia penasaran, dimana Vania mengenalnya.
Sementara Kana hanya duduk gelisah diantara Asta dan Mariana, ibu kandung Evan yang tampak tak nyaman dengan acara lamaran ini.
Sementara ayahnya Evan terlihat duduk di sebelah Anggara, calonnya Dena.
Evan sendiri tak tampak hadir di tengah-tengah keluarganya. Padahal biasanya, mereka akan membentuk formasi lengkap sebagai keluarga bahagia di depan orang lain.
Dena melangkah pelan dan anggun menuruni tangga satu persatu. Bukan karena dia ingin cosplay jadi anak perawan malu-malu yang lagi dilamar pangeran impian. Dia hanya tak ingin jatuh tersungkur dan membuat malu dirinya sendiri.
Karena rok batik yang dikenakannya begitu membatasi langkahnya. Awalnya dia sudah ingin menyiapkan gaun untuk dipakai malam ini.
Tapi tiba-tiba saja tadi pagi Tante Dita datang dengan membawa kebaya plus rok batik. Dena harus memakainya, wajib, no debat... itu kata Tante Dita.
Dengan langkah bak penguin Dena, menghampiri orang-orang yang sedang menatapnya dengan pandangan nano-nano.
Ada yang sinis, ya sudah pastilah siapa yang menatapnya seperti itu sudah pasti dua beranak yang seperti ular berbisa.... Ditambah satu lagi, mantan calon mertuanya. Mamanya Evan..
'Heeeh... Ngapain dia di sini? Memang penting ya harus diundang. Nambahin porsi konsumsi aja.' batin Dena dengan kurang ajarnya membalas tatapan sinis Mariana dengan senyum miringnya.
"Duduk sini, Na." ucap Tante Dita yang mengarahkannya duduk di dekat seorang wanita paruh baya berhijab maroon.
Dengan pelan bak putri kerajaan, Dena pun duduk bersila. Karena roknya yang sempit tak memungkinkannya untuk duduk bersila seperti biasanya.
'Sialan... Tau gini, aku pending angkutin barang-barangnya si kanak-kanak itu.' batin Dena yang menyesali kebodohannya.
Rupanya ekspresi dan tingkah Dena menjadi sesuatu yang menarik bagi seorang lelaki bermanik hitam yang duduk di sebelah papanya Evan.
Dena memandang ke arah lelaki yang menggunakan kemeja batik dengan motif yang sama dengan rok batiknya.
Ternyata dia pelakunya. Mau couple tapi menyusahkan dirinya. Itulah pikiran pertama Dena saat melihat lelaki yang terlihat memiliki garis wajah seperti papanya Evan.
"Jadi, Dena... Ini Anggara Dimas Sutedjo, calon suami kamu." ucap Om Albert yang menjadi perwakilan dari pihak perempuan alias Dena.
Mata gadis itu memfokuskan pandangannya ke arah lelaki yang duduk di sebelah om Adji, papanya Evan.
Ada yang aneh rasanya dan Dena terlihat berpikir keras.
"S_SuSu..tedjo???" Dena terbata-bata menyebutkan nama belakang Anggara karena syok. Namun, justru membuat nama tersebut jadi ambigu ditelinga orang lain.
'Hah, apa-apaan ini?'
masak tulisan tangan istri yg 20 thn bersama gak apal..
jadi bisa dikibuli kana..
😀😀😀❤❤❤
Anggaraaaaa...
laki2 superrrrrrr..
😀😀❤❤❤❤❤❤
❤❤😉❤❤❤
❤❤❤❤❤
makasi mau melanjutkan novel sang pemilik hati..
aku suka ama kak author yg tanggung jawab gini..
mkasi..
❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😘😘😘😘😗😗😗😙😙😙
❤❤❤❤❤
emang laki2 bwneran..
Anggara2...
lope2 dehhhh..
semangatttt...
❤❤❤❤
apa yg akn Evan lakukan lagi..
???
❤❤❤❤❤❤
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
😍😍😍❤❤❤❤
nyadarrrrr banggggg
cerdas banget vania ini..
swtelah diaudit..
pastu kana dan tedy harus ganti rugi..
salon vania jan jadi menyusut tinggak 2..
dan kebaikan wajah papinya..
jadilah klop .
perpasuan yg sempurna..
😀😀😀❤❤❤
😀😀😀❤❤❤