Cinta Dalam Dua Ikrar

Amanda terus menatap pemandangan di seberang sana, wajahnya pucat seketika. Jantungnya seolah berhenti berdetak sesaat. Ia bahkan tak mampu memalingkan pandangannya, saking terkejutnya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Sarah yang menyadari perubahan ekspresi Amanda langsung menyikut lengannya pelan.

"Beb, lo liatin siapa sih? Sampai bengong gitu?" tanya Sarah sambil melirik ke arah yang sedang ditatap Amanda. Ia sampai menyipit menatap pria yang ditunjuk Amanda.

Amanda menoleh pelan dengan ekspresi yang belum berubah. "Gue ngeliat Papa mertua gue… sama sekretarisnya."

Sarah menaikkan alis. "Terus kenapa? Mungkin aja mereka abis meeting kali. Di sini kan sering banget dipakai tempat meeting para pebisnis, jadi wajar aja."

Amanda menggeleng pelan. "Bukan itu yang bikin gue syok. Tapi lo liat tuh, meja pojok deket jendela. Liat kelakuan mereka."

Mendengar nada Amanda yang serius, Sarah pun langsung mengikuti arah pandangnya. Dan seketika matanya membulat saat melihat sosok pria paruh baya sedang duduk santai sambil merangkul mesra seorang wanita muda yang tidak asing baginya.

"Gila! Amanda… itu Papa mertua lo? Seriusan? Gila… sekretarisnya nempel banget. Astaga, dia barusan nyium pipinya loh!" seru Sarah menutup mulutnya.

Sarah yang juga mengenal mertua dari Amanda tentu saja syok. Di mana ia melihat Papa mertua Amanda duduk dengan tenang, sementara sekretarisnya menyandarkan tubuhnya pada dada pria itu dengan manja. Keduanya terlihat begitu mesra, bahkan tidak sungkan sekretaris wanita itu mencium Papa mertua Amanda.

Amanda mendengus. Matanya masih tak lepas menatap adegan yang seharusnya tak pernah ia lihat. "Dasar. Diam-diam menghanyutkan tuh Papa. Dikirain kalem, taunya pemain juga."

Sarah ikut terkekeh. "Fix sih, dia selingkuh. Gila, Papa lo udah punya istri seganas Mama Lita tapi masih sempet-sempetnya pacaran di tempat umum. Berani banget."

Amanda tertawa pelan, sinis. "Gue pengen liat sih reaksi Mama Lita kalo sampe tau suaminya selingkuh. Jangan-jangan jantungnya copot tuh."

"Yakin sih! Mama Lita tuh galak banget. Dulu aja gue pernah kena semprot pas lagi main ke rumah lo. Tapi… kalau ngeliat Papa mertua lo sekarang sih, pantes aja dia cari pelarian. Cewek itu masih muda dan hot, sementara Mama Lita udah... yah, lo tau sendiri lah," ujar Sarah sambil nyengir.

Amanda bersandar ke kursinya, mengibaskan rambut. "Hahaha… karma ya. tiap hari gue dimaki-maki terus, sekarang giliran dia yang harus nelen pil pahit."

"Lo tuh menantu paling kurang ajar yang pernah gue kenal," celetuk Sarah sambil tertawa.

Tiga hari berlalu, dan selama itu pula Wilona terus menanti informasi dari Amanda. Hanya menunggu yang mampu ia lakukan, ingin mencari tahu sendiripun rasanya tidak mungkin. setelah dengar dari Vania jika Wilona mulai curiga, Aryan jadi lebih ketat pada wanita itu, otomatis pergerakan Wilona juga tak bisa bebas, terlebih ia hanya seorang diri tidak ada seorangpun yang bisa ia minta bantuan.

Dan malam ini, ia mendapatkan rentetan pesan berupa foto dari nomor asing. Nomor itu mengirimkan sebuah foto pernikahan suaminya dengan perempuan lain dan masih banyak lagi foto-foto lainnya dengan perempuan yang sama.

"A-pa ini..." Wilona membekap mulutnya sambil memandang nanar ponselnya.

Dan yang membuatnya terkejut dan sesak napas adalah saat melihat foto pernikahan suaminya dengan keluarga besar Januartha, serta ada Vania dan Arga juga.

"Va-nia... Arga..." lirih Wilona dengan tatapan tak percaya.

Tidak hanya itu, ia juga melihat foto-foto suaminya menemani seorang wanita melahirkan, juga foto mereka dengan sang bayi yang berada di atas dada ibunya. Mereka terlihat sangat bahagia, terlihat dari bibir suaminya yang tersenyum lebar. Ada pula suaminya itu mencium kening perempuan itu. Dan masih banyak foto lainnya yang terlihat sedang liburan.

"Tidak mungkin... Tidak mungkin..." Wilona menggeleng tak percaya dengan air mata yang mengalir di kedua pipinya. Kemudian ia membaca pesan singkat yang dikirimkan Amanda.

Jika kamu tidak percaya, alangkah baiknya kita bertemu secara langsung, biar semuanya jelas.

Besok kita ketemu di Restoran Flora jam 11:30. Sekalian kita kenalan sebagai istri-istri Mas Aryan.

Wilona terduduk di atas ranjang, pandangannya kosong namun buliran bening itu terus membasahi pipinya.

Jantungnya seperti dihantam batu besar sehingga terasa menyesakkan dadanya.

"Kenapa, Mas? Kenapa kamu tega melakukan ini semua padaku?"

"Kamu bilang kamu mencintaiku... Tapi kamu juga menyakitiku...."

Wilona memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, isak tangisnya kian menggema di dalam kamarnya.

Janji setia yang diucapkan oleh suaminya ternyata hanya semu. Segala pengorbanannya untuk bisa bersama dengan pria itu ternyata hanya sia-sia.

Kebersamaan mereka merajut kasih sedari SMA hingga kini menikah ternyata tidak ada artinya bagi suaminya. Bertahun-tahun mereka mengarungi suka duka dan pada akhirnya, pria yang dia cintai itu tega berpaling pada wanita lain.

"Brengsek!!" Wanita itu berteriak dan membanting semua barang yang ada di meja riasnya. Bedak, botol parfum, skincare semuanya beterbangan, jatuh berantakan.

"Bajingan... Aku membencimu...!!" Wilona terus berteriak frustasi dan membuat kekacauan di kamarnya.

Sayang sekali, Aryan tidak ada di rumah malam ini. Pria itu mengatakan akan lembur di kantor dan tidak pulang. Wilona yang tadi pagi percaya pada pria itu, namun sekarang tidak lagi. Yang ada dalam kepala wanita itu pasti suaminya sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya.

"Pasti kamu tidak lembur, kan, Mas... Pasti kamu sedang bersama wanita itu, kan?" Wilona tertawa keras seperti orang gila. Sepertinya dia sedang menertawakan kebodohannya selama ini menjadi istri yang begitu percaya dan lugu, hingga mudah dibodohi.

"Hahahaha... Lihatlah kamar ini berantakan. Sekarang aku ada temannya, tidak hanya hidupku saja yang berantakan, tapi kamar ini juga, hahahah..." Wanita itu tertawa dengan air mata yang terus mengalir, menatap pada kamarnya yang sudah tidak berbentuk akibat ulahnya.

Wanita itu terlihat sangat kacau malam ini. Guratan kesedihan dan kekecewaan tampak melekat jelas di wajahnya.

Tawanya melebur dalam tangis. Air matanya tidak kunjung berhenti.

Sosok Wilona malam ini hanyalah bayang-bayang dari wanita ceria yang dulu selalu percaya pada cinta. Kini yang tersisa hanyalah luka, kecewa, dan hati yang dihancurkan orang yang paling ia percaya.

JANGAN LUPA BERI LIKE, KOMEN DAN VOTE

DUKUNGAN TEMAN-TEMAN SEMUA SANGAT BERHARGA.....LOVE YOU ALL.....