NovelToon NovelToon
Second Chances

Second Chances

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Reinkarnasi / CEO / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: cakestrawby

John adalah seorang CEO yang memiliki perusahaan yang sukses dalam sejarah negara Rusia, Keeyara menikah dengan John karena perjodohan orang tua mereka. Pernikahan mereka hanya jadi bumerang bagi Keeyara, John sangat kasar kepada Keeyara dan dia sering menjadi pelampiasan amarahnya ketika John sedang kesal. John juga memiliki kekasih dan diam-diam menikahi kekasihnya itu, Arriel Dealova.

Istri kedua John seringkali cemburu kepada Keeyara karena ia memiliki julukan sebagai 'Bunga Lilac' karena memiliki wajah yang cantik yang selalu menarik perhatian para pemuda. Bulan demi bulan berlalu dan Keeyara mulai kehilangan emosi dan bahkan tidak merasakan apapun saat melihat John dan Arriel sedang menggendong bayi mereka di depan wajahnya. Hingga, beberapa deretan kejadian dan permasalahan membuat Keeyara mengalami kecelakaan yang sangat berat dan menyebabkan Keeyara meninggal dunia. Tetapi anehnya, dia kembali bangun pada tanggal 20 April 2022, tepat dihari pernikahan John bersama kekasihnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cakestrawby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

...

Keesokan paginya, Keeyara keluar dari kamarnya sambil menguap. Langkah kecilnya membawanya memasuki ruang makan, di sana terlihat Dante yang sedang menikmati sarapannya sendiri sambil membaca surat kabar, sedangkan Giya yang saat itu hendak memulai sarapannya terdiam sejenak begitu Keeyara datang. Wanita paruh baya itu pun tersenyum dan segera menyapanya....

"Selamat pagi, Keeyara. Aku sudah membuatkan panekuk untukmu."

Keeyara mengabaikannya, ia menarik kursi yang ada di sebrang Ayahnya lalu duduk di sana. Pergerakannya itu tidak luput dari perhatian Dante, sambil berdehem pria itu menyimpan surat kabarnya dan langsung menatap putrinya dengan tatapan tajam.

"Berapa lama kau akan tinggal disini?" tanya Dante, ia tidak perlu menanyakan mengapa putrinya malah bermalam disini daripada di rumahnya sendiri, karena dia tahu alasannya. Namun, dia juga sama sekali tidak terkesan dengan pembangkangan putrinya itu.

"Mungkin sampai saya bercerai dan menemukan Apartemen yang bagus?" jawab Keeyara dengan santai sambil menyuapi panekuk itu ke mulutnya.

Giya memperhatikan interaksi itu, namun dia tidak bisa berbuat banyak. Sebaliknya, yang ia lakukan hanyalah bergerak tidak nyaman di kursinya. Sementara itu, Dante mulai memukul meja dengan tinjunya, membuat Giya yang duduk di sampingnya sedikit tersentak. "Usiamu sudah 23 tahun, dan kamu masih saja kekanak-kanakan, dasar memalukan!" bentaknya.

"Ini kehidupan saya-"

"Kamu seorang wanita, Keeyara! Dan masa depanmu sudah di tentukan, tapi kamu masih saja keras kepala. Apakah kamu tahu apa yang akan di katakan oleh orang-orang tentang ini?! Kita akan menjadi bahan tawaan seluruh negeri!" potong Dante sambil berdiri dari tempat duduknya, ia menunjuk putrinya itu dengan tajam, memberinya peringatan.

Keeyara memejamkan mata sejenak lalu mendesah pelan, ia meletakan garpu di samping piringnya dan segera menatap Dante secara langsung. "Saya benar-benar tidak perduli dengan pendapat orang lain. Dan sebagai informasi, saya menceraikan John karena dia adalah pria yang brengsek. Siapa sih yang bisa menerima suami yang selingkuh, Ayah?" tatapan itu beralih antara Dante dan juga Giya, seringai tipis terbentuk di wajahnya.

Dante yang mendengar itu langsung membanting kursinya dan berjalan memutari meja untuk menghampiri Keeyara, ekspresinya mengeras.

"Kita semua tahu tentang hal itu, tetapi kamu seharusnya memaafkan John dan tetap menjadi istrinya, bukan menceraikannya!" teriakan pria itu menggelegar bagaikan bom, membuat Giya sangat khawatir.

"Memaafkannya? Semudah itukah anda untuk berbicara tentang memaafkannya? Tidak heran jika anda membenarkan perilaku John karena dia tidak sama jauhnya seperti anda. Rasanya seperti anda sedang melihat anda sendiri di depan cermin, kan?"

Dante sedikit terkejut saat putrinya sendiri mengucapkan kata-kata seperti itu, ia akhirnya menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. "Sekali pun jika dia seorang penipu, kau seharusnya tetap mempertahankan pernikahan kalian berdua demi nama baik keluarga." lanjut Dante sambil memijat pangkal hidungnya.

"Saya bahkan sudah tidak perduli lagi dengan keluarga ini, sejak Ibu saya meninggal dan anda menikah lagi dengan wanita itu..." tatapan dingin Keeyara kini tertuju kepada Giya yang langsung menundukan kepalanya. "Saya bahkan tak pernah memiliki Ayah, jadi jangan bersikap seolah anda perduli dengan apa yang sedang saya alami, saya sudah dewasa dan saya mengerti mana yang terbaik untuk saya dan begitu pun sebaliknya," lanjutnya dengan lirih.

Ekspresi Dante menjadi gelap, ia mengepalkan tinjunya saat otot rahangnya pun mulai menegang. "Jangan berani-beraninya kamu menggunakan ibumu sebagai alasan. Kau bersikap seolah-olah kau satu-satunya yang menderita di dunia ini, aku juga kehilangan dia, tetapi aku masih harus terus maju, bahkan aku masih harus mengelola perusahaan, keluarga dan reputasi kita sebagai keluarga!"

"Dan apakah Anda merasa sedih ketika istri Anda meninggal? Tidak. Dan apakah Anda merasa kehilangan? Tidak juga, karena ketika ibu saya meninggal, Anda sedang bersama wanita itu, di tempat tidur Anda dan istri anda sendiri!" teriak Keeyara sambil menunjuk Giya yang saat itu masih terus terdiam.

"Berani sekali kau bicara seperti itu padaku? Aku melakukan apa yang biasanya dilakukan pria! Bagaimana mungkin kau tidak mengerti, kau seorang wanita, kau tidak akan mengerti."

Keeyara langsung tertawa sinis. "Wah... Jadi tiba-tiba selingkuh dianggap wajar jika dilakukan oleh pria? Tahukah Anda betapa konyolnya Anda?"

"Kamu masih terlalu naif, Keeyara. Kamu tidak mengerti bagaimana dunia bekerja. Pria punya kebutuhan, dan wanita harus mengerti dan menerimanya."

"Jadi bagi anda, kebutuhan pria membenarkan perselingkuhan mereka, dan wanita hanya diharapkan untuk memahami dan menerima? Apakah begitu cara kerjanya dalam pandangan dunia anda yang menyimpang?" protes Keeyara, menatap sang Ayah dengan pandangan tak percaya.

Dante terdiam sejenak, tatapannya jatuh ke lantai marmer yang mahal. "Ya, karena laki-laki adalah pihak yang memberi nafkah dan melindungi, sedangkan perempuan harus patuh dan setia. Itulah kodratnya," jawab Dante pelan.

"Jadi ini semua tentang kekuasaan dan kendali, bukan? Pria memegang kekuasaan, dan wanita hanya diharapkan untuk tunduk dan setia, terlepas dari apa yang dilakukan pria. Itu cara berpikir yang sangat terbelakang, Ayah." Keeyara tak kuasa menahan tawa mengejeknya.

"Begitulah cara dunia bekerja, dan akan selalu begitu. Kamu perlu memahami tempat kamu di dunia ini dan menerima segala sesuatu sebagaimana adanya."

Keeyara menggelengkan kepala karena tidak percaya. "Tidak, saya menolak untuk menerima itu. Saya menolak untuk percaya bahwa seorang wanita hanya bisa setia dan patuh tanpa mempertimbangkan perasaannya sendiri. Wanita berhak mendapatkan rasa hormat dan kesetaraan. Anda hanya melihat wanita sebagai objek, seseorang yang hanya akan melayani pria dan kebutuhan mereka."

"Rasa hormat dan kesetaraan? Jangan naif. Perempuan dan laki-laki itu berbeda. Kalian adalah jenis kelamin yang lebih lemah, kalian tidak akan pernah setara dengan kami," tukas Dante dengan tajam.

Keeyara tidak percaya dengan apa yang telah di dengarnya, ia pun kembali tertawa kecil. "Lebih lemah? Wanita tidak lemah, kami sama kuatnya dengan pria, bahkan mungkin lebih kuat. Kami melahirkan, membesarkan anak, dan mengurus rumah tangga. Kami bukan sekadar objek yang bisa digunakan pria, kami manusia yang punya otak dan emosi."

"Anda membandingkan saya dengan Ibu. Namun saya bisa buktikan jika saya sangat jauh berbeda dengannya, dan saya tidak akan mau diperalat oleh anda atau si brengsek itu lagi, jangan ikut campur dalam urusan saya dan melibatkan anda dalam persidangan perceraian saya, saya bisa mengatasinya sendiri, tanpa bantuan anda." ucap Keeyara sedikit memperingati.

Begitu ia hendak berbalik untuk pergi, Dante dengan cepat melangkah dan mencengkram pergelangan tangan putrinya itu dengan erat, sehingga membuat wanita cantik itu harus menyentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Ayahnya.

"Kau pikir kau bisa mengurus dirimu sendiri? Kau tetap putriku, dan aku punya hak untuk mencampuri urusanmu."

"Saya bukan anak kecil lagi, Ayah. Saya sudah dewasa dan saya bisa membuat keputusan sendiri. Saya tidak butuh bantuan anda, dan saya tidak ingin anda ikut campur. Perceraian adalah urusan saya sendiri, bukan urusan anda."

Giya berdiri tidak nyaman, dia ingin sekali ikut campur dalam perdebatan antara Dante dan juga Keeyara, namun ia tidak ingin membuat suasana semakin memanas.

"Aku masih ayahmu, dan aku punya hak bicara dalam hidupmu. Kau tidak akan begitu saja meninggalkan rumah ini dengan kasus perceraianmu, dan melakukan apa pun yang kau mau. Kau masih di bawah atapku, dan kau akan mendengarkan aku."

Keeyara tertawa getir, "Atau apa? Anda akan mengusir saya? Silakan saja, saya tidak peduli. Saya lebih suka hidup di jalanan sendirian daripada tinggal di sini dan tunduk pada aturan konyol anda."

"Kau bersikap tidak sopan dan tidak tahu terima kasih, Keeyara. Aku sudah memberikan segalanya padamu, dan begini caramu membalasku? Dengan menentang wewenangku dan mempermalukan keluarga kita? Kau sama keras kepalanya seperti ibumu." bisik Dante, suaranya rendah berbahaya.

"Oh, Apakah itu penghinaan terbaik yang pernah anda terima, Ayah? Membandingkan saya dengan Ibu seharusnya membuat saya merasa buruk, bukan? Anda bahkan tidak pantas membandingkan saya dengannya. Anda tidak pernah benar-benar mencintainya."

"Jangan berani-beraninya kau bicara seperti itu padaku. Aku mencintainya, tapi dia sudah pergi, dan aku harus melupakannya. Pria punya kebutuhan, dan kau masih terlalu muda untuk mengerti."

Keeyara tertawa sinis, tatapannya begitu intens saat menatap sang Ayah. "Oh, anda begitu mencintainya sampai-sampai anda berselingkuh dengan wanita itu bahkan sebelum mayatnya dingin? Romantis sekali... Definisi cinta yang sangat menyimpang." sindir Keeyara sambil menatap Giya yang kini sedang menggigit bibirnya karena merasa bersalah.

Tatapan Dante menyipit, emosinya benar-benar terpancing karena perkataan putrinya itu. "Kau tidak perlu menghakimiku, kamu seharusnya bersyukur karena aku belum mengusirmu dari rumah ini," kata Dante.

Keeyara menatapnya dengan pandangan menantang. "Bersyukur? Untuk apa? Karena terlahir dari keinginan egois anda? Karena harus tumbuh dalam keluarga beracun ini, di mana kesetiaan tidak berarti apa-apa dan wanita diperlakukan seperti barang sekali pakai? Saya mungkin masih muda, tetapi saya tahu apa yang salah dan benar," desis Keeyara.

"Kamu terlalu keras kepala dan idealis. Kamu selalu percaya bahwa dunia harus sesuai dengan cita-citamu, tetapi dunia tidak seperti itu. Dunia itu kejam dan tidak adil. Kamu akan menyadari itu suatu hari nanti, saat kamu dewasa dan memahami kenyataan hidup yang keras."

"Oh... Tolong jangan menceramahi saya tentang kehidupan seolah-olah anda selalu terlibat dalam hidup saya, anda sama sekali tidak pernah ada untuk saya."

"Aku tidak harus selalu ada untukmu di setiap langkahmu. Kamu harus belajar berdiri di atas kakimu sendiri dan menghadapi dunia sendirian. Begitulah hidup bekerja. Kamu hanya tidak tahu berterima kasih dan manja. Kamu selalu menuntut untuk dimanja seperti seorang putri, tetapi hidup bukanlah dongeng, kamu tahu itu?"

Giya melangkah maju, ia pun mengulurkan tangan untuk memegang pundak Dante dengan lembut. "Sudahlah..."

"Tidak tahu terima kasih? Anda pikir saya tidak tahu terima kasih karena tidak mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anda? Karena tumbuh di rumah yang penuh dengan perselingkuhan? Dan jangan berani-beraninya anda bilang saya manja. Saya tumbuh terlalu cepat di keluarga ini, sementara anda sibuk memuaskan kebutuhan anda itu." seru Keeyara sambil mengepalkan telapak tangannya karena marah.

"Jaga mulutmu, Keeyara. Kau tidak tahu apa yang telah kualami. Aku harus memikul beban keluarga ini di pundakku, dan aku telah melakukan pengorbanan yang bahkan tidak dapat kau bayangkan. Kau masih anak-anak, dan kau tidak tahu apa pun tentang dunia nyata."

"Oh, pengorbanan? Begitukah sebutan anda? Anda mengkhianati istri anda, ibu saya sendiri, dan menikahi selingkuhan anda. Itukah semacam pengorbanan? Tindakan anda hanya menimbulkan rasa sakit dan penderitaan. Dan bicara soal beban keluarga... tidakkah anda pikir andalah yang membuatnya semakin berat?" potong Keeyara, matanya mulai berkaca-kaca saat menatap Giya dan juga Dante secara bergantian.

"CUKUP!" teriak Dante, amarahnya memuncak. Namun, Keeyara hanya tertawa getir, ia pun sudah mulai merasa lelah karena berdebat dengan Ayahnya. Tanpa mengatakan sepatah kata pun lagi, Keeyara berbalik dan pergi.

"Jangan berani-beraninya kau berpaling dariku, Keeyara!" teriak Dante namun di abaikan oleh wanita itu sekali lagi.

1
Piet Mayong
harus ya punya jati diri dulu sebagai istri kuat baru lah suami mu sakit kepala
🤦🏻🤦🏻🤦🏻🤦🏻
Khabib Firman Syah Roni
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
Hoa thiên lý
Cerdasnya plot twistnya bikin aku kagum!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!