NovelToon NovelToon
Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: YoungLady

Selama lima tahun pernikahan, Niken dan Damar tampak seperti pasangan sempurna di mata semua orang. Di balik senyum yang mereka pamerkan, ada luka yang mereka sembunyikan—ketidakmampuan untuk memiliki anak. Niken tetap bertahan, meski setiap bisikan tajam dari keluarga mertua dan orang sekitar menusuk hatinya.

Hingga badai besar datang menghantam. Seorang wanita bernama Tania, dengan perut yang mulai membuncit, muncul di depan rumah mereka membawa kabar yang mengguncang, dia adalah selingkuhan Damar dan sedang mengandung darah dagingnya. Dunia Niken seketika runtuh. Suami yang selama ini ia percayai sepenuh hati ternyata menusuknya dari belakang.

Terseret rasa malu dan hancur, Niken tetap berdiri tegak. Demi menjaga nama baik Damar dan keluarganya, ia dengan pahit mengizinkan Damar menikahi Tania secara siri. Tapi ketegarannya hanya bertahan sebentar. Saat rasa sakit itu tak tertahankan lagi, Niken mengambil keputusan yang mengguncang. Ia memutuskan untuk bercerai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

☀️☀️☀️

Niken berjalan tertatih memasuki ruang tunggu rumah sakit. Kepalanya berdenyut, perutnya kosong sejak pagi, dan tubuhnya lemah karena semalam dia lembur menyelesaikan laporan produksi yang sempat tertunda. Sudah seminggu ini ia nyaris tidak tidur cukup, berpindah-pindah dari kantor ke pabrik, mengurus karyawan, menyelesaikan negosiasi bahan baku, dan memperbaiki sistem manajemen yang mulai berantakan sejak kepala bagian produksi cuti mendadak.

"Bu, silakan duduk dulu ya, nanti dipanggil," sapa suster ramah di meja pendaftaran.

Niken hanya mengangguk pelan. Ia menjatuhkan tubuhnya di kursi plastik, matanya berkunang-kunang. Belum sempat meneguk air putih dari botol minumnya, suara yang sangat dikenalnya terdengar dari samping.

“Bu, Niken?” suara itu terdengar heran.

Niken menoleh perlahan. Tania, perempuan dengan wajah cantik yang selalu terlihat sempurna, berdiri tak jauh darinya dengan perut yang mulai membuncit, menandakan usia kandungannya sudah melewati trimester pertama.

“Oh, hai,” jawab Niken datar.

“Ibu sedang apa di sini?” tanya Tania sambil menyapu Niken dari atas ke bawah dengan tatapan menilai.

“Berobat,” sahut Niken singkat, tak berniat menjelaskan lebih jauh. “Kau sendiri?”

“Kontrol kandungan,” jawab Tania dengan senyum mengembang. “Mas Damar cerewet sekali. Tiap bulan dia selalu pastikan aku untuk tidak telat periksa. Dia panik terus kalau aku terlihat capek sedikit saja. Ya begitulah, calon Ayah yang perhatian,”

Niken tersenyum kecil, mencoba tetap tenang.

“Oh, maaf,” lanjut Tania sambil menepuk ringan dadanya, “aku lupa. Ibu belum tahu ya bagaimana cerewetnya Mas Damar itu, Ibu kan belum pernah hamil. Kasihan.”

Ucapan itu bagaikan cambuk tajam yang mencabik-cabik dada Niken. Tapi dia tidak ingin memberi Tania kemenangan dengan menunjukkan kepedihan.

Niken menarik napas pelan, lalu menatap Tania lekat-lekat. “Jadi ini wajah aslimu?”

Tania sedikit terkejut, namun masih mempertahankan senyum sinisnya.

“Aku senang kau menampakkannya sekarang,” lanjut Niken, suaranya tetap tenang meski tubuhnya masih terasa lemah. “Karena aku jadi bisa memberi satu nasihat penting untukmu.”

Tania menaikkan alis, tampak tidak tertarik, tapi tetap mendengarkan.

“Jangan terlalu berbangga diri dengan apa yang kau dapatkan sekarang,” kata Niken. “Jika Damar bisa menyelingkuhi aku, istrinya saat itu, maka dia juga bisa menyelingkuhimu kelak. Karena pria yang pernah selingkuh tidak akan pernah puas dengan satu wanita. Dia akan mengulangi kesalahan yang sama, cepat atau lambat.”

Tania tersenyum kecut. Tapi senyum itu tak semeyakinkan tadi. Ada kilatan ragu di matanya, namun dengan cepat ia menyembunyikannya.

Suster memanggil nama Niken. Ia bangkit dengan perlahan. Sebelum berjalan ke ruang periksa, ia menoleh sekali lagi. “Semoga kandunganmu sehat, Tania. Tapi lebih dari itu, semoga kamu kuat jika suatu saat harus menghadapi kenyataan pahit seperti yang pernah aku alami.”

Tanpa menunggu balasan, Niken melangkah pergi. Tubuhnya masih lemah, tapi langkahnya tegak. Di balik rasa sakit, dia menyadari satu hal: harga dirinya tidak bisa dihancurkan oleh wanita seperti Tania—dan pria seperti Damar tak layak mendapat air matanya lagi.

Niken baru saja keluar dari ruang pemeriksaan saat sosok tinggi mengenakan kemeja biru muda menghentikan langkahnya. Damar. Pria yang dulu pernah ia cintai dengan seluruh hidupnya. Pria yang kini menjadi suami wanita lain.

"Niken?" panggil Damar dengan nada terkejut sekaligus khawatir. "Kenapa kamu di sini?"

Niken mendongak perlahan. Mata mereka bertemu sesaat. Ada sesuatu di sana—bayangan masa lalu yang tak sepenuhnya pudar.

“Aku sedang tidak enak badan,” jawab Niken singkat sambil berusaha tersenyum, meski tubuhnya masih terasa lemas.

Damar melangkah lebih dekat, wajahnya langsung dipenuhi kekhawatiran. “Sakit apa? Sejak kapan? Kamu kenapa bisa sampai kelelahan begini?”

Pertanyaan itu datang bertubi-tubi, membuat Niken sedikit terdiam. Bahkan setelah waktu yang cukup lama, Damar masih tahu bagaimana menunjukkan kepeduliannya—dan itu justru terasa lebih menyakitkan daripada menyenangkan.

“Mas Damar.” Sebuah suara memotong percakapan mereka.

Tania datang dengan langkah tergesa. Matanya langsung menusuk Niken penuh kecurigaan. Ia meraih tangan suaminya dan menariknya menjauh sedikit.

“Kita masih ada jadwal kontrol, ingat?” ucap Tania, berusaha terdengar manis, tapi suaranya mengandung ketegangan yang tidak bisa disembunyikan. “Kau datang untuk aku, bukan untuk dia.”

Damar terlihat ragu. Matanya masih menatap Niken, seakan enggan memutus percakapan. “Tapi dia sakit, Tan. Dia kelihatan lemah sekali.”

Niken mengangkat tangan pelan, memberi isyarat agar Damar berhenti.

“Sudah, Mas. Tidak usah terlalu khawatir,” ucapnya datar namun tegas. Senyum tipis mengembang di bibirnya—bukan senyum bahagia, tapi lebih kepada senyum penuh ironi.

“Setelah kamu pergi, aku belajar banyak hal. Termasuk bagaimana menjaga diri sendiri. Aku tidak sendirian, Mas. Banyak orang yang menjagaku sekarang.”

Kalimat itu menggantung di udara. Damar terdiam. Tania mencengkeram lengannya lebih kuat, sorot matanya semakin tajam.

“Yuk, Tan,” kata Damar akhirnya, seolah mencoba mengalihkan suasana.

Tania menariknya tanpa berkata-kata lagi, namun sebelum mereka benar-benar pergi, Niken menambahkan dengan tenang, “Semoga anak kalian lahir sehat dan bahagia. Dan semoga kamu juga tetap bahagia, Tania. Karena mempertahankan seseorang yang pernah meninggalkan, butuh kekuatan yang luar biasa.”

Langkah Tania sedikit goyah, tapi ia tetap menegakkan kepala. Damar tidak menoleh lagi. Mereka berdua menghilang di lorong rumah sakit.

Niken menarik napas panjang. Tubuhnya masih lelah, tapi hatinya terasa lebih ringan. Ia tahu, tak ada lagi yang perlu diperjuangkan dari masa lalu. Yang tersisa kini hanyalah dirinya sendiri—dan orang-orang yang benar-benar memilih untuk tetap tinggal.

***

Tania membanting pintu mobil dengan kesal. Wajahnya memerah, matanya menyala penuh emosi. Damar baru saja duduk di kursi kemudi saat suara Tania meledak.

“Aku pikir kau sudah janji! Mas,” bentaknya. “Mas bilang tidak akan bikin aku cemburu lagi! Tapi tadi kamu malah terlihat sangat peduli sama dia, Damar!”

Damar menghela napas, menatap Tania dengan raut bersalah. “Aku tidak bermaksud membuat kamu marah, Tan. Aku cuma… kaget lihat dia sakit. Itu saja.”

“Alasan klasik!” Tania menyentakkan tubuh ke belakang, bersandar dengan tangan terlipat. “Kamu masih punya perasaan ke dia, ya? Jangan-jangan dari dulu kamu cuma pura-pura mencintaiku!”

“Tan, tolong…” Damar menatapnya, suaranya lembut. “Maaf, ya. Aku tidak mau kamu stres. Aku tahu itu buruk buat kamu, apalagi buat janin kita.”

Tania terdiam, tapi masih kesal.

“Aku tudak mau kamu ulangi lagi kebiasaan itu,” lanjut Damar hati-hati. “Jangan merokok lagi, Tan. Demi anak kita.”

Tania memalingkan wajah, bibirnya mengerucut. Tapi Damar tahu, amarah itu mulai mencair. Ia menyentuh tangan istrinya pelan.

“Aku cuma mau yang terbaik buat kalian.”

Bersambung ....

1
Rahmawati
bagus ceritanya
Rahmawati
baru dua hari loh pacarannya, udah di lamar aja
Rahmawati
semoga ortu Bastian berubah pikiran dan menerima niken sbg calon mantu
Rahmawati
td salah ketik nama, yg ngobrol dengan Bastian masak Tania thor
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺: terimakasih atas koreksinya. author keder, sudah di revisi ya😂🙏😘
total 1 replies
Rahmawati
Bastian pasti ada rasa nih sm niken makanya mau bantu niken
Rahmawati
ini nih tipe perempuannya yg gk mau dia ajak berjuang, maunya langsung sukses
Rahmawati
jgn ke pede an km damar,, gk mgkin niken ngemis minta rujuk sm km
Daneen
Semangat Thomas
Azizah Hazli
Luar biasa
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
terimakasih🙏
Rahmawati
km masih muda Tania seharusnya km bisa bekerja keras agar gk hidup susah
Rahmawati
ternyata damar cuma numpang dirumah niken
Rahmawati
aku mampir Thor
Daneen
Kapok lu damar
Uba Muhammad Al-varo
bagus
Vien Habib
Luar biasa
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
terimakasih sudah datang berkunjung🙏
Ma Em
Makanya Damar kalau sdh punya istri yg baik itu jgn bertingkah sekarang kerasa sama kamu kan perbedaannya antara Niken dan Tania, kalau sama Niken kamu dihargai dan di hormati tapi dgn Tani Kamu cuma dijadikan babu.
Ma Em
Semangat Niken mungkin kamu akan mendapatkan lelaki yg lebih baik dari Damar, bkn Niken yg akan menyesal tapi Damar yg akan menyesal karena sdh menduakan mu Niken.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!