Ketika cinta bertabrakan dengan ambisi, dan kelembutan mengikis kekejaman…
Min Yoongi, seorang CEO muda tampan yang dikenal dingin dan kejam, menjalankan bisnis warisan orang tuanya dengan tangan besi. Tak ada ruang untuk belas kasih di kantornya—semua tunduk, semua takut. Sampai datang seorang gadis bernama Lee YN, pelamar baru dengan paras luar biasa bak boneka buatan, namun dengan hati yang tulus dan kecerdasan luar biasa.
YN yang polos, sopan, dan penuh semangat, menyimpan luka mendalam sebagai yatim piatu. Tapi hidupnya berubah saat ia diterima bekerja di bawah kepemimpinan Yoongi. Ketertarikan sang CEO tumbuh menjadi obsesi, membawa mereka ke dalam hubungan yang penuh gairah, rahasia, dan ketegangan.
Namun, cinta mereka tidak berjalan mudah. Yoongi masih terikat dengan Jennie, kekasih cantik nan angkuh yang tidak terima posisinya tergantikan. Sementara itu, Jimin—sahabat Yoongi yang terkenal playboy—juga mulai tertarik pada YN dan bertekad merebut hatinya.
Dibayangi fitnah, d
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angle love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 – Bayangan dari Masa Depan
Suasana kantor pagi itu terasa berbeda. Semua karyawan tampak lebih rapi, lebih tegang, dan lebih sibuk dari biasanya. Bahkan manajer yang biasa santai pun ikut berjaga-jaga, memeriksa ulang setiap presentasi dan laporan. Desas-desus cepat menyebar seperti api: akan datang seorang tamu penting hari ini.
Lee YN, yang sudah mulai terbiasa dengan atmosfer kantor yang penuh tekanan, merasa aneh dengan aura yang lebih intens dari biasanya. Dia berdiri di balik meja resepsionis bagian dalam, menyusun dokumen yang diperintahkan Yoongi, saat suara langkah kaki menggema dari ujung koridor utama.
Seketika semua berdiri.
Seorang pria melangkah masuk. Tubuh tinggi, bahu lebar, setelan biru tua yang pas sempurna membungkus tubuhnya. Rambutnya berwarna cokelat gelap, disisir rapi ke belakang, memperlihatkan garis rahangnya yang tajam dan ekspresi penuh percaya diri.
“Kim Taehyung…” bisik salah satu sekretaris di belakang YN. “CEO termuda dan paling sukses di industri digital saat ini…”
YN mengangkat wajahnya, dan pandangan mereka bertemu.
Taehyung tersenyum. Senyum yang santai namun menggoda. Pandangannya menelisik cepat, lalu berhenti di YN. Ia sedikit menunduk, memberi salam. “Annyeonghaseyo,” suaranya berat dan berwibawa, “Saya Taehyung. Boleh saya tahu siapa nama Anda?”
YN sedikit gugup. “L-Lee YN, saya staf divisi perencanaan…”
“Sebuah nama yang indah untuk wajah seindah itu,” ucap Taehyung dengan lembut, membuat pipi YN merona. “Senang bertemu denganmu.”
**
Yoongi menatap layar CCTV dari ruangannya dengan rahang mengeras.
Dia melihat bagaimana Taehyung menghampiri YN. Melihat cara pria itu menatapnya, cara YN tampak tersipu. Dan untuk pertama kalinya… dadanya terasa terbakar oleh rasa yang belum pernah ia rasakan terhadap siapapun: cemburu.
Tak butuh waktu lama, pintu ruangannya diketuk.
“Hyung,” suara Jimin muncul dari balik pintu, lalu masuk tanpa menunggu persetujuan. “Kau lihat juga, ‘kan? Taehyung.”
Yoongi menatap temannya yang berdiri santai namun mata tajamnya menunjukkan bahwa dia juga membaca situasi.
“Dia bukan datang untuk kerja sama, bukan hanya presentasi merger kecil ini. Dia mengincar sesuatu.”
Yoongi mendesah berat. “Sesuatu, atau seseorang.”
**
Pertemuan antara Kim Taehyung dan dewan direksi berjalan lancar. Taehyung mempresentasikan sistem integrasi digital yang dapat meningkatkan efisiensi kerja perusahaan Yoongi hingga 40%. Semua petinggi terkesan, beberapa bahkan mulai membicarakan kemungkinan kolaborasi jangka panjang.
Setelah pertemuan usai, Taehyung menyusuri koridor kantor dan dengan sengaja kembali ke tempat YN berada.
“Aku belum sempat bilang, tapi kau terlihat sangat profesional, Lee YN. Aku suka itu.”
“Gomawo, Taehyung-ssi. Saya hanya melakukan tugas saya.”
“Kau terlalu merendah,” ucapnya dengan senyum miring. “Jika kau bekerja di perusahaanku, kau pasti sudah jadi manajer sekarang.”
“T-Tentu tidak, saya belum cukup berpengalaman…”
“Tapi kau punya sesuatu yang tak bisa diajarkan—karisma dan aura alami.” Tatapan Taehyung melunak. “Aku harap ini bukan pertemuan terakhir kita.”
Belum sempat YN menjawab, langkah kaki terdengar dari belakang mereka.
Yoongi berdiri di sana. Dingin. Mata tajamnya langsung menatap Taehyung seperti singa yang baru saja menemukan ancaman di wilayah kekuasaannya.
“Taehyung-ssi,” katanya datar. “Aku lihat kau cukup menikmati waktumu di sini.”
Taehyung membalikkan badan, tersenyum tenang. “Yoongi-ssi. Tentu saja. Aku senang bertemu dengan timmu. Mereka berbakat… dan cantik.”
Yoongi melangkah lebih dekat, posturnya mengintimidasi. “YN, kembali ke mejamu.”
YN mengangguk cepat dan berlalu, tapi sempat mencuri pandang ke arah Taehyung yang masih tersenyum.
Setelah YN menghilang, Yoongi menatap Taehyung. “Dia bukan untukmu.”
Taehyung mengangkat bahu. “Aku tidak ingat kau pernah punya hak untuk menentukan itu.”
“Kau tidak tahu siapa yang sedang kau mainkan, Tae.”
“Aku tahu lebih dari yang kau kira,” Taehyung mendekat, suaranya menurun. “Kau menyembunyikannya. Dari Jennie, dari media, dari dunia. Tapi aku bisa melihatnya. Tatapanmu padanya… bagaimana kau menjaga jarak tapi tetap menggenggam erat. Kau sedang jatuh cinta, Yoongi.”
Yoongi menahan napas. Sekilas—sangat sekilas—mata dinginnya menunjukkan kilatan emosi.
Taehyung tersenyum, penuh percaya diri. “Masalahnya, ketika kau tidak berani melangkah… seseorang yang lain akan mengambilnya.”
**
Di lantai bawah, YN berusaha fokus menyusun laporan. Tapi pikirannya kacau. Kim Taehyung sangat berbeda dari Yoongi. Hangat, memuji tanpa tekanan, dan membuatnya merasa dihargai. Tapi entah mengapa, hatinya tetap berdebar saat Yoongi marah padanya. Bahkan sorotan matanya bisa membuat jantungnya terhenti.
YN tidak tahu kalau sekarang Yoongi sedang berdiri di depan dinding kaca kantornya, menatap ke arah bawah… ke arahnya.
**
Malam itu, YN sedang berjalan keluar gedung saat seseorang memanggilnya dari mobil sport hitam.
“Lee YN!”
Kim Taehyung.
Dia turun dari mobil, mengenakan setelan yang lebih kasual. “Kau sendirian?”
“Ya, saya… hendak pulang.”
“Aku bisa antar,” tawar Taehyung, “hujan akan turun sebentar lagi.”
YN ragu.
“Tenang saja, aku tidak akan menculikmu. Anggap saja ini ucapan terima kasih karena sudah membantuku hari ini.”
Setelah beberapa detik, YN mengangguk.
Namun belum sempat ia membuka pintu mobil, suara keras menghentikan gerakannya.
“Turun.”
Yoongi muncul dari mobil hitamnya di belakang Taehyung. Wajahnya gelap, mata menatap tajam ke arah YN.
YN membeku.
“Turun dari mobil itu, YN,” ulang Yoongi, nadanya tak bisa dibantah.
Taehyung menatap Yoongi dengan ekspresi tertantang. “Dia belum naik, dan dia punya mulut untuk bicara sendiri, hyung.”
“Tapi dia milikku,” jawab Yoongi, suaranya dalam dan penuh kemarahan.
YN menarik napas pendek.
“Maaf, Taehyung-ssi… Saya harus pergi.” YN menunduk hormat, lalu berlari kecil menuju mobil Yoongi.
Tanpa sepatah kata, Yoongi membuka pintu untuknya, menunggu dia masuk, lalu menutupnya dengan keras. Ia masuk ke sisi pengemudi dan melajukan mobil tanpa ampun.
Suasana di dalam mobil sunyi. Hanya suara mesin dan hujan yang mulai turun perlahan.
Setelah beberapa saat, Yoongi bicara.
“Jangan pernah naik mobil siapa pun kecuali aku.”
YN menggigit bibirnya. “Taehyung-ssi hanya menawarkan tumpangan, saya—”
“Jangan sebut namanya,” bentaknya pelan, tapi tajam. “Kau milikku, YN. Aku tak akan biarkan siapa pun menyentuhmu.”
“Tapi saya bukan barang, Tuan Min…”
Yoongi berhenti di lampu merah, lalu menatap YN dengan intens. “Kau benar. Tapi aku bukan pria biasa juga.”
Tangannya terulur, menyentuh pipi YN. “Aku bisa bersikap lembut padamu… atau sangat kejam pada siapa pun yang mencoba mengambilmu dariku.”
Wajahnya mendekat. “Jadi jangan uji aku.”
Hati YN berdetak cepat. Tak bisa berkata apa-apa, hanya bisa menatap mata pria yang perlahan telah menjadi pusat dunianya.
Namun jauh di sana, Taehyung berdiri di bawah hujan, menyaksikan kepergian mobil Yoongi. Senyumnya tak hilang. Ia menatap langit, lalu bergumam:
“Perang baru saja dimulai.”
---
kenapa gk ada yg nge like yaaa