Althea hanya ingin melupakan masa lalu.
Tapi takdir membawanya pada seorang Marco Dirgantara ,CEO Dirgantara Corp sekaligus mafia yang disegani di Eropa.
Kisah cinta mereka tidak biasa. Penuh luka ,rahasia dan bahaya.
Bab 18 - Antara Ambisi dan Cinta
Siang hari itu mulai turun dengan terik. Jam makan siang untuk karyawan Dircorp telah terlewat selama hampir 1 jam. Langit cerah nan panas tampak seperti melukiskan perasaan Althea yang membara, Ia baru saja keluar dari ruang kerja Marco setelah dibombardir ciuman yang membuat napasnya nyaris putus. Tubuhnya masih gemetar ketika kembali ke divisi Legal, wajah memerah karena malu sekaligus marah.
Semua karyawan pura-pura sibuk di depan layar komputer, tapi ekor mata mereka jelas-jelas memperhatikan. Reno yang sudah lebih dulu duduk hanya bisa menghela napas melihat tatapan aneh dari rekan-rekan mereka.
“Semua aman?” tanya Reno pelan saat Althea menaruh map laporan di mejanya.
“Aman apanya?” Althea melirik kesal. “Aku hampir mati karena Suamimu itu, Reno.”
Reno mengernyit dalam dan sejurus kemudian ia berusahan menahan tawa, menutupi mulutnya dengan tangan. “Eh, jangan bilang begitu. Kalau ada yang dengar, mereka bisa pingsan.”
Althea ikut-ikutan terkikik ,apalagi melihat ekpresi Reno saat ini yang sudah seperti kepiting rebus ,dan tatapan para staff lain nya seolah membenarkan ucapan Althea.
Betapa tidak ,hanya karena Reno Jomblo dan terlalu setia pada Marco ,sampai-sampai mengatai Marco adalah suami Reno.
Althea berhenti dengan tawanya kemudian berdecak. “Aku ini karyawan Legal, tapi rasanya lebih mirip boneka yang bisa dia tarik sesukanya!”
Di tengah desahannya, ponsel Althea bergetar. Sebuah pesan masuk dari Marco:
“Pulang tepat waktu. Aku akan jemput. Jangan cari alasan ,Aku pergi menemui client dahulu dengan Devin.”
Althea menghela napas berat. Reno hanya mengangkat alis, memberi ekspresi “ya begitulah tuan besar”.
---
Malam harinya ,villa pribadi Marco dipenuhi atmosfer yang aneh. Althea duduk di meja makan besar dengan perasaan campur aduk. Semua pelayan dan maid rumah itu mencuri pandang dengan senyum-senyum tipis.
Bukan karena gosip. Tapi karena mereka baru saja menyaksikan pemandangan langka ,yaitu seorang Marco Dirgantara turun ke dapur sejak sore tadi, dengan apron hitam melingkar di pinggang, ia mencoba memasak pasta carbonara untuk Althea.
“Apa kalian semua tidak bosan terus melihat aku di sini?” Althea memecah keheningan, menatap para pelayan yang berdiri kaku di sudut ruangan.
Maid senior, Risa, tersenyum kikuk. “Kami hanya... kagum, Nyonya. Tuan Marco jarang atau lebih tepatnya tidak pernah masuk ke dapur apalagi menyentuh kompor. Dan tadi beliau...”
“Astaga...” Althea menutup wajahnya dengan kedua tangan, mendesah panjang. Jadi itu bau gosong yang tercium di dapur tadi?!
Tiba-tiba Marco muncul dari arah dapur, membawa piring besar penuh pasta yang... well, lebih tepat disebut percobaan kuliner. Aromanya kuat, terlalu banyak bawang putih dan keju.
“Cicipi ini,” katanya singkat, meletakkan piring di depan Althea.
“Aku...” Althea terdiam. Semua pelayan tampak menahan napas, jelas menunggu reaksi.
Dengan ragu, Althea mengambil garpu dan menyuapkan sejumput pasta itu ke mulutnya.
Hmm... asin ,sedikit gosong. Tapi... entah kenapa rasanya hangat.
Althea tersenyum samar. “Ini... tidak buruk,” katanya akhirnya.
Marco yang berdiri di seberang meja memiringkan kepalanya. “Tidak buruk? Itu saja?”
“Kalau aku bilang enak, nanti kau besar kepala.”
Para pelayan menahan tawa. Reno yang kebetulan datang untuk menyerahkan dokumen hampir tersedak menahan suara. Marco hanya mendesah berat, tapi bibirnya terangkat membentuk senyum tipis yang jarang muncul.
“Besok aku akan coba lagi,” katanya serius.
Setelah makan malam, Marco membawa Althea ke kamarnya. Ia menarik pinggang istrinya dengan gerakan penuh kuasa, membuat Althea menatapnya tajam.
“Marco, jangan...” bisik Althea, suaranya bergetar. “Aku lelah.”
Marco mengangkat wajahnya yang tegang. “Aku juga lelah, Althea. Tapi bukan karena pekerjaan.”
Althea terdiam. Napas Marco terasa di lehernya, panas, membuat bulu kuduknya berdiri.
“Aku tidak suka perasaan ini,” bisik Marco. “Ketika kau bersama pria lain, bahkan hanya untuk urusan kerja, rasanya aku ingin menghancurkan dunia.”
“Marco...” Althea menyentuh dadanya pelan. “Kamu mengikatku hanya dengan rasa takut ,sedang kamu sendiri menyembunyikan statusku.”
Marco menatapnya dalam, lalu mencium Althea dengan tiba-tiba. Ciuman kali ini berbeda. Tidak sekadar gairah atau penguasaan, tapi seperti ada ketakutan dan luka yang mengalir.
Althea merasakan tubuhnya melemah, tapi ia tidak melawan. Marco mendekapnya erat, seolah takut Althea akan hilang jika ia melepaskan.
Ketika akhirnya Marco berhenti, ia menempelkan keningnya ke kening Althea. “Aku mencintaimu dengan cara yang buruk. Tapi itu satu-satunya cara yang kupunya.”
Althea tidak menjawab. Air matanya menetes tanpa ia sadari.
Althea ,kenapa kau suka sekali menangis jika denganku?
"Aku hanya istri dibalik layar ,diatas kertas ,bayangan ,tapi suatu hari yang akan kau perlihatkan pada dunia adalah Patricia atau mungkin wanita lain."
"Perlakuan mu selalu membuatku jatuh ,aku benci itu Marco! Luka masa laluku belum kering ,Ares yang kembali drop karena aku sibuk dalam tekanan hidupku. Lalu bagaimana denganku jika hari itu tiba?"
"Kau tidak mengontrak ku untuk menjadi istri ,tapi apa bedanya dengan semua ini? Aku akan pergi juga kan jika tiba waktunya?"
Marco terdiam ,tertunduk.. namun tangan lebarnya meremas tangan mungil Althea.
"Aku bahkan tidak tahu ,apa cintamu itu tulus atau hanya obsesi pada tubuhku ,untuk hasratmu!"
Kali ini Marco tercengang ,mata nya memerah ,tanpa kata ia bangkit dari tempat tidur dan meninggalkan kamar dengan membanting pintu
Bummmmmp!
Althea menangis sesenggukan ,namun ada rasa lega dalam hatinya karena telah meluapkan segala nya pada Marco. Ia tidak mau selamanya dalam genggaman Marco yang suatu hari bisa saja melepaskan nya.
Sedang Marco di ruang kerjanya.
"Arrgghhhh ,Althea !" Erang Marco seraya menyugar rambutnya.
Marco berjalan menuju balkon ruang kerjanya ,matanya menerawang jauh ,terbawa lamunan.
Andai duniaku normal ,aku pasti akan memperkenalkanmu bahkan pada dunia. Sayang nya dunia terlau diatur. Cepat atau lambat yang dihadirkan pada publik adalah dia. Dan Althea hanya akan menjadi Luka yang aku peluk. Dan anehnya ,semakin aku berusaha untuk tidaj terikat ,namun aku semakin takut kehilangan nya. Ucap Marco dalam hati.
"Althea ,desahnya."
Malam itu Marco memilih untuk tidur di ruang kerja nya ,sedang Althea tidur di kamar Ares.
---
Keesokan paginya, Reno datang membawa undangan resmi dari MuseVibe Entertainment.
“Mereka akan mengadakan private showcase minggu depan untuk para mitra bisnis,” jelas Reno. “Dan Tuan Jay pribadi yang memintamu hadir, Althea.”
Althea yang sedang serius membaca berkas pengajuan kerja sama menatap Reno “Jay?”
Reno mengangguk. "Sepertinya dia cukup terkesan dengan kemampuanmu Althea.”
“Tidak ada yang perlu dipamerkan,” sahut Marco tiba-tiba dengan suara dingin. “Dia tidak akan pergi.”
“Tunggu!” Althea berdiri, menatap Marco. “Ini pekerjaan, Marco. Kamu yang memintaku tetap bekerja. Jadi biarkan aku melakukannya dengan benar.”
Marco menatap Althea lama, rahangnya mengeras. “Baik. Tapi aku akan ikut.”
Althea ingin protes, tapi Reno cepat-cepat menyela. “Itu ide bagus, Tuan.”
Sementara itu, Patricia menerima salinan undangan yang sama. Luke duduk di sebelahnya, memainkan gelas anggur dengan tatapan dingin.
“Jay? CEO MuseVibe itu?” tanya Luke pelan.
Patricia tersenyum licik. “Ya. Aku mendengar ia punya ketertarikan khusus pada Althea. Kita bisa manfaatkan itu.”
Luke menatap Patricia. “Jangan libatkan Althea terlalu jauh. Aku tidak mau dia terluka.”
“Sayang sekali, Luke. Kalau kau mau dia jadi milikmu, dia harus tahu siapa Marco sebenarnya. Dan siapa yang bisa ‘menyelamatkan’nya.”
Luke mengepalkan tangan. Ia benci permainan ini, tapi hatinya terlalu lemah untuk menolak.
Hari itu, undangan MuseVibe menjadi topik utama di meja kerja Althea. Semua orang bertanya-tanya siapa yang akan hadir.
Sedangkan Di sisi lain kota, Patricia membuka email berisi schedule acara MuseVibe yang akan datang. Ia tersenyum puas.
“Pertunjukan yang sebenarnya baru akan dimulai,” gumamnya.
Luke yang membaca pesan rahasia dari Patricia semakin gusar. Tapi ia tidak bisa berhenti menatap foto Althea yang diam-diam ia simpan di ponselnya.
“Maafkan aku, Althea,” bisiknya. “Tapi aku tidak akan membiarkan Marco menghancurkanmu... meskipun itu berarti aku harus jadi musuhnya.”
Baru bisa Update ,karena sibuk MenDonat🤭
Tinggalin jejak dan kritik yang membangun yaa ,Happy Reading 💕