Seorang perempuan bernama Maharani Saputri mengalami kegagalan dalam sebuah pernikahan membuatnya frustasi ,ia menikah yang kedua kali juga gagal .
Apakah ia akan bertahan menjadi seorang janda atau kembali menikah dengan harapan bisa memiliki pasangan yang menerima apa adanya ?
Baca yuk sampai selesai ya agar tahu endingnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Berbohong Demi Kebaikan
Malam hari Deni tidak pulang ke rumah ia ke apartemen , bersama kekasih barunya bernama Meira. Meira melihat Deni heran biasanya pulang tapi ini justru tidur di sofa ruang tamu .
"Sayang kamu tidak pulang nanti papa kamu mencarimu ," kata Meira mengingatkan Deni sambil meletakkan barang belanjaan di kulkas dan di tempat lainnya . Deni bangun dan duduk melihat Meira yang sedang sibuk teringat Maharani .
"Kalau aku maunya di sini memangnya tidak boleh ?" tanya Deni mendekati Meira dan memeluk dari belakang sambil mencium lehernya dengan nafsu . Meira merasa geli menolak dan mendorong Deni agar menjauh .
"Kamu mengusir aku ?" Deni menatap Meira kesal . "Alu tidak mengusir cuma aku tidak suka dengan bau keringatmu itu , mandi sana ," Meira menyuruh Deni mandi karena sejak pulang dari mall belum mandi .
"Baiklah aku mandi dulu ya ,tapi nanti dapat jatah dong ," goda Deni mencubit pantat Meira , sontak membuatnya terkejut memukul Deni tapi keburu pergi .
Meira duduk di balkon apartemen melihat jauh ibu kota yang padat dan terlihat lampu kota yang gemerlap saat malam hari . Deni mendekatinya dan duduk di sebelah .
"Mikirin apa sih ,sayang ," Deni melihat wajah cantik Meira dari samping . "Apakah kita akan seperti ini terus , Den ?"tanya Meira pandangannya lurus ke depan . Deni menatap wajah Meira yang terlihat serius .
"Apa maksudmu ?" Deni justru balik bertanya membuat Meira melihatnya kesal dan kecewa. "Hubungan kita , apakah akan seperti ini terus tanpa kejelasan dan kepastian , kamu pikir dong Den ," Meira kesal mendengar pertanyaan Deni .
" Kamu tidak perlu khawatir kita akan menikah tapi tidak dalam waktu dekat kamu sabar ya " Deni membujuk menenangkannya .
\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_
Di kamar Maharani sedang menerima telepon dari kakaknya Mahesa . "Apakah kamu baik-baik saja di sana ?" Mahesa dengan perasaan khawatir . "Aku baik-baik saja , ibu sedang apa kak ," Maharani balik bertanya . "Ibu sudah tidur karena hari ini dia sibuk membuat pesanan katering ," Mahesa jujur.
"Salam buat ibu dan nenek , kalian tidak perlu mengkhawatirkan aku , aku baik-baik saja di sini ," Maharani berbohong karena tidak mau membuat keluarganya memikirkan dirinya .
"Nanti kakak sampaikan sekarang kamu tidur sudah larut malam nanti kamu bisa sakit ,"pesan Mahesa . "Iya kak , aku tutup teleponnya ya ," Maharani menutup teleponnya dan memejamkan mata agar cepat tidur .
Pukul tiga dini hari Maharani terbangun merasa haus ,ia keluar dari kamar menuju dapur mengambil air , namun saat melewati kamar tamu mendengar perbincangan seseorang melalui telepon .
"Kamu tenang saja sayang pernikahan Deni hanya berjalan selama setahun saja setelah itu mereka akan bercerai sabar ya ," kata orang itu ,setelah beberapa saat melanjutkan pembicaraan kali ini lebih serius .
"Dengarkan saya kalau kamu sakiti anakku maka kamu tidak akan aku ampuni , kamu tidak tahu siapa yang kamu hadapi , sedikit saja kamu melakukannya jangan harap hidupmu bisa tenang ," katanya langsung menutup telepon.
Maharani mengambil air lalu masuk ke dalam kamar sambil menoleh ke kanan dan ke kiri setelah aman ia berlari masuk kamar lalu menguncinya .
Maharani merasakan jantungnya berdegup kencang lalu merebahkan tubuhnya , ia mendengar dengan jelas suara perempuan yang sedang menelpon seseorang apakah ibu tidak menyetujui pernikahan ini atau ibu punya rencana jahat padaku ,batin Maharani . Ia merasa tertipu dalam pernikahannya .